Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah "hemat bahan bakar", terutama pada mobil dan berbagai peralatan mekanis, yang tidak diragukan lagi merupakan indikator penting kinerja dan perlindungan lingkungan. Namun, bagaimana tepatnya efisiensi mesin kalor bekerja? Artikel ini akan membahas konsep dasar mesin kalor, cara kerjanya, dan rahasia di baliknya.
Mesin kalor adalah perangkat mekanis yang menghasilkan daya dengan membakar bahan bakar. Prinsip kerjanya dapat diringkas secara sederhana sebagai berikut: mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanis atau energi listrik. Mesin kalor dapat dibagi menjadi dua kategori: mesin pembakaran dalam dan mesin pembakaran luar. Mesin pembakaran dalam, terutama termasuk mesin bensin, mesin diesel, dan turbin gas, semuanya melakukan pembakaran bahan bakar secara menyeluruh di dalam mesin; sedangkan mesin pembakaran luar, seperti mesin uap dan mesin Stirling, melakukan pembakaran bahan bakar secara menyeluruh di luar mesin dan kemudian mengubah panas yang dihasilkan menjadi energi mekanis.
Efisiensi mesin adalah rasio kerja yang berguna terhadap panas yang diserap.
Banyak faktor yang memengaruhi efisiensi mesin kalor, yang terpenting di antaranya adalah rasio kompresi, kerugian gesekan, dan pasokan oksigen. Rasio kompresi merupakan parameter penting dari mesin pembakaran internal, yang secara langsung memengaruhi daya yang dapat diekstraksi. Secara umum, rasio kompresi yang lebih tinggi meningkatkan efisiensi mesin, tetapi hal ini juga dapat mengakibatkan peningkatan kebisingan dan emisi mesin.
Gesekan di antara komponen-komponen mesin menyebabkan hilangnya energi. Misalnya, gesekan lateral piston meningkat seiring dengan peningkatan kecepatan mesin, yang mencegah sebagian energi diubah menjadi daya. Selain itu, jumlah kerja yang diperlukan untuk memindahkan udara ke dalam dan keluar dari mesin meningkat seiring dengan peningkatan kecepatan mesin, yang juga merupakan faktor yang mengurangi efisiensi.
Pasokan oksigen yang cukup sangat penting untuk proses pembakaran. Udara mengandung sekitar 21% oksigen, dan tanpa oksigen yang cukup, bahan bakar akan terbakar tidak sempurna, sehingga mengurangi daya yang dihasilkan. Oleh karena itu, rasio campuran udara-bahan bakar yang efektif merupakan kunci lain untuk mencapai efisiensi yang tinggi.
Dalam kondisi oksigen yang tidak mencukupi, bahan bakar tidak dapat terbakar sepenuhnya, sehingga mengurangi efisiensi konversi energi.
Berbagai jenis mesin pemanas memiliki kinerja efisiensi yang unik. Misalnya, mesin diesel umumnya lebih efisien karena rasio kompresinya yang lebih tinggi, mencapai rasio 45%. Efisiensi mesin bensin umumnya antara 20% dan 40%. Selain itu, turbin gas juga menunjukkan efisiensi yang tinggi pada daya keluaran maksimum, sekitar 46% dan 61%.
Ambil mesin bensin sebagai contoh. Mesin bensin modern dapat memiliki efisiensi termal lebih dari 50%, tetapi banyak kendaraan yang legal di jalan raya memiliki efisiensi hanya antara 20% dan 40%. Ini berarti bahwa sebagian besar panas, hingga 80%, terbuang sebagai energi termal dan gagal diubah secara efektif menjadi tenaga.
Dibandingkan dengan mesin pembakaran internal, efisiensi mesin pembakaran eksternal umumnya dibatasi oleh suhu dan tekanan uap. Mesin uap dan turbin uap memiliki efisiensi sekitar 40%, tetapi idealnya dapat mencapai efisiensi Carnot sebesar 63%. Ini memerlukan peningkatan teknologi yang berkelanjutan untuk mencapainya.
Dengan kemajuan teknologi, banyak teknologi baru telah diperkenalkan untuk meningkatkan efisiensi mesin termal, termasuk teknologi kompresi variabel, sistem penggantian silinder, dan teknologi injeksi bahan bakar yang dikontrol secara elektronik. Misalnya, mesin diesel modern menggunakan sistem injeksi common rail yang dikontrol secara elektronik. Untuk meningkatkan efisiensi.
KesimpulanMemahami cara kerja mesin termal dan faktor-faktor yang memengaruhi efisiensinya tidak hanya membantu meningkatkan kinerja kendaraan, tetapi juga merupakan langkah penting dalam memenuhi persyaratan lingkungan saat ini. Bagaimana teknologi energi baru dan desain mesin masa depan akan memengaruhi efisiensi konversi energi bahan bakar?