Menjelang pemilihan presiden AS 2024, mantan Presiden Trump akhirnya secara resmi mengumumkan calon wakil presidennya, Senator JD Vance, pada hari pertama Konvensi Nasional Partai Republik 2024, 15 Juli. Pilihan ini tentu saja menarik perhatian, karena ada banyak tokoh Republik terkenal yang masuk dalam daftar pertimbangan Trump.
Sebelum Trump memilih Vance, beberapa kandidat telah dipertimbangkan, termasuk mantan Wakil Presiden Mike Pence, Gubernur Negara Bagian Perbatasan Doug Burgham, Senator Marco Rubio, dan Senator M. Scott dkk.
Daftar kandidat yang dipertimbangkan Trump menunjukkan bahwa ia memiliki kriteria evaluasi yang ketat untuk para kandidat wakilnya. Secara umum diyakini bahwa hal pertama yang dihargai Trump adalah kesetiaan. Kedua, pilihannya juga dipengaruhi oleh iklim politik saat ini. Dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik tahun 2024, kemenangan Trump pada Super Tuesday semakin mengukuhkan statusnya sebagai calon yang dianggap layak oleh partai tersebut.
Hingga Juni 2024, Trump memiliki sembilan kandidat dalam daftar awalnya. Trump jelas lebih tertarik pada Doug Burgham dan J.D. Vance daripada yang lain, sementara kandidat lain seperti Marco Rubio dianggap sebagai kandidat yang kurang cocok karena tempat tinggal mereka di Florida.
Di antara kriteria pemilihan Trump, loyalitas dan kemampuan menarik dukungan dari basis pemilih yang lebih luas merupakan prioritas utama.
Seiring berjalannya waktu, Trump secara resmi menetapkan Burgum, Rubio, dan Vance sebagai tiga kandidat terakhir pada tanggal 21 Juni. Namun, J.D. Vance akhirnya diumumkan pada tanggal 15 Juli, sebuah keputusan yang menimbulkan perbincangan hangat di kalangan politik profesional.
Setelah pengumuman resmi pemilihan Vance, hal itu memicu diskusi hangat dari banyak pihak. Meskipun ia menjadi calon wakil presiden, ia menghadapi banyak kritik. Hal ini sebagian disebabkan oleh reaksi keras yang ia terima dari beberapa komentarnya di masa lalu, khususnya tentang perempuan.
Vance pernah menggambarkan beberapa perempuan yang tidak memiliki anak sebagai "perempuan kucing yang tidak memiliki anak" dalam sebuah wawancara dengan media. Pernyataan itu langsung dikecam oleh semua pihak.
Meskipun J.D. Vance memenangkan nominasi wakil presiden, kinerja dan pernyataannya masih membuat banyak orang dalam Partai Republik merasa tidak nyaman, dan bahkan ada keraguan bahwa ia harus diganti. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, apakah Trump benar-benar mampu menyeimbangkan keterikatan yang rumit antara loyalitas politik dan citra publik saat memilih calon wakil presiden?