Dalam ilmu ekonomi, "barang mewah" didefinisikan sebagai barang yang permintaannya tumbuh lebih cepat seiring dengan peningkatan pendapatan, sehingga pengeluaran individu untuk barang-barang ini menjadi bagian yang lebih penting dari pengeluaran keseluruhan. Dibandingkan dengan kebutuhan pokok, permintaan barang mewah menurun secara signifikan saat pendapatan turun, yang menimbulkan pertanyaan tentang motivasi psikologis dan sosial di balik konsumsi barang mewah.
Menurut riset pasar, permintaan barang mewah sangat elastis terhadap perubahan pendapatan, yang berarti bahwa seiring dengan meningkatnya kekayaan orang, mereka memilih lebih banyak barang mewah daripada biasanya.
Konsep barang mewah sudah sangat tua, dan sudah ada sejak zaman filsuf kuno Plato. Seiring berjalannya waktu, definisi dan cakupan pasar barang mewah telah berubah. Barang mewah saat ini tidak lagi terbatas pada produk fisik, tetapi juga mencakup banyak layanan dan pengalaman.
Beberapa konsumen barang mewah menganggapnya sebagai simbol penting status sosial dan kekuatan ekonomi mereka, yang telah memunculkan fenomena sosial-ekonomi yang disebut konsumsi berlebihan.
Seiring dengan pesatnya perluasan kelompok pendapatan, pasar barang mewah pun berkembang, dan kategori baru barang mewah yang terjangkau atau "barang mewah massal" pun bermunculan. Produk-produk ini dirancang untuk kelas menengah dan tidak lagi menjadi pilihan hanya bagi orang kaya.
Di sisi lain, munculnya perusahaan multinasional telah memungkinkan globalisasi barang mewah. Peluang pasar baru juga bermunculan dengan latar belakang ini, khususnya di tempat-tempat seperti Asia, tempat konsumen di banyak negara dengan cepat menjadi kaya, membawa kehidupan baru ke pasar barang mewah.
Lebih dari sebelumnya, pilihan pembelian konsumen modern semakin dipengaruhi oleh budaya selebriti. Popularitas platform media sosial seperti Instagram dan TikTok telah meningkatkan eksposur banyak merek mewah secara signifikan. Eksposur ini membuat merek mewah lebih mudah diakses dan menginspirasi konsumen untuk membeli.
Pengaruh selebritas tidak hanya terbatas pada gaya hidup mereka, tetapi juga tercermin dalam preferensi mereka terhadap barang-barang mewah, yang telah menjadi kekuatan pendorong utama di balik tren konsumen saat ini.
Jadi, dalam menghadapi meningkatnya prevalensi konsumsi barang-barang mewah, dapatkah setiap konsumen secara rasional melihat nilai intrinsik dan makna simbolis dari barang-barang ini?