Bagi orang luar, pertumbuhan gusi yang berlebihan mungkin tampak seperti masalah kecil, tetapi sebenarnya, penyakit genetik langka ini dapat berdampak besar pada kualitas hidup pasien. Gejala dan dampak Hereditary Gingival Fibromatosis (HGF) sering kali diremehkan, namun, memahami sifat kondisi ini sangat penting bagi individu yang terkena dampak dan keluarga mereka.
Hiperplasia gingiva adalah kondisi jinak, kronis, progresif yang sering kali disertai dengan pembesaran fibrosa pada gingiva keratin di rongga mulut. Kondisi ini paling umum terjadi pada gusi rahang atas dan bawah dan dapat secara bertahap menutupi gigi dari waktu ke waktu, menyebabkan kerusakan kosmetik. Penelitian menunjukkan bahwa hiperplasia gingiva terjadi pada 1 dari 175.000 orang dan memengaruhi pria dan wanita, tetapi penyebab pastinya masih belum jelas.
"Gejala yang paling jelas adalah hiperplasia gusi yang berlebihan. Pasien mungkin mengalami kesulitan makan, pergerakan gigi yang tidak normal, dan sariawan."
Gejala hiperplasia gingiva tidak jelas, dan pasien mungkin tidak memiliki catatan medis keluarga yang jelas atau catatan penggunaan obat jangka panjang. Tanda-tanda umum meliputi pembesaran gusi yang signifikan, bicara teredam, dan perubahan inflamasi sekunder pada tepi gusi. Gusi dapat tumbuh dalam derajat yang bervariasi, terkadang hanya sedikit menutupi gigi, terkadang sepenuhnya membungkus gigi di sekitarnya.
"Penelitian menunjukkan bahwa hiperplasia gingiva yang berlebihan dapat disebabkan oleh mutasi pada gen SOS1."
Mengenai penyebab hiperplasia gingiva, penelitian saat ini terutama berfokus pada faktor genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mutasi pada gen SOS1 mungkin menjadi penyebab utama penyakit ini. Selain itu, penyakit ini juga dapat dikaitkan dengan sindrom multisistem tertentu, termasuk sindrom Zimmerman-Laband dan sindrom Rutherford. Meskipun penelitian terus berlanjut, belum mungkin untuk menentukan semua penyebab dan faktor yang berkontribusi.
Saat ini, cara utama untuk mendiagnosis hiperplasia gingiva adalah melalui pemeriksaan fisik. Jika dokter mengenali tanda-tanda klasik memar gusi, pasien akan sering dirujuk ke dokter gigi atau periodontis untuk evaluasi yang lebih mendalam. Selain itu, tes molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi apakah penyakit ini terkait dengan mutasi genetik.
"Meskipun pengobatan tidak dapat mencegah kondisi tersebut kambuh, pasien dapat memantau kondisi tersebut melalui pemeriksaan mulut secara teratur."
Meskipun pertumbuhan gusi yang berlebihan tidak mengancam jiwa, hal itu dapat menyebabkan berbagai masalah mulut jika tidak diobati. Perawatan umum meliputi pembedahan, seperti perawatan mulut preventif, diikuti dengan pembuangan jaringan gusi berlebih dan perawatan lanjutan yang berkelanjutan untuk memastikan kebersihan mulut. Efektivitas metode ini bervariasi dari orang ke orang, dan beberapa pasien mungkin masih berisiko kambuh setelah operasi.
Penelitian terkini menunjukkan bahwa hiperplasia gingiva dapat terjadi sebagai sifat Mendel, yang berarti bahwa kondisi yang diwariskan dapat memengaruhi manifestasinya. Selain itu, studi kasus khusus telah menunjukkan bahwa perawatan lanjutan rutin setelah operasi sangat penting untuk menjaga kebersihan mulut yang agresif dan mencegah kekambuhan.
Pemahaman masyarakat tentang hiperplasia gingiva masih perlu diperkuat, yang tidak hanya melibatkan kesehatan fisik dan mental pasien, tetapi juga memengaruhi dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Seberapa besar dampak penyakit genetik langka tersebut terhadap senyum seseorang?