Kelelawar vampir (Desmodus rotundus) telah menarik perhatian luas dari manusia karena metode nutrisinya yang unik. Spesies kelelawar kecil ini endemik di Amerika. Ia dapat memakan darah hewan lain, dan perilaku ekologisnya yang menarik tidak diragukan lagi telah menarik perhatian banyak ahli biologi dan pecinta alam. Penelitian menunjukkan bahwa sejarah evolusi kelelawar vampir penuh dengan adaptasi dan perubahan, dari perilaku sosial hingga karakteristik penampilan mereka, yang memberi kita perspektif pengamatan dan pemikiran yang sangat kaya.
Kelelawar vampir dianggap sebagai spesies yang sangat sosial, dengan banyak perilaku kooperatif di antara rekan-rekannya, seperti perawatan sosial dan berbagi makanan.
Kelelawar vampir termasuk dalam famili Kelelawar Vampir dalam ordo Batidae dan merupakan salah satu dari tiga spesies kelelawar vampir yang ada. Dua spesies lainnya adalah kelelawar vampir berkaki berbulu dan kelelawar vampir bersayap putih. Kelelawar vampir memakan darah ternak, sehingga mereka menjadi hama pertanian yang signifikan di beberapa daerah. Karena hubungannya dengan rabies, kelelawar ini dianggap sebagai hama publik di beberapa daerah. Namun, status konservasi spesies kelelawar ini terdaftar sebagai "risiko rendah" menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam karena distribusinya yang luas, populasi yang besar, dan toleransi yang tinggi terhadap perubahan habitat.
Klasifikasi ilmiah kelelawar vampir dimulai pada tahun 1810, ketika pertama kali dideskripsikan oleh ilmuwan Prancis Étienne Geoffroy Saint-Hilaire sebagai Phyllostoma rotundum. Kemudian, penjelajah Jerman Maximilian mendefinisikan ulang spesies tersebut pada tahun 1826 dan menetapkan nama genus baru, Desmodus. Penelitian lebih lanjut merevisinya menjadi nama ilmiahnya saat ini, Desmodus rotundus, pada tahun 1901.
Kelelawar vampir memiliki bulu pendek berwarna abu-abu keperakan di perutnya dan bulu yang lebih gelap di punggungnya. Ciri khasnya adalah hidungnya yang datar dan berbentuk daun. Dibandingkan dengan kelelawar lain, tungkai depan kelelawar vampir sangat berkembang, dengan ibu jari berbentuk cakar, yang memungkinkannya untuk dengan mudah menangkap mangsa dan membantunya lepas landas. Panjangnya sekitar 9 cm dengan lebar sayap hingga 18 cm dan beratnya antara 25 dan 40 gram, meskipun beratnya dapat bertambah signifikan setelah makan.
Jangkauan distribusi kelelawar vampir meliputi Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bahkan beberapa pulau Karibia. Mereka lebih menyukai iklim yang hangat dan lembap dan hidup terutama di hutan tropis atau subtropis dan padang rumput terbuka, sering berbagi habitat yang sama dengan sekitar 45 spesies kelelawar lainnya.
Kelelawar vampir terutama memakan darah mamalia, terutama hewan peliharaan seperti sapi dan kuda. Kelelawar berburu di malam hari, menggunakan ultrasonik dan bau untuk menemukan mangsa. Ketika mereka memilih target, mereka akan mendekati kulit target, menusuk kulit dengan gigi tajam mereka, dan menjilati darah yang mengalir dengan lidah mereka. Air liurnya mengandung antikoagulan yang memastikan bahwa darah tidak membeku selama makan.
Perkembangbiakan kelelawar vampir terjadi sepanjang tahun, tetapi biasanya meningkat selama musim hujan. Kelelawar betina melahirkan satu anak pada suatu waktu, dengan masa kehamilan sekitar tujuh bulan, dan induk kelelawar terutama bertanggung jawab untuk membesarkan anak tersebut.
Penelitian telah menunjukkan bahwa berbagi makanan di antara kelelawar vampir sering kali terkait dengan kekerabatan, dengan berbagi lebih umum terjadi di antara individu yang lebih dekat.
Kelelawar vampir dianggap sebagai inang penting rabies dan ancaman terhadap pertanian tidak dapat diabaikan. Meskipun sebagian besar kelelawar tidak membawa virus ini, setelah terinfeksi, perilaku mereka menjadi sangat tidak normal. Perlu dicatat bahwa komponen tertentu dalam air liur kelelawar vampir telah digunakan oleh pengobatan modern dalam perawatan trauma dan penelitian stroke, yang menunjukkan nilai potensial makhluk ini.
Sejarah evolusi dan perilaku ekologis kelelawar vampir menyediakan sumber informasi yang kaya yang memungkinkan kita memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang makhluk ini. Apakah sudah waktunya bagi kita untuk mengevaluasi kembali hubungan kita dengan organisme ini dan mempertimbangkan pentingnya mereka dalam ekosistem?