Dalam banyak film Barat, ketika kereta yang ditarik kuda atau sapi lewat dengan cepat, gerakan roda kereta terkadang tampak tidak bergerak sama sekali, atau bahkan tampak berputar ke arah yang berlawanan dari arah sebenarnya. Fenomena ini, yang dikenal sebagai "efek roda kereta" atau "efek roda panggung," adalah ilusi optik yang telah menarik perhatian para penonton film dan komunitas ilmiah.
Munculnya efek ini terutama disebabkan oleh aliasing waktu. Dalam film, perbedaan antara frekuensi putaran roda kereta dan frame rate kamera membuat penonton merasa bahwa putaran roda tidak sesuai dengan situasi sebenarnya.
Efek roda kereta paling sering terlihat dalam film karena diskontinuitas kecepatan persepsi yang menyerang sistem visual. Ketika roda berputar pada kecepatan tertentu, jika frame rate film (biasanya 24 frame per detik) tidak cukup untuk menangkap posisi roda pada setiap waktu, penonton akan keliru mengira bahwa roda tersebut diam pada saat tertentu atau berputar ke arah yang berlawanan. Rotasi arah.
Misalnya, anggaplah roda empat jari-jari biasanya berputar searah jarum jam. Jika kamera menangkap momen di mana jari-jari berada pada pukul 12, dan saat rana berikutnya terbuka jari-jari berada pada pukul 3, penonton akan melihat roda tersebut diam. Jika rana dibuka lagi dan jari-jari bergerak dari pukul 12 ke pukul 11:30, persepsi rotasi terbalik akan terjadi.
Efek roda gerobak bergantung pada sifat persepsi yang disebut gerakan beta. Mata penonton melihat gerakan ketika objek yang sama berubah posisi pada titik waktu yang berbeda, yang menjelaskan mengapa roda jari-jari lebih mungkin menyebabkan kebingungan selama aksi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa efek roda gerobak tetap ada bahkan di bawah sumber cahaya yang stabil. Hal ini karena bahkan dalam kondisi yang baik, gerakan halus dapat dirasakan oleh respons di area retina tertentu di mata manusia. Hal ini memungkinkan penonton untuk melihat ilusi dalam kondisi tertentu, seperti menggunakan cermin yang bergetar atau melihat lampu yang kecerahannya berfluktuasi.
Cendekiawan Rushton mengusulkan bahwa ketika kita melakukan tindakan tertentu di bawah cahaya kontinu, seperti membuat suara atau mengunyah makanan, getaran di dalam mata dapat menghasilkan efek yang mirip dengan frame breaks, yang pada gilirannya memengaruhi persepsi penonton terhadap objek yang berputar.
Menanggapi efek roda gerobak di bawah pencahayaan berkelanjutan, Schouten mengusulkan tiga bentuk kedipan subjektif, yang disebut α, β, dan γ. Bentuk-bentuk ini bervariasi dengan frekuensi respons, menciptakan efek mulai dari diam hingga kabur dan gerakan yang hampir tak terlihat.
Dalam kasus ini, roda tampak diam, tetapi beberapa jari-jari tampak "menyilang" bagian tetap lainnya, sebuah fenomena yang selanjutnya menimbulkan pertanyaan tentang pemrosesan visual manusia.
Potensi risiko keselamatanEfek roda gerobak bukan hanya fenomena visual psikologis yang menarik, tetapi juga menimbulkan masalah keselamatan dalam lingkungan industri. Mesin yang berputar pada kecepatan tertentu mungkin tampak diam dalam kondisi pencahayaan tertentu, yang dapat menimbulkan bahaya bagi operator.
Banyak pabrik harus menghindari pencahayaan yang menggunakan daya fase tunggal karena kedipan yang disebabkan oleh frekuensinya dapat menyebabkan penilaian yang salah terhadap pengoperasian peralatan. Dalam beberapa kasus, pencahayaan terkontrol frekuensi tinggi dan sarana teknis lainnya merupakan cara efektif untuk mengurangi dampak ilusi ini.
KesimpulanEfek roda gerobak telah mengilhami berbagai penelitian ilmiah, mulai dari psikologi hingga teknologi rekayasa. Kita tidak hanya dapat lebih memahami fenomena tersebut, tetapi kita juga dapat lebih menyadari dampaknya terhadap kehidupan kita sehari-hari. Dapatkah orang sepenuhnya dan akurat memahami gerakan nyata benda yang berputar dalam berbagai lingkungan visual dan nyata?