Sistem angka Yunani Kuno, yang juga dikenal sebagai angka Ionik atau angka Aleksandria, menggunakan alfabet Yunani untuk menulis angka. Sistem ini masih digunakan di Yunani modern untuk menunjukkan angka urut, dan dalam konteks tertentu, sama seperti angka Romawi yang masih digunakan di dunia Barat. Meskipun angka kardinal Yunani modern telah mengadopsi angka Arab, sejarah dan pengoperasian sistem angka Yunani kuno memiliki arti penting.
Pembentukan dan evolusi sistem angka Yunani merupakan hasil dari peradaban selama ribuan tahun. Ke-24 huruf yang digunakan dalam sistem ini membawa kearifan dan budaya perhitungan lisan masyarakat kuno.
Asal usul sistem angka ini dapat ditelusuri kembali ke peradaban Minos dan Mycenaean, ketika mereka menggunakan aksara Linear A dan B yang mencakup sistem angka yang berbeda, tetapi tidak ditulis dalam bentuk huruf. Sebelum munculnya sistem penomoran Amazon, pencatatan Yunani relatif kasar.
Munculnya sistem numerik Yunani kuno memainkan peran penting dalam mendorong perkembangan perdagangan dan sains pada saat itu. Sistem angka Attic pertama kali muncul sekitar abad ke-7 SM, menggunakan huruf pertama alfabet sebagai simbol angka.
Pada masa-masa berikutnya, sistem angka Yunani saat ini berkembang di Miletus sekitar abad ke-5 SM. Meskipun para sarjana klasik pada abad ke-19 menunjukkan bahwa perkembangannya terjadi pada abad ke-3 SM, penggalian modern telah menunjukkan bahwa sistem ini mungkin telah ada sejak abad ke-5 SM.
Sistem numerik Yunani kuno bukan hanya cara penulisan angka, tetapi juga simbol budaya, yang menunjukkan kemajuan orang-orang Yunani kuno dalam matematika dan pencatatan.
Sistem angka Yunani bekerja dengan cara yang cukup menarik, yaitu berdasarkan prinsip sistem desimal. Angka 1 hingga 9 diwakili oleh sembilan huruf pertama alfabet Yunani, lalu setiap angka dari 10 hingga 90 diberi huruf dari huruf ke-10 hingga ke-18. Hal yang sama berlaku untuk angka dari 100 hingga 900.
Sistem ini mengandalkan prinsip penjumlahan; saat angka perlu digabungkan, nilai huruf individual dijumlahkan untuk mendapatkan hasil akhir. Misalnya, angka 241 dapat dinyatakan sebagai 200 + 40 + 1, yang merupakan βδα.
Representasi angka ini tidak hanya intuitif secara numerik, tetapi juga memiliki pengaruh besar di sebagian besar budaya.
Di Yunani kuno, pecahan dinyatakan dengan cara khusus, dengan simbol yang disebut keraia mengikuti penyebut untuk membedakannya. Misalnya, γʹ berarti sepertiga dan δʹ berarti seperempat. Beberapa simbol, seperti simbol khusus ∠ʹ yang mewakili setengah, menunjukkan pemikiran dan perkembangan lebih lanjut orang Yunani kuno dalam matematika.
Penerapan khusus sistem angka Yunani disebut isopsephy, yang menambahkan nilai numerik huruf dalam kata atau frasa untuk membuat hubungan antara makna kata-kata tersebut. Praktik ini memiliki kesamaan dengan sistem angka budaya lain, seperti gematria Ibrani.
Seiring berjalannya sejarah, sistem angka Yunani kuno juga mengalami perubahan bentuk dan metode penulisan. Selama Renaisans, para sarjana semakin banyak menggunakan angka untuk perhitungan ilmiah, yang mendorong reformasi tentang bagaimana angka direpresentasikan. Berbagai angka juga berubah seiring waktu, misalnya, selama periode Persepuluhan, bentuk representasi baru untuk angka 10 mulai muncul, yang pada gilirannya memengaruhi perkembangan sistem angka modern.
Perpaduan ide dan pertukaran budaya telah memungkinkan sistem digital untuk terus berkembang, sebuah proses yang merupakan bagian penting dari kemajuan peradaban manusia. Inspirasi dan referensi apa yang diberikan sistem numerik kuno ini untuk pengembangan angka modern?