Di era digital, cara informasi disebarkan telah mengalami perubahan besar. Multimodalitas bukan hanya cara baru untuk memahami informasi, tetapi juga alat penting untuk membentuk kembali pemahaman kita tentang hakikat komunikasi. Dengan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, teks sederhana tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat masa kini yang berlapis-lapis dan multidimensi. Kombinasi gambar, audio, dan teks telah menjadi hal yang lumrah.
Multimodalitas bukan sekadar penumpukan satu media, tetapi cara ekspresi baru yang memungkinkan makna yang berbeda saling terkait melalui berbagai bentuk.
Konsep multimodalitas berasal dari eksplorasi berbagai metode penyampaian dan media pesan. Konsep ini menekankan bahwa informasi dapat diungkapkan melalui berbagai mode seperti teks, grafik, audio, dan video. Gagasan ini mulai mendapat perhatian akademis pada tahun 1960-an, dan banyak peneliti mulai mengeksplorasi bagaimana multimodalitas memengaruhi pemahaman dan komunikasi manusia.
Meskipun praktik multimodalitas sudah ada sejak zaman Yunani kuno dan kemudian terwujud dalam pidato publik, baru pada abad ke-20 konsep tersebut mulai didefinisikan dengan jelas seiring dengan kemajuan teknologi. Model teks tunggal tradisional secara bertahap digantikan oleh metode komprehensif yang lebih kompleks. Seperti yang dikatakan John A. Bateman: "Saat ini, teks tidak lagi berdiri sendiri, tetapi merupakan bentuk ekspresi yang kompleks yang dikelilingi oleh elemen visual."
Multimodalitas telah menjadi norma bagi komunikasi manusia, membuat ekspresi kita lebih berwarna.
Penggunaan multimodalitas tidak hanya mengubah cara informasi disajikan, tetapi juga memengaruhi pemahaman dan penerimaan audiens. Ketika teks dipadukan dengan gambar dan audio, persepsi audiens terhadap informasi akan berubah. Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman audiens dipengaruhi oleh semi-semiotika, dan reproduksi kata-kata dalam media yang berbeda akan memberi mereka makna baru. Implikasi dari hal ini untuk proses pembelajaran sangat penting karena menekankan peran pengalaman dan persepsi dalam pemahaman.
Dalam pengajaran, pemahaman tentang multimodalitas sangat penting. Lembaga pendidikan modern perlu mengkaji ulang konsep pengajaran tradisional dan berupaya mengintegrasikan media baru seperti teks visual dan buku digital ke dalam kelas. Meskipun hal ini masih menjadi bahan perdebatan dalam komunitas pendidikan, potensinya untuk masa depan tidak dapat diabaikan.
Literasi baru tidak akan menggantikan literasi tradisional, tetapi akan melengkapinya dan mendorong pemahaman dan ekspresi yang lebih komprehensif.
Dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan, metode pengajaran dan pembelajaran di masa depan pasti akan menggabungkan lebih banyak elemen multimoda. Akademisi dan praktisi terus mengeksplorasi cara mengintegrasikan visual, teks, audio, dan media lain secara efektif di kelas untuk lebih beradaptasi dengan kebutuhan belajar siswa generasi baru.
Era digital telah merevolusi cara kita memahami satu sama lain, memungkinkan kita berinteraksi dengan dunia dengan cara yang lebih komprehensif. Baik dalam pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari, multimoda menawarkan kemungkinan baru untuk komunikasi kita. Dalam menghadapi perubahan tersebut, apakah kita siap untuk merangkul cara pemahaman yang beragam ini dan terhubung dengan dunia di sekitar kita dengan cara yang lebih fleksibel?