Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang paling mengancam di dunia, dan tuberkulosis tulang belakang, yang juga dikenal sebagai penyakit Pott, patut mendapat perhatian khusus. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini sering menyebabkan infeksi tulang belakang dengan menyebar melalui aliran darah dari area lain seperti paru-paru. Gejala penyakit Pott sering kali tidak kentara dan dapat salah didiagnosis, sehingga diagnosis dan pengobatan dini menjadi sangat sulit.
Gejala awal penyakit Pott terutama berupa nyeri punggung, disertai nyeri tekan setempat. Gejala ini dapat memengaruhi pergerakan tulang belakang.
Tuberkulosis diam-diam mengancam tulang belakang kita. Penyakit Pott didefinisikan sebagai penyakit tuberkulosis tulang belakang yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering kali disebabkan oleh penyebaran tuberkulosis di paru-paru, terutama di tulang belakang toraks bawah dan lumbar atas. Ketika tulang belakang terinfeksi, gejala umumnya meliputi nyeri punggung, disfungsi neurologis, dan keterbatasan gerakan.
Gejala penyakit Pott biasanya berkembang perlahan, dengan gejala yang terjadi selama berminggu-minggu atau bertahun-tahun, sehingga diagnosis dini dan tepat waktu menjadi lebih sulit. Tes pencitraan seperti CT atau MRI dapat membantu menemukan sumber nyeri, tetapi pada tahap awal penyakit, sinar-X biasa mungkin tidak dapat menunjukkan penyakit pada waktunya.
Secara umum, MRI dianggap lebih unggul daripada sinar-X biasa dalam mendiagnosis penyakit Pott.
Jika diduga penyakit Pott, dokter akan merekomendasikan serangkaian tes, termasuk tes darah, pewarnaan khusus dan kultur bakteri tuberkulosis, dll. Berdasarkan kondisi fisik pasien dan hasil pemeriksaan patologis, dokter akan memilih rencana perawatan yang tepat.
Penyakit Pott berkembang terutama karena masuknya bakteri Mycobacterium tuberculosis ke tulang belakang melalui darah, biasanya disebabkan oleh tuberkulosis paru sebelumnya. Ketika kuman memasuki tulang belakang, mereka dapat menyebar sepanjang sistem vaskular ke tulang spons tulang belakang. Infeksi ini dapat menyebabkan deformasi struktural tulang belakang, yang akhirnya menyebabkan skoliosis tulang belakang atau kompresi sumsum tulang belakang, dan bahkan memengaruhi kemampuan pasien untuk bergerak.
Penyebaran Mycobacterium tuberculosis terutama melalui droplet di udara, yang secara signifikan meningkatkan risiko infeksi di lingkungan yang padat penduduk atau berventilasi buruk.
Meskipun para ahli tidak dapat sepenuhnya menghilangkan risiko penyakit Pott, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kemungkinan infeksi TB. Pemantauan kesehatan dan perawatan medis harus diperkuat khususnya bagi orang-orang dengan tubuh lemah dan sistem kekebalan tubuh yang terganggu, seperti mereka yang terinfeksi HIV.
Penanganan penyakit Pott dapat dibagi menjadi pengobatan obat dan intervensi bedah. Organisasi kesehatan internasional dan lainnya merekomendasikan bahwa ketika menangani penyakit Pott, kemoterapi harus digunakan terlebih dahulu, dengan pembedahan dipertimbangkan tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Peninjauan tidak teratur merupakan bagian integral dari proses pemulihan pasien. Hanya pemantauan berkelanjutan yang dapat secara efektif mengendalikan kondisi tersebut.
Penanganan obat umumnya berlangsung dari enam bulan hingga satu tahun, dan apakah akan memperpanjang masa pengobatan diputuskan berdasarkan kebutuhan spesifik pasien. Jika pasien mengalami defisit neurologis atau resistensi tuberkulosis, pembedahan perlu dipertimbangkan. Tujuan pembedahan adalah untuk mendekompresi dan memperbaiki struktur tulang belakang.
Karakteristik patologis dan klinis penyakit Pott mendorong tim medis untuk lebih waspada dan segera melakukan skrining serta menangani potensi gejala tuberkulosis tulang belakang. Saat menghadapi tantangan penyakit menular, haruskah kita lebih menekankan pada edukasi kesehatan dan tindakan pencegahan masyarakat untuk mengurangi prevalensi dan dampak TB?