Dengan kemajuan teknologi digital, multimodalitas telah menjadi elemen inti dari metode komunikasi saat ini. Multimodalitas tidak hanya mengubah cara kita belajar, tetapi juga mendefinisikan ulang cara informasi disebarkan. Bahasa tulis tradisional secara bertahap digantikan oleh kombinasi berbagai pengalaman sensorik, termasuk penglihatan, pendengaran, dan sentuhan. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana berbagai model memengaruhi lingkungan belajar saat ini untuk membentuk platform pembelajaran yang lebih kaya dan lebih interaktif.
Penerapan berbagai moda membuat konstruksi informasi tidak lagi terbatas pada satu bentuk teks, tetapi dapat dilakukan melalui perencanaan dan pengorganisasian sumber daya visual, suara, dan sumber daya lainnya.
Multimodalitas mengacu pada penerapan berbagai kemampuan sastra dalam satu media untuk meningkatkan pemahaman audiens. Ini mencakup berbagai sumber daya seperti teks, suara, bahasa, ruang, dan penglihatan untuk menciptakan bentuk komunikasi baru. Perkembangannya dapat ditelusuri kembali ke tahun 1960-an, ketika para peneliti seperti Roland Barthes memimpin dalam memfokuskan perhatian pada fenomena tersebut. Dikatakan bahwa dengan munculnya era digital, penggunaan gambar dan video menjadi semakin sering, yang juga menantang metode komunikasi teks tradisional.
Teks masa kini tidak lagi hanya terdiri dari kata-kata, tetapi menggabungkan banyak bentuk ekspresi yang kompleks, yang mengubah cara kita menyerap pengetahuan dan informasi.
Dalam pendidikan, para ahli mulai memperhatikan pengenalan berbagai model. Mereka menyadari bahwa pemahaman dan pembelajaran siswa meningkat secara signifikan ketika informasi disajikan dalam format yang melibatkan penglihatan dan indera lainnya. Menurut penelitian terbaru, siswa memiliki tingkat keberhasilan belajar yang lebih tinggi dan kepuasan yang meningkat secara signifikan dengan menggunakan struktur kursus multi-moda. Ini berarti bahwa menerapkan berbagai model untuk mengajar dapat mengembangkan berbagai keterampilan literasi siswa secara lebih efektif.
Penelitian psikologis menunjukkan bahwa audiens yang menerima beragam bentuk informasi memiliki dampak signifikan pada pemahaman dan retensi informasi mereka. Ketika teks disajikan bersama dengan audio atau video, perhatian dan minat audiens akan lebih tinggi. Perkembangan teknologi telah memungkinkan kita untuk tidak lagi hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif. Munculnya perangkat digital dan media sosial telah menciptakan lingkungan baru untuk penerapan berbagai model, dan hubungan antara penulis dan pembaca menjadi lebih dekat.
Di ruang kelas abad ke-21, para pendidik berupaya untuk menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk mengakomodasi perubahan ini. Pendidikan sastra tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan siswa akan pengetahuan saja. Guru didorong untuk memasukkan format baru seperti teks visual dan buku digital, yang tidak hanya membantu mempertahankan perhatian siswa tetapi juga meningkatkan prestasi belajar mereka. Namun, perubahan tersebut juga menimbulkan beberapa kontroversi, dan beberapa pendidik tetap bersikap pendiam. Hal ini menuntut sektor pendidikan untuk melakukan refleksi dan transformasi mendalam dalam metode pengajaran guna memenuhi kebutuhan belajar siswa modern.
Perlunya multiliterasiProses pembelajaran perlu beradaptasi dengan perubahan, dan baik guru maupun siswa harus menemukan tempatnya dalam lingkungan digital yang terus berkembang.
Seiring kemajuan teknologi, definisi literasi kita perlu berkembang bersamanya. Multiliterasi mengacu pada kemampuan untuk memahami dan menafsirkan informasi melalui berbagai cara penyampaian. Dari media sosial hingga penggunaan berbagai media yang terintegrasi, semuanya memberikan kemungkinan baru untuk komunikasi sosial. Pembelajar masa kini tidak hanya perlu terbiasa dengan literasi tradisional, tetapi juga harus mampu secara fleksibel menggunakan berbagai metode komunikasi untuk menganalisis dan mengungkapkan informasi.
Dengan demikian, melalui pendidikan multimoda, kita menciptakan lingkungan belajar yang lebih terhubung bagi pembelajar masa depan. Dalam lingkungan seperti itu, kelas tidak lagi hanya menjadi tempat untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi tempat untuk bertukar pengetahuan.
Dalam lingkungan teknologi dan budaya yang terus berubah, bagaimana kita menyesuaikan model pembelajaran kita untuk memenuhi kebutuhan masa depan?