Leukemia mielogenus kronis (CML) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan ditandai dengan proliferasi dan pertumbuhan sel myeloid yang tidak terkendali di sumsum tulang. Penyakit ini biasanya terbagi menjadi tiga stadium saat didiagnosis, dari stadium kronis ke stadium akselerasi, dan terakhir ke stadium krisis. Perubahan pada setiap stadium terkait dengan kelainan genetik sel. Menurut laporan, CML terutama menyerang pria paruh baya dan lanjut usia, dan faktor kunci dalam patogenesisnya adalah apa yang disebut kromosom Philadelphia.
Karena proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali selama perkembangan leukemia mielogenus kronis, banyak pasien telah mencapai stadium akselerasi penyakit saat didiagnosis.
Manifestasi CML sering kali bergantung pada stadium saat diagnosis. Sekitar 90% pasien didiagnosis pada fase kronis, saat gejala mungkin ringan atau asimtomatik, dan peningkatan jumlah sel darah putih sering ditemukan selama pemeriksaan rutin. Saat penyakit berkembang, pasien mungkin mengalami gejala seperti hepatosplenomegali, kehilangan nafsu makan, dan keringat malam. Dalam proses konfirmasi diagnosis, tes darah lengkap dan biopsi sumsum tulang biasanya dilakukan, dan akhirnya sitogenetika diandalkan untuk mengonfirmasi keberadaan kromosom Philadelphia.
Kunci diagnosis leukemia mielogenus kronis adalah identifikasi kelainan kromosom, khususnya kromosom Philadelphia, yang keberadaannya menyebabkan inaktivasi gen penekan tumor utama.
Penyebab pasti CML masih belum jelas dalam sebagian besar kasus. Namun, faktor risiko yang diketahui meliputi usia dan jenis kelamin, dengan penyakit ini lebih umum terjadi pada pria. Penelitian terkini menunjukkan bahwa di antara para penyintas bom nuklir seperti Hiroshima dan Nagasaki yang terpapar radiasi, insidensi CML meningkat 50 kali lipat dan mencapai puncaknya sekitar sepuluh tahun setelah paparan.
Dengan kemajuan genetika, tingkat diagnosis CML meningkat. Selama periode ini, peningkatan teknologi medis telah sangat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien.
CML adalah kanker pertama yang secara jelas dikaitkan dengan kelainan genetik tertentu, kromosom Philadelphia, suatu kelainan yang mendorong terciptanya gen fusi BCR-ABL, yang mengkodekan tirosin kinase. Kinase ini terus-menerus mengaktifkan sinyal proliferasi sel, menyebabkan sel terus membelah dan menghambat perbaikan DNA, yang menyebabkan ketidakstabilan genom. Efek gabungan dari mekanisme ini memperburuk perkembangan CML.
Saat ini, pengobatan utama untuk CML adalah penggunaan obat-obatan yang ditargetkan, yaitu inhibitor tirosin kinase (TKI). Sejak diperkenalkan pada tahun 2001, obat-obatan ini telah membawa perbaikan yang signifikan dalam tingkat kelangsungan hidup dan kualitas hidup. Generasi baru TKI, termasuk dasatinib dan nilotinib, secara khusus dikembangkan untuk mengatasi resistensi pasien terhadap imatinib.
Dengan diperkenalkannya TKI, waktu kelangsungan hidup rata-rata pasien CML telah diperpanjang secara signifikan. Dilaporkan bahwa di antara pasien yang menggunakan imatinib, tingkat kelangsungan hidup setelah lima tahun mencapai 89%, dan dalam beberapa data, tingkat kelangsungan hidup bahkan mendekati tingkat kelangsungan hidup populasi umum. Pencapaian ini mengubah kisah hidup pasien CML.
Pengobatan leukemia mielogenus kronis mencerminkan bagaimana pengobatan modern menggunakan teknologi genetik untuk mencapai kemanjuran yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Meskipun kemajuan signifikan telah dicapai dalam pemahaman dan pengobatan CML saat ini, masih banyak misteri yang belum terpecahkan tentang penyebabnya. Apakah ini membuat kita memikirkan kembali bagaimana gen dan lingkungan bekerja sama dalam perkembangan kanker?