Dalam hubungan romantis, mengapa beberapa hubungan bertahan lama sementara yang lain berakhir cepat? Teori pertukaran sosial menyediakan kerangka kerja yang menarik untuk membantu kita memahami fenomena ini. Menurut teori ini, individu melakukan analisis biaya dan manfaat dalam hubungan, yang memungkinkan mereka menilai nilai hubungan tersebut. Artikel ini akan membahas bagaimana teori pertukaran sosial menjelaskan kelangsungan hidup dan kegagalan hubungan romantis.
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam psikologi dan sosiologi yang berfokus pada interaksi antara individu. Menurut teori tersebut, dua atau lebih individu yang berinteraksi melakukan analisis biaya-manfaat berdasarkan sumber daya yang mereka miliki untuk memutuskan apakah dan bagaimana cara bertukar. Khususnya dalam hubungan romantis, ketika biaya yang ditanggung oleh satu pihak lebih besar daripada manfaat yang diterima, hubungan tersebut mungkin berisiko berakhir.
Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa jika biaya suatu hubungan lebih tinggi daripada imbalannya, orang akan lebih cenderung memilih untuk mengakhiri hubungan tersebut.
Teori pertukaran sosial pertama kali diajukan oleh psikolog sosial Amerika John W. Thibaut dan Harold H. Kelley, yang penelitiannya difokuskan pada konsep psikologis interaksi kelompok dan bilateral. Selanjutnya, sosiolog seperti George C. Homans dan Peter M. Blau juga melengkapi dan mengembangkan teori tersebut.
Menurut teori pertukaran sosial, "nilai" suatu hubungan ditentukan oleh perbedaan antara manfaat dan biaya yang ditimbulkannya. Ini berarti bahwa ketika orang berpikir tentang hubungan, mereka menghitung upaya, waktu, dan emosi yang mereka berikan dan membandingkannya dengan dukungan, cinta, dan persahabatan yang mereka terima.
Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa citra orang didasarkan pada keseimbangan antara investasi dan imbalan dalam hubungan.
Prinsip timbal balik merupakan konsep inti dari teori tersebut, yang berarti bahwa manfaat yang diperoleh oleh satu pihak dalam suatu hubungan harus dikembalikan untuk menstabilkan hubungan. Menurut prinsip ini, ketika satu pihak merasa bahwa manfaat dari upaya mereka tidak dibalas dengan tepat, hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam hubungan.
Dalam hubungan romantis yang sehat, komunikasi bersifat timbal balik dan mengarah pada hubungan yang stabil. Dalam hubungan semacam ini, orang dapat secara efektif memenuhi banyak kebutuhan satu sama lain, yang merupakan faktor kunci dalam mempertahankan hubungan.
Dari perspektif jangka panjang, hubungan yang saling menguntungkan membantu menstabilkan dan meningkatkan kedalaman hubungan.
Teori penetrasi sosial lebih lanjut mengungkapkan bahwa dalam hubungan intim, seiring meningkatnya pertukaran sumber daya dan keintiman antara individu, hubungan tersebut secara bertahap akan semakin dalam dari komunikasi yang dangkal ke tahap pengungkapan diri, di mana individu mulai berbagi pikiran dan perasaan mereka yang paling intim.
Dalam suatu hubungan, jika salah satu pihak merasa tidak setara, bahkan dalam hubungan yang saling bergantung, hal ini akan memengaruhi stabilitas hubungan. Secara teori, ketika masukan dan keluaran salah satu pihak tidak seimbang, perasaan tidak seimbang akan mendorong pihak tersebut untuk mengevaluasi kembali hubungan tersebut.
Teori pertukaran sosial tidak hanya berlaku untuk hubungan romantis, tetapi juga dapat diperluas ke hubungan persahabatan, keluarga, dan profesional. Setiap kali orang menghadapi interaksi sosial yang berbeda, mereka terus-menerus menimbang biaya dan manfaat, yang menjadikan teori ini universal dalam menjelaskan perilaku sosial.
KesimpulanTeori pertukaran sosial, dengan perspektifnya yang unik, secara efektif menjelaskan pola perilaku orang dalam hubungan romantis. Melalui analisis biaya dan imbalan, kita dapat lebih memahami evolusi dan kelangsungan cinta. Dalam pusaran emosi, apakah kelangsungan hubungan benar-benar hanya bergantung pada keuntungan dan kerugian yang diperhitungkan?