Dalam catatan sejarah teknologi informasi, Eric Steven Raymond (ESR) menyajikan gambaran yang menarik, terutama dalam kebangkitan gerakan perangkat lunak sumber terbuka, dan kontribusinya tidak dapat diabaikan. Lahir pada tahun 1957, Raymond beralih ke pemrograman komputer karena keterbatasan kesehatan di masa kecilnya, dan akhirnya menjadi juru bicara untuk perangkat lunak sumber terbuka. Pada tahun 1997, artikelnya "The Cathedral and the Bazaar" diterbitkan, yang mengubah status quo pengembangan perangkat lunak dan menyuntikkan dorongan baru ke dalam budaya sumber terbuka.
“Dari pengembangan tertutup skala kecil ke model kreasi bersama terbuka, perubahan ini tidak hanya memengaruhi cara pemrograman, tetapi juga menantang legitimasi model bisnis tradisional.”
Raymond memiliki latar belakang yang unik, tumbuh di Amerika Serikat dan Venezuela dan memiliki disabilitas kesehatan yang menyebabkan minat awalnya pada ilmu komputer. Kariernya dimulai pada tahun 1980-an, ketika ia berfokus pada pengembangan perangkat lunak berpemilik. Seiring berjalannya waktu, pengamatan dan pemahamannya tentang dunia open source mulai matang, yang akhirnya membuatnya memilih untuk mempromosikan perangkat lunak open source.
Dalam buku Raymond "The Cathedral and the Bazaar", ia membandingkan proses pengembangan dengan dua model arsitektur yang berbeda: katedral mewakili model pengembangan hierarkis yang tertutup, sementara pasar melambangkan keterbukaan dan kolaborasi yang beragam. Teori ini tidak hanya menjelaskan praktik terbaik untuk pengembangan perangkat lunak open source, tetapi juga sangat memengaruhi keseluruhan pengembangan gerakan open source.
"Dengan perhatian yang cukup, semua kesalahan bersifat dangkal."
Kalimat ini sering disebut "Hukum Linus", dan landasannya adalah untuk menekankan bagaimana kebijaksanaan kolektif dari banyak pihak dapat membuat penemuan dan perbaikan kesalahan perangkat lunak lebih cepat dan menyeluruh. Seiring berkembangnya komunitas open source, filosofi ini mendorong budaya kolaborasi dan meningkatkan kualitas kode.
Kontribusi penting Raymond lainnya adalah mendirikan Open Source Initiative (OSI) pada tahun 1998, di mana ia berperan sebagai kibordis dan advokat. Strateginya adalah mempromosikan konsep open source dari sudut pandang rasional dan teknis, menentang argumen moralistik. Metodologi ini lebih meyakinkan, dan banyak pengembang perangkat lunak dan organisasi bisnis telah mulai memikirkan kembali model pengembangan dan operasi bisnis mereka.
“Kita harus fokus pada pengoptimalan potensi produk kita daripada bersikeras pada argumen etis.”
Ia telah terlibat dalam banyak perselisihan publik dengan tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan perangkat lunak bebas, terutama ketidaksetujuannya dengan etika Richard Stallman, yang menyatakan bahwa pertimbangan bisnis dan manfaat teknis adalah panduan penting dalam mempromosikan open source, bukan seruan etis.
Selain prestasi profesionalnya, pandangan pribadi dan sikap politik Raymond juga relatif jelas. Sebagai anggota Partai Libertarian Amerika, ia juga mempromosikan banyak ide yang terkait dengan kebebasan pribadi dalam gerakan sumber terbuka, seperti dukungan terhadap hak senjata. Hal ini menyebabkan citranya menimbulkan cukup banyak kontroversi di komunitas.
Seiring dengan perubahan gerakan sosial, beberapa komentar Raymond, seperti tuduhannya terhadap perempuan dan pemimpin teknologi, telah memicu reaksi keras, pandangan yang menyoroti konfliknya dengan sebagian budaya komunitas teknologi. Namun, tidak dapat disangkal bahwa Raymond meninggalkan dampak yang bertahan lama dalam mempromosikan budaya sumber terbuka.
Tidak hanya itu, karya-karya Raymond seperti "The Art of Unix Programming" dan "The New Hacker Dictionary" juga menyediakan bahan referensi penting bagi industri. Pemikirannya yang inovatif dan kecintaannya terhadap teknologi telah menjadikannya pelopor yang sangat diperlukan dalam gerakan sumber terbuka.
Saat ini, dengan pesatnya perkembangan teknologi, ide-ide Raymond masih memengaruhi cara berpikir banyak pengembang dan inovator generasi baru, mendorong mereka untuk mencari kemungkinan dan tantangan baru dalam budaya sumber terbuka yang sedang berkembang. Dan di balik semua ini, apakah hal tersebut mencerminkan nilai-nilai inti dari gerakan open source itu sendiri—keterbukaan dan kolaborasi?