Network


Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.

Hotspot


Dive into the research topics where Sudibyo is active.

Publication


Featured researches published by Sudibyo.


Humaniora | 2013

Keindahan sebagai Pelipur Lara

Sudibyo Sudibyo

Sebuah karya sastra tidak dapat dibebaskan dari aktivitas menyatakan suatu pikiran, bahkan sebuah karya sastra kadang diciptakan dengan sengaja untuk menyatakan suatu pikiran (Junus, 1989:73). Bertolak dari pendapat di atas, sebuah karya sastra mengenal suatu masyarakat tertentu, diduga akan merefleksikan atau merefraksikan realitas sosial yang ada dalam masyarakat tersebut atau setidak-tidaknya karya itu akan menolak unsur-unsur yang berasal dan realitas lain (Junus, 1984:57). Seorang pembawa (penulis) cerita pelipur lara, berusaha mencari titik temu di antara dunia yang digambarkan di dalam ceritanya dengan dunia empirik yang dialami dan dirasakannya. Di dalam tulisan ini dipergunakan pendekatan psikologi sastra dengan penekanan kepada pembaca. Oleh karena itu, yang menjadi pusat perhatian tulisan ini adalah hubungan antara karya sastra dengan pengalaman pembaca, terutama yang menyangkut fungsi karya sastra bagi pembacanya (lihat Damono, 1995:8).


Humaniora | 2013

Wiracerita Mahabhatara di Mata Penyalin Melayu: Resepsi dan Transformasi Cerita Bhartayuddha di dalam Hikayat Pandawa Lima dan Hikayat Darmawangsa

Sudibyo Sudibyo

Penyebaran cerita wayang ke wilayah kebudayaan Melayu terjadi ketika orang Jawa berimigrasi ke daerah di sekitar pulau mereka. Peristiwa inl terjadi pada abad-9 (Brandon, 1970:9-10). Kebudayaan Jawa mencapai puncaknya pada abad ke-11 dan abad ke-15. Cerita wayang tentu sudah populer. Barangkali hal ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya versi cerita wayang yang terdapat dalam khazanah kesusasteraan Melayu. Melihat kenyataan ini, menarik untuk dipertanyakan apakah pada saat wiracerita Mahabharata disalin ke dalam bahasa Melayu, wiracerita itu mempunyai fungsi yang sama dengan wiracerita Mahabharata di wilayah kebudayaan lain.


Humaniora | 2013

Cerpen Saran "Groot Majoor" Prakoso Karya Y.B. Mangunwijaya: antara Hegemoni dan Resistensi

Sudibyo Sudibyo

Kegelisahan Y.B. Mangunwijaya mempertanyakan hal-hal yang dianggap mapan atau kanonik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pilihan sikapnya sebagai seorang sastrawan. Hal ini terlihat dalam sejumlah novel yang ditulisnya, seperti Burung-Burung Manyar (BBM), Rara Mendut (RM), Genduk Duku (GD), Lusi L.indri (LL), dan Durpa Umayi (DU). Melalui BBM, Mangunwijaya menggugat stigmatisasi hitam-putih dan kuasanya terhadap nasib manusia. Di samping itu, ia juga mencoba menilai kembali cara-cara para penguasa Orde Baru yang membengkokkan penuturan sejarah revolusi Indonesia ke arah suatu tafsir bercorak fasistis dan berjiwa Machiavellian. BBM mempertanyakan apakah Indonesia masih menapak di jalan yang benar serta setia kepada arah haluan revolusi yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 dan keabsahan yang lazim ditarik antara kelompok Pandawa dengan Kurawa dengan perlambangan Bharatayuddha sehingga seolah-olah semua pelaku Indonesia adalah Pandawa dan semua Belanda beserta seluruh kaki tangan mereka adalah Kurawa (Mangunwijaya, 1997:57).


Humaniora | 2013

MITOS HIROGAMI LANGIT DAN BUMI DI DALAM CERITA PELIPUR LARA

Sudibyo Sudibyo

Cerita pelipur lara memiliki tempat tersendiri di dalam kehidupan masyarakat Melayu. Di kalangan kelompok masyarakat yang masih sederhana cerita pelipur lara merupakan sarana hiburan yang dapat dinikmati sehabis menunaikan pekerjaan sehari harI. Oleh sebeb itu, materi cerita pelipur lara, sebagaimana lazimnye cerita rakyat, berisi cerita -cerita ringan yang kaya fantasi dan hal-hal yang mempesonakan, misalnya kehidupan istana, putri- putri yang tampan dan cantik rupawan, para wirawan yang gagah berani, perkawinan tokoh utama cerita dengan putri kayangan, lukisan alam adikodrati yang fantastis, dan sebagainya. Di dalam tulisan ini akan dicoba ditelusuri secara singkat kaitan cerita pelipur lara terutama episode perkawinan manusia bumi dngan putri kayangan dengan mitos kosmogoni mengenai perkawinan suci (hirogami) langit dan bumi. Pertanyaan yang akan dicoba dijawab adalah mengapa kenyataan di dalam cerita pelipur lara bertolak belakang dengan kenyataan di dalam mitos kosmogoni atau mengapa cerita pelipur lara mendemitefikasikan mitos kosmogoni tersebut. Untuk keperluan ini, dipergunakan tiga buah cerita pelipur lara, Hikayar Malim Deman, Hikayat Raja Muda, dan Hikayat Malim Dewa yang ketiganya mengandung episode perkawinan manusia bumi dengan putri kayangan.


