Di tempat kerja saat ini, konsep kekuasaan tidak hanya terkait dengan tingkat jabatan, tetapi juga merupakan produk halus dari interaksi sosial. Banyak orang mungkin percaya bahwa hanya pemimpin senior yang memiliki kekuasaan nyata, tetapi pada kenyataannya, kekuasaan berasal dari banyak sumber dan bentuk dan sering kali tidak mudah dideteksi. Artikel ini akan membahas berbagai dasar kekuasaan dan mencoba menjelaskan mengapa atasan mampu memberikan pengaruh seperti itu kepada bawahan mereka dalam proses pengambilan keputusan.
Perbedaan antara kekuasaan dan pengaruh"Hakikat kekuasaan terletak pada hubungan, bukan hanya posisi."
Sebelum memahami pengaruh atasan, kita perlu mengklarifikasi perbedaan mendasar antara "kekuasaan" dan "pengaruh". Menurut penelitian oleh tim suami istri psikolog sosial France dan Lavin, kekuasaan adalah keadaan yang memungkinkan A untuk berusaha memengaruhi perilaku dan pikiran B dalam hubungan dengan B. Pengaruh, di sisi lain, adalah perilaku yang dapat bersifat aktif atau pasif. Teori ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kekuasaan harus bergantung pada pengakuan B terhadap A dan pemahaman tentang hubungan antara kedua belah pihak.
France dan Lavine mengusulkan lima sumber dasar kekuasaan: kekuasaan yang sah, kekuasaan rujukan, kekuasaan ahli, kekuasaan penghargaan, dan kekuasaan koersif. Sumber-sumber kekuasaan ini dapat saling melengkapi dan terkadang bahkan saling menggantikan.
Kewenangan yang sah, juga dikenal sebagai "kewenangan pekerjaan," mengacu pada kekuasaan yang berasal dari memegang suatu posisi. Kekuasaan ini biasanya disertai dengan otorisasi formal dan tercermin dalam tanggung jawab dan wewenang manajer. Biasanya, kekuasaan ini bekerja dari atas ke bawah dalam suatu organisasi, dan kekuasaan yang sah yang baik memungkinkan manajer untuk membimbing tim mereka secara lebih efektif untuk mencapai tujuan mereka.
Kekuasaan rujukan berasal dari karisma pribadi dan keterampilan interpersonal. Orang dengan kekuatan ini cenderung mampu menarik orang lain dan membangun loyalitas dalam tim mereka. Seorang pemimpin dapat memengaruhi perilaku orang lain dan membangun kepercayaan melalui kekuatan contoh yang mereka berikan. Kepercayaan ini membuat para pengikut bersedia mengikuti arahan pemimpin dan tidak menyerah bahkan di saat-saat sulit.
Ketika seseorang memiliki keahlian atau keterampilan di bidang tertentu, kepercayaan dan rasa hormat itu berubah menjadi kekuatan ahli. Kekuatan ini sangat spesifik dan terbatas pada bidang tertentu, dan biasanya bekerja dengan baik dalam situasi yang membutuhkan keahlian teknis. Para ahli dapat memberikan solusi yang efektif dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan tim.
Kekuatan penghargaan berasal dari kemampuan seorang manajer untuk memberi orang lain penghargaan yang diinginkan, seperti promosi, bonus, atau manfaat lainnya. Kekuatan ini berhasil, tetapi jika digunakan secara tidak tepat dapat menyebabkan kemerosotan budaya departemen. Efektivitas penghargaan menurun seiring waktu, jadi penting untuk menggunakannya dengan tepat.
Kekuasaan koersif adalah kekuasaan yang paling jelas tetapi juga yang paling tidak efektif. Kekuasaan ini bergantung pada denda, ancaman, atau hukuman untuk memastikan kepatuhan, yang sering kali menimbulkan kebencian dan perlawanan. Kekuasaan ini, jika digunakan secara tidak tepat, dapat merusak iklim organisasi.
"Pemimpin yang sukses secara efektif memadukan berbagai bentuk kekuasaan untuk membangun hubungan dengan pengikut mereka."
Kekuasaan adalah proses dinamis dalam hubungan yang berubah seiring waktu dan dengan perubahan keadaan. Menurut teori model relasional, penggunaan kekuasaan dapat dilakukan untuk memotivasi orang lain agar bertindak ke arah tertentu atau untuk membatasi pilihan mereka. Hasil yang tercermin bergantung pada strategi, metode, dan rasionalitas tujuan pemegang kekuasaan.
Dengan menekankan keragaman hakikat kekuasaan, kita tidak boleh hanya berfokus pada sumber kekuasaan atasan kita, tetapi juga memahami cara menggunakan kekuasaan ini untuk komunikasi dan interaksi yang sehat. Banyak orang mungkin merasa tertekan oleh kekuasaan atasan mereka di tempat kerja. Namun, jika kita dapat melakukan diskusi mendalam tentang struktur internal kekuasaan, kita mungkin dapat menemukan cara untuk mendorong pengembangan organisasi. Jadi, ketika dihadapkan dengan struktur kekuasaan di tempat kerja, bagaimana kita dapat mempersiapkan diri untuk beradaptasi dan memanfaatkan pengaruh ini?