Leukemia limfoblastik akut sel T (T-ALL) adalah jenis leukemia limfoblastik akut yang ditandai dengan keganasan pada sumsum tulang. Penyakit ini menyebabkan sel darah putih yang belum matang menumpuk di sumsum tulang pasien, sehingga menggantikan sel darah putih yang normal. Selain di sumsum tulang, penyakit ini dapat menumpuk di organ lain seperti hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
Menurut penelitian, prevalensi T-ALL bervariasi pada orang dewasa dan anak-anak. Usia rata-rata timbulnya penyakit pada anak-anak adalah 9 tahun, dan hal ini terutama terlihat pada pasien remaja.
Gejala T-ALL meliputi infeksi berulang, pendarahan abnormal, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan demam. Tidak seperti jenis leukemia lainnya, T-ALL memiliki risiko yang jauh lebih tinggi pada pria, dengan insiden pada pria tiga kali lipat dari pada wanita. Oleh karena itu, hal ini telah menimbulkan berbagai spekulasi di komunitas medis mengenai mengapa T-ALL lebih umum terjadi pada populasi pria.
Kemungkinan alasan perbedaan genderPenyebab T-ALL belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor potensial yang dapat berkontribusi terhadap insiden yang lebih tinggi pada pria daripada pada wanita. Pertama, perbedaan genetik atau hormonal mungkin berperan dalam proses ini.
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hormon dapat memengaruhi sistem imun secara berbeda pada pria dan wanita, yang dapat memengaruhi perkembangan leukemia.
Beberapa pasien mungkin memiliki riwayat keluarga atau kecenderungan genetik yang meningkatkan risiko mereka terkena T-ALL. Misalnya, sindrom Li-Fraumeni dan kelainan genetik lainnya seperti sindrom Down juga telah dikaitkan dengan perkembangan T-ALL. Selain itu, individu yang telah menerima kemoterapi atau terapi radiasi di masa lalu memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena T-ALL.
Perkembangan T-ALL terkait dengan berbagai faktor, termasuk mutasi gen dan faktor lingkungan. Analisis kariotipe dasar menunjukkan bahwa penataan ulang kromosom struktural terjadi pada 50-75% kasus T-ALL, terutama yang melibatkan gen reseptor sel T. Penataan ulang ini dapat memengaruhi perkembangan dan proliferasi sel normal, sehingga mendorong pembentukan leukemia.
Penelitian menemukan bahwa hingga 100 mutasi gen dikaitkan dengan T-ALL, dan mutasi yang terkait dengan regulasi epigenetik ditemukan pada lebih dari setengah kasus T-ALL pada anak-anak.
Ketika dokter menduga pasien mungkin menderita T-ALL, beberapa tes dilakukan untuk memastikan diagnosis. Ini mungkin termasuk tes darah, aspirasi sumsum tulang, dan biopsi. Pengobatan utamanya terdiri dari kemoterapi jangka panjang yang ditujukan untuk menurunkan jumlah sel darah putih guna mengurangi risiko komplikasi. Pengobatan T-ALL biasanya dibagi menjadi tiga tahap: induksi, konsolidasi, dan pemeliharaan. Seluruh proses pengobatan umumnya memakan waktu sekitar dua tahun.
Meskipun beberapa faktor saat ini diketahui yang dapat menjelaskan mengapa T-ALL lebih umum terjadi pada pria, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi mekanisme spesifik di baliknya. Analisis mekanisme ini tidak hanya akan membantu kita memahami pembentukan penyakit, tetapi juga meningkatkan metode diagnosis dan pengobatan dini, sehingga meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien.
Saat kita mempertimbangkan mengapa T-ALL lebih umum terjadi pada pria, dapatkah kita menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang lebih efektif untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh penyakit ini?