Pada sel eukariotik, histon H2B merupakan salah satu protein struktural penting yang mengikat DNA dan membentuk nukleosom. Protein kecil ini, dengan hanya 126 asam amino, memainkan peran penting dalam regulasi gen dan pengemasan DNA. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, bagaimana histon H2B memengaruhi fungsi kehidupan sel?
Histon H2B memiliki struktur yang relatif ringan, dan 136 asam aminonya sebagian besar bermuatan positif pada pH sel, yang memungkinkannya berinteraksi dengan gugus fosfat DNA yang bermuatan negatif. H2B bergabung dengan empat histon lainnya, H2A, H3, dan H4, untuk membentuk oktamer inti nukleosom, sehingga memberikan dukungan struktural bagi DNA.
Ekor N- dan C-terminal H2B sangat penting untuk pengemasan kromatin yang rapat dari bentuk "manik-manik pada rantai" menjadi serat berukuran 30 nanometer dan mendorong regulasi dan fungsi kromatin.
Selain mendukung fungsi struktural DNA, H2B juga terlibat dalam sejumlah proses seluler penting, termasuk regulasi transkripsi gen, serta replikasi dan perbaikan DNA. Histon H2B memengaruhi struktur kromatin melalui modifikasi pascatranslasi seperti asetilasi dan ubikuitinasi, sehingga mengatur ekspresi gen.
Efek modifikasi pascatranslasiHiston H2B mengalami berbagai modifikasi pascatranslasi dalam sel, yang memainkan peran penting dalam struktur dan fungsi kromatin. Misalnya, asetilasi ekor H2B dapat melemahkan ikatan antara histon dan DNA atau nukleosom, membuat kromatin lebih mudah diakses oleh protein pengikat DNA dan dengan demikian meningkatkan aktivitas transkripsi.
Secara khusus, asetilasi H2BK5ac dianggap sebagai langkah penting dalam mengatur transkripsi gen, membantu faktor transkripsi untuk melokalisasi ke daerah kromatin yang benar.
Histon H2B yang terubikuitinasi sering ditemukan di daerah transkripsi aktif dan merangsang pemanjangan transkripsi dengan mendorong perombakan kromatin. Proses ini menyediakan akses tanpa hambatan untuk mesin transkripsi.
Peran dalam respons kerusakan DNAHiston H2B juga memainkan peran penting dalam respons kerusakan DNA. Ketika sel rusak, ubikuitinasi H2B mendorong perekrutan faktor perbaikan dan mempercepat proses perbaikan. Ini berarti bahwa H2B tidak hanya menjadi "pelindung" pengemasan DNA, tetapi juga "perbaikan" dalam respons kerusakan.
Manusia memiliki enam belas isoform H2B, yang, meskipun secara struktural serupa, memiliki beberapa variasi dalam urutan asam aminonya. Variasi halus ini memungkinkan isoform yang berbeda untuk melakukan fungsi tertentu dalam lingkungan seluler yang berbeda. Misalnya, isoform H2B tertentu berperan secara khusus dalam mengatur ekspresi gen penciuman.
Keragaman histon H2B mencerminkan fungsi eksklusifnya dalam berbagai jenis sel, yang menunjukkan kompleksitasnya dalam regulasi gen.
Dari struktur hingga fungsi, histon H2B memengaruhi operasi sel sepanjang waktu, meskipun hanya merupakan salah satu komponen pengemasan DNA. Hal ini menimbulkan pertanyaan yang layak untuk ditelusuri: Dengan studi mendalam tentang histon H2B dan isoformnya, apakah lebih banyak misteri dan kemungkinan penerapan regulasi DNA akan terungkap di masa mendatang?