Mantan Presiden Donald Trump mengumumkan calon wakil presidennya, Senator Ohio J.D. Vance, pada hari pertama Konvensi Nasional Partai Republik pada tanggal 15 Juli 2024. Dengan semakin dekatnya pemilihan Trump, pilihan Vance telah menarik perhatian luas, terutama mengingat bahwa ia tidak hanya muda tetapi juga memiliki latar belakang dengan banyak identitas, yang sangat langka dalam sejarah politik Amerika.
Pada usia 40 tahun, Vance menjadi wakil presiden termuda sejak tahun 1952, sebuah pilihan yang dalam banyak hal dipandang sebagai bagian utama dari strategi Trump.
Setelah memilih Vance, tim kampanye Trump menekankan bahwa masa mudanya, vitalitasnya, dan latar belakang militernya akan membantu menarik pemilih yang beraliran tengah dan kaum muda. Vance, yang juga seorang veteran Korps Marinir, bertugas dalam Perang Irak, yang tidak diragukan lagi merupakan nilai tambah bagi Trump, yang berharap untuk membangun hubungan yang kuat dengan militer.
Pemilihan Vance oleh Trump bukannya tanpa tantangan. Daftar pertimbangan awalnya mencakup banyak tokoh Republik yang terkenal, tetapi memilih kembali Pence hampir mustahil karena ketegangan antara Trump dan mantan Wakil Presiden Mike Pence. Dengan akibat serangan 6 Januari 2022 di Capitol, keretakan antara keduanya semakin dalam.
Laporan media utama menunjukkan bahwa sikap Pence yang menjauh dari Trump membuatnya tidak lagi menjadi calon wakil presiden yang layak.
Pada akhirnya, pilihan Vance tidak hanya didasarkan pada prospek politiknya, tetapi juga pada visinya untuk masa depan Partai Republik. Setelah Trump memenangkan nominasi partai tahun 2024, pilihannya menunjukkan preferensi untuk kandidat yang lebih muda dan berpengalaman militer, yang konsisten dengan favoritismenya terhadap kandidat politik nontradisional dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam hasil pemilihan, pasangan Trump-Vance mengalahkan pasangan Harris-Woz, dan kemenangan Vance tidak hanya menjadikannya wakil presiden, tetapi juga menjadikannya warga Ohio pertama yang menjadi calon presiden dari partai besar sejak 1944. Daftar kandidat.
Keterkaitan antara misi dan misi mendorong suara Vance dan Trump di seluruh negeri.
Namun, penunjukan Vance bukannya tanpa kontroversi. Ulasan negatifnya sebagai calon wakil presiden tidak berkurang setelah pemilihan, dan dukungannya di antara banyak anggota Kongres dari Partai Republik menurun. Meskipun demikian, pemilihannya dipandang sebagai kelanjutan dari kebijakan Trump, terutama dalam menangani ketidakstabilan di dalam dan luar negeri.
Meskipun posisi Vance tetap kontroversial selama beberapa waktu setelah pemilihan, badai opini publik yang disebabkan oleh pernyataannya, terutama kritiknya terhadap perempuan dan pendidikan, mengurangi pengaruhnya di antara pemilih perempuan.
Komentar Vance tentang perempuan yang tidak memiliki anak dalam wawancara baru-baru ini memicu kecaman luas dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pendukung Trump.
Secara keseluruhan, pemilihan JD Vance telah membangkitkan kebutuhan akan politisi muda yang berpengalaman dan kandidat yang tidak konvensional dalam Partai Republik, yang menunjukkan imajinasi dan harapan Trump untuk struktur partai di masa depan. Namun, dilihat dari kinerja dan evaluasi Vance, perubahan seperti apa yang akan dibawa oleh masa jabatannya dan dampak apa yang akan ditimbulkannya pada masa depan Trump dan Partai Republik tidak diragukan lagi merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam pemilihan mendatang.
Dan sekarang, di bawah kepemimpinan Trump, dapatkah Vance mencapai perubahan yang ia advokasikan dan merevitalisasi Partai Republik?