Seiring dengan terus meningkatnya permintaan global akan energi terbarukan, pengembangan teknologi sel surya juga terus meningkat. Di antara sekian banyak teknologi yang sedang berkembang, sel surya titik kuantum (QDSC) telah menarik perhatian luas karena efisiensinya yang unggul dan potensi biaya rendahnya. Teknologi ini tidak hanya berpotensi melampaui batasan efisiensi sel silikon tradisional, tetapi juga berpotensi memperluas jangkauan aplikasi energi surya secara signifikan.
Titik kuantum adalah partikel kecil yang telah menyusut hingga di bawah radius Bohr dari partikel semikonduktor. Hal ini membuat status energi elektron dalam titik kuantum tidak lagi kontinu tetapi diskret, mirip dengan tingkat energi atom. Properti ini memungkinkan celah pita titik kuantum disetel dengan menyesuaikan ukuran partikel, sehingga memungkinkannya menyerap panjang gelombang cahaya yang berbeda secara efisien. Karena sekitar setengah dari energi dalam spektrum surya berada di wilayah inframerah, sel surya titik kuantum dapat memanfaatkan sumber daya ini secara efisien.
Sifat celah pita yang dapat disetel dari titik kuantum memungkinkan perancangan sel surya multisambungan, yang berarti kita dapat menggunakan berbagai material untuk mengoptimalkan kinerja sel.
Menurut penelitian yang ada, efisiensi konversi QDSC telah melampaui 18,1%. Potensi masa depannya diyakini mampu mencapai efisiensi termodinamika maksimum sekitar 66% untuk konversi cahaya matahari. Hal ini karena titik kuantum mampu menggunakan panas untuk menghasilkan pembawa, sehingga menghasilkan tegangan foto atau arus foto yang lebih tinggi. Sifat ini membuat sel surya titik kuantum tak tertandingi dalam hal efisiensi.
Sel surya multisambungan konvensional menggunakan berbagai material semikonduktor untuk mengoptimalkan efisiensi penyerapan berbagai panjang gelombang cahaya. Namun, metode ini memiliki biaya produksi yang tinggi dan persyaratan teknis yang tinggi. Sebaliknya, titik kuantum, karena celah pita yang dapat disetel, dapat mewujudkan struktur multi-sambungan dengan cara yang lebih ekonomis, yang memberikan kemungkinan untuk mengurangi biaya produksi.
Titik kuantum dianggap sebagai kunci teknologi surya generasi ketiga, yang membantu sel surya menembus batas efisiensi.
Dalam QDSC, penangkapan pembawa panas merupakan pendekatan yang memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi. Ketika foton berenergi tinggi mengenai titik kuantum, beberapa eksiton dapat dihasilkan, bukan hanya satu pasangan elektron-lubang. Fenomena ini, yang disebut pembangkitan beberapa eksiton (MEG), membantu meningkatkan efisiensi arus. Penelitian telah menunjukkan bahwa hingga tiga elektron dapat dihasilkan di dalam titik kuantum, daripada hanya mengandalkan pembangkitan satu eksiton.iton, yang berarti efisiensi penggunaan energi yang lebih tinggi.
Dengan memanfaatkan fenomena unik pembatasan kuantum dalam titik kuantum, kami mampu menangkap energi surya dengan lebih efisien.
Meskipun titik kuantum memiliki potensi besar, mereka masih menghadapi tantangan dalam aplikasi praktis. Sel surya titik kuantum awal bergantung pada teknologi epitaksi berkas molekul yang mahal, yang membatasi kemungkinan produksi massal. Namun, dengan kemajuan nanoteknologi, strategi penggunaan metode kimia basah untuk mensintesis titik kuantum secara bertahap telah menggantikan teknologi tradisional, menjadikan produksi massal sebagai kenyataan.
Karena efisiensi dan keunggulan biaya sel surya titik kuantum menjadi semakin jelas, beberapa perusahaan rintisan telah mulai memasarkannya. Misalnya, Quantum Materials Corp. dan QD Solar sama-sama berfokus pada pengembangan teknologi sel surya titik kuantum dan berupaya membuatnya layak secara komersial. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi titik kuantum dapat menjadi bagian penting dari pasar energi surya masa depan.
Melalui penelitian dan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, titik kuantum berpotensi menjadi solusi energi untuk setiap rumah.
Meskipun teknologi titik kuantum menjanjikan terobosan dalam energi terbarukan, isu lingkungan tidak dapat diabaikan. Banyak dari titik kuantum berbasis logam berat tersebut, seperti senyawa yang mengandung timbal dan kadmium, bersifat biotoksik dan harus dilindungi dari paparan oleh cangkang polimer yang stabil. Oleh karena itu, para peneliti juga mengeksplorasi material tidak beracun seperti titik kuantum perak antimon sulfida (AgBiS2) dan tembaga indium selenida (CuInSe2) untuk merumuskan teknologi surya yang lebih aman.
Sel surya titik kuantum tengah mengalami perkembangan pesat dan menunjukkan potensi besar untuk menembus batasan-batasan tradisional. Namun, seiring kemajuan teknologi, akankah kita dapat menyaksikan adopsi teknologi titik kuantum secara luas dalam waktu dekat?