Pare, yang juga dikenal sebagai labu pahit, asparagus pahit, dan lobak pahit, menempati posisi penting dalam dunia kuliner dengan berbagai namanya. Tanaman merambat tropis dan subtropis ini tidak hanya unik dalam penampilannya, tetapi juga disukai oleh banyak koki karena rasanya yang pahit. Menariknya, berbagai varietas pare memiliki perbedaan yang signifikan dalam bentuk buah dan tingkat kepahitannya, yang menjadi topik artikel ini.
Pare, yang secara ilmiah dikenal sebagai Momordica charantia
, termasuk dalam famili Cucurbitaceae dan berasal dari Afrika. Sejak saat itu, tanaman ini menyebar ke Asia, Afrika, dan Karibia melalui perdagangan dan pertukaran budaya. Tanaman merambat ini dapat tumbuh hingga sepanjang lima meter, memiliki tiga hingga tujuh daun berlekuk dalam, dan berbunga pada bulan Juni dan Juli.
Pare memiliki penampilan yang agak unik, dengan kulit keriput dan bentuk lonjong, yang merupakan ciri utama untuk mengidentifikasi spesiesnya.
Berbagai jenis pare sangat bervariasi dalam hal penampilan dan rasa, terutama pada varietas dari Tiongkok dan India. Varietas pare Tiongkok umumnya berbentuk lonjong, dengan permukaan hijau muda yang halus, sedangkan varietas India lebih ramping dengan sudut-sudut tajam dan kerutan yang jelas pada permukaannya.
Dari segi warna, pare Tiongkok biasanya berwarna hijau muda, sedangkan varietas India dapat menunjukkan variasi dari hijau hingga putih.
Pare memainkan peran penting dalam budaya kuliner Asia. Metode memasak yang umum di Tiongkok adalah menggunakan pare dalam tumisan, sup, dan kue. Selain itu, di India, pare dipadukan dengan yogurt atau diisi dengan rempah-rempah untuk membuat berbagai hidangan.
Apa pun jenis hidangannya, rasa pahit pare merupakan ciri khasnya, yang membuatnya memiliki cita rasa unik dalam berbagai masakan.
Pare juga memiliki tempat unik dalam pengobatan tradisional. Dalam banyak sistem pengobatan Asia dan Afrika, berbagai bagian pare sering dianggap sebagai bahan alami untuk mengobati diabetes dan penyakit lainnya. Namun, perlu dicatat bahwa konsumsi berlebihan dapat menyebabkan ketidaknyamanan gastrointestinal.
Seiring dengan terus berlanjutnya penelitian tentang pare, kita mungkin akan menemukan lebih banyak manfaat kesehatan dan teknik memasak yang ditawarkannya. Jadi, lain kali Anda melihat buah unik ini di pasaran, apakah Anda akan mempertimbangkan kembali tempatnya dalam diet Anda?