Pendidikan gender semakin banyak mendapat perhatian di masyarakat saat ini, terutama di pendidikan sekolah. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga pembentuk nilai-nilai sosial yang penting. Melalui pendidikan gender, siswa belajar cara memahami dan menghargai identitas gender orang lain dan peran mereka dalam masyarakat. Ini bukan hanya tentang perbedaan biologis dan fisiologis, tetapi juga pendidikan tentang struktur budaya dan sosial yang mendalam.
Pendidikan harus mendukung perkembangan anak secara menyeluruh, dan pendidikan gender merupakan bagian penting dari proses ini.
Ruang sekolah saat ini semakin menjadi yang terdepan dalam perdebatan tentang gender. Menurut penelitian, cara guru membahas isu gender di kelas dapat secara langsung memengaruhi pandangan siswa tentang gender. Memberikan pendidikan yang peka gender di kelas akan membantu mereka menjadi orang dewasa yang lebih toleran dan pengertian di masa depan.
Kata-kata dan tindakan guru, pilihan materi pengajaran, dan ekspresi stereotip gender semuanya memengaruhi persepsi gender anak-anak. Jika ada harapan peran gender yang jelas di kelas, apakah anak-anak tidak akan mampu lepas dari stereotip ini di kemudian hari? Masalah-masalah seperti itu masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi oleh para pendidik kontemporer.
Pendidik harus memperhatikan isu-isu gender, karena isu-isu tersebut tidak hanya melibatkan lingkungan sekolah saat ini, tetapi juga memengaruhi masyarakat di masa mendatang.
Perilaku yang peka gender mencakup penerapan sikap inklusif dalam kegiatan mengajar, seperti mendorong semua siswa untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan tanpa memandang jenis kelamin mereka. Guru harus menciptakan lingkungan yang bebas dan terbuka di kelas tempat siswa dapat dengan bebas mengekspresikan diri dan mendiskusikan isu-isu gender. Inisiatif