Humaniora | 2012

Bukan Dua Sisi Dari Sekeping Mata Uang Pernaskahan dan Perteksan dalam Tradisi Sastra Melayu Klasik

Sudibyo Sudibyo

Dalam tradisi kesusastraan Melayu klasik, jarang terjadi suatu teks muncul hanya dalam satu naskah. Pada umumnya, sebuah teks hadir melalui beberapa naskah dan dengan wajah yang berbeda-beda . Hal ini disebabkan oleh beberapa hal . Pertama, adanya keinginan yang kuat untuk menyebarkan informasi yang terkandung dalam teks yang dipandang penting yang menyebabkan teks periu ditransmisikan . Kedua, dalam perjalanannya, teks melintasi bates ruang dan waktu yang berakibat teks rentan terhadap perubahan. Perubahan ini terutama disebabkan oleh resepsi dan interpretasi dalam proses transmisi dengan tujuan menyesuaikan salinan dengan suatu kondisi tertentu. Ketiga, teks sendin kadang-kadang memuat imbauan agar dirinya direnovasi, dikoreksi, dan disempumakan (Kratz, 1981 : 233) . Keempat, adakalanya dalam proses transmisi dipergunakan referensi yang menyebabkan terjadinya percampuran tradisi (Teeuw, 1986: 7) . Semua ini dimungkinkan karena teks Nadir dalam onimitas (bdk. Genette, 1997 : 39) dan anonimitas (Braginsky, 1993 :2) . Dalam tradisi kesusastraan Melayu klasik, onimitas, dalam hal ini onimitas peran naratorial diwujudkan dengan penyebutan nama did, dalang, yang empunya cerita, paramakawi, 52 bujangga, dagang, gharib, musafir, dan faqir (Koster, 1997 : 54). Onimitas peran naratorial ini hampir selalu berhubungan dengan fungsi dan genre sastra tertentu . Dalang, misalnya, dapat dipastikan mengacu pada cerita-cerita yang berfungsi menghibur atau melipur . Wahananya berupa hikayat dan syair percintaan, keajaiban, dan petualangan, misalnya cerita Panji dan cerita wayang, baik berupa prosa maupun puisi . Dagang hanya muncul dalam cerita-cerita yang berfungsi memberi faedah atau member manfaat. Adapun genre yang menjadi medianya adalah cermin-cermin didaktis bagi para raja dan pegawai istana, antologi-antologi didaktis, dan kronik-kronik sejarah (lihat Braginsky, 1994 : 2). Gharib, musafir dan faqir hadir dalam cerita-cerita yang berfungsi menyucikan rohani atau hail nurani manusia . Genre yang menjadi wahananya ialah kitab-kitab agama, tasawuf, hagiografi, dan alegori-alegori sufi, balk berupa prosa maupun puisi .


Dental Journal: Majalah Kedokteran Gigi | 2009

Calprotectin mRNA (MRP8/MRP14) expression in neutrophils of periodontitis patients with type 2 diabetes mellitus

Ahmad Syaify; Marsetyawan Hnes; Sudibyo Sudibyo; Suryono Suryono


Jurnal Kedokteran Gigi | 2017

Penggunaan Suplemen Glukosamin-Kondroitin Sulfat peroral pada Pasien Osteoarthritis Pasca Scaling dan Root Planing (Kajian pada Gingival Index, Bleeding on Probing dan Pocket Depth)

Hendry Dwi Wijayanto; Ahmad Syaify; Sudibyo Sudibyo


Humaniora | 2016

THE POSITION OF LOW MALAY SHORT STORIES IN THE HISTORY OF INDONESIAN LITERATURE

Pujiharto Pujiharto; Sudibyo Sudibyo


Agro Ekonomi | 2016

ANALISIS KINERJA KARYAWAN DIVISI MILL DAN BOILER PT GULA PUTIH MATARAM

Sudibyo Sudibyo; Slamet Hartono; Azwar Maas


Paramita: Historical Studies Journal | 2015

PAKU ALAM V: SANG ARISTO-MODERNIS DARI TIMUR

Sudibyo Sudibyo

Collaboration


Dive into the Sudibyo's collaboration.

Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Researchain Logo
Decentralizing Knowledge