Seiring dengan perkembangan proses hukum, demikian pula cara pengumpulan kesaksian. Khususnya di New York abad ke-19, cara pengumpulan kesaksian mengalami perubahan besar. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi proses hukum saat itu, tetapi juga meletakkan dasar bagi pengumpulan kesaksian saat ini.
Sebelum abad ke-18, pengumpulan bukti terutama bergantung pada pertanyaan tertulis. Model ini telah lama tertanam dalam sistem hukum Inggris, ketika para pihak hanya dapat mengajukan pertanyaan tertulis, yang dibacakan kepada saksi dalam konferensi tertutup oleh pejabat yang ditunjuk pengadilan, dan jawaban saksi dicatat dalam bentuk narasi orang ketiga.
Proses penyelidikan tertulis tidak terbatas pada terdakwa dan penggugat, tetapi lebih memperhatikan kerahasiaan proses hukum.
Namun, dengan reformasi hukum di New York pada abad ke-19, sistem tersebut mulai berubah. Hakim James Kent dari Pengadilan Kanselir New York mulai mengizinkan perwakilan hukum untuk memeriksa saksi secara langsung secara lisan. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kedekatan dan interaktivitas pengumpulan kesaksian, tetapi juga memperkenalkan praktik agen hukum yang hadir untuk berpartisipasi, menjadikan seluruh proses transparan dan memungkinkan saksi memberikan kesaksian dalam lingkungan yang lebih alami.
Perubahan tersebut juga membuat proses pengumpulan deposisi menjadi lebih efisien. Banyak praktisi hukum menyadari bahwa ketika saksi dapat segera menanggapi selama pemeriksaan lisan, informasi yang diperoleh lebih autentik dan beragam. Seiring dengan semakin pentingnya kesaksian lisan, usangnya pertanyaan tertulis menjadi semakin jelas.
Kesaksian langsung yang diberikan oleh seorang saksi dapat berdampak signifikan pada persidangan berikutnya dan keberhasilan hukum.
Pada akhir abad ke-19, dengan perkembangan teknologi hukum, catatan tertulis diubah menjadi transkripsi kata demi kata, dan stenografer pengadilan mulai merekam kesaksian lisan dalam kata-kata, yang selanjutnya meningkatkan nilai kesaksian dalam proses hukum. Metode baru ini memungkinkan praktisi hukum untuk mengutip kesaksian secara akurat dan menggunakannya secara efektif dalam persidangan berikutnya.
Selain perubahan pendekatan, sistem hukum Kanada juga terpengaruh. Cara pengumpulan kesaksian terus berkembang di Kanada, membentuk "proses peninjauan" yang mirip dengan yang ada di Amerika Serikat. Setiap peserta didorong untuk mengambil bagian aktif dalam proses tersebut, yang tidak hanya meningkatkan keadilan hukum tetapi juga meningkatkan kualitas kesaksian.
Di sisi lain, meskipun proses pengumpulan kesaksian di Tiongkok masih tunduk pada batasan hukum, serangkaian perubahan historis ini menunjukkan keragaman pengumpulan kesaksian di berbagai yurisdiksi hukum. Meskipun peraturan hukum Tiongkok saat ini tentang penggunaan pengumpulan bukti di pengadilan asing relatif ketat, perkembangan hukum di masa mendatang masih layak untuk diperhatikan.
Dengan datangnya abad ke-21, integrasi teknologi digital dan modernisasi prosedur hukum telah menyebabkan meningkatnya pengembangan metode pengumpulan kesaksian. Baik lisan maupun tertulis, bagaimana memanfaatkan teknologi modern untuk lebih meningkatkan proses hukum akan menjadi isu penting di masa mendatang.
Sejarah dan perubahan berbagai kumpulan kesaksian tidak hanya mencerminkan perkembangan hukum, tetapi juga membuat kita merenungkan kredibilitas dan pentingnya kesaksian dalam masyarakat modern. Bagaimana kita seharusnya memandangnya?