Pada era saat ini, masyarakat Muslim global telah mengalami kebangkitan iman yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang tidak hanya menegaskan kembali prinsip dan ajaran Islam, tetapi juga membuat banyak umat beriman memikirkan kembali identitas dan peran sosial mereka. Gerakan kembali ke dasar-dasar iman ini bukan hanya kebangkitan kepercayaan tradisional, tetapi juga respons terhadap dampak globalisasi dan modernisasi.
Dalam sejarah Islam, rekonstruksi iman bukan hanya pengejaran spiritual pribadi, tetapi juga proses rekonstruksi budaya bagi seluruh masyarakat.
Iman yang diperbarui disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk frustrasi dengan sekularisme. Banyak orang merasa lelah dengan sistem politik sekuler saat ini, karena percaya bahwa sistem tersebut gagal memberikan bimbingan moral atau identitas budaya yang memadai. Dengan latar belakang kekecewaan ini, identifikasi ulang dengan Islam secara alami menjadi konsensus sosial.
Menghadapi krisis hilangnya identitas budaya, semakin banyak Muslim memilih untuk kembali ke ajaran dasar Islam.
Selama beberapa dekade terakhir, pengalaman masyarakat Muslim di seluruh dunia dan perubahan politik dan ekonomi mereka telah mengkatalisasi kebangkitan iman ini. Misalnya, Revolusi Iran tahun 1979 tidak hanya memicu minat pada iman Islam tetapi juga memperkuat rasa identitas Muslim sendiri.
Selain itu, dampak globalisasi telah menyebabkan Muslim menyebar ke seluruh negara non-Muslim, dan para imigran ini sering memilih untuk memperkuat identitas agama mereka ketika mencari rasa memiliki budaya.
Beberapa gerakan kebangkitan telah menunjukkan keragaman karakteristik, mulai dari aktivisme hingga praktik spiritual. Sementara banyak Muslim yang mengkaji ulang ajaran-ajaran kuno melalui sudut pandang modern, ada juga banyak gerakan yang menganjurkan reformasi mendalam masyarakat dan penerapan hukum Islam. Gerakan ini, baik di Timur Tengah, Asia Selatan, atau masyarakat Barat, mencerminkan penemuan kembali identitas Muslim.
Dalam gelombang kebangkitan Islam global, iman telah menjadi inti dari rekonstruksi budaya dan reformasi sosial.
Pemulihan iman bukan hanya kembali ke perilaku religius, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam pada seluruh budaya sosial. Banyak Muslim secara aktif berpartisipasi dalam ziarah, mengenakan pakaian tradisional, dan sangat mementingkan nilai-nilai keluarga dan masyarakat. Tren perilaku ini yang bertentangan dengan individualisme menunjukkan kebutuhan kolektif untuk kembali ke budaya dan kepercayaan.
Jika melihat ke masa depan, bagaimana masyarakat Muslim akan mempertahankan budaya dan identitas mereka dalam konteks globalisasi akan menjadi isu penting yang layak untuk dipikirkan secara mendalam. Apakah pemulihan keimanan dapat terus benar-benar membentuk identitas dan nilai-nilai umat Islam di seluruh dunia? Atau apakah ini hanya gerakan politik dan sosial sementara? Isu-isu ini niscaya menuntut kita untuk mengeksplorasi dan memahaminya lebih dalam.
Mengapa ada keinginan yang sangat besar di kalangan umat Islam untuk memiliki keimanan yang fundamental di masa perubahan ini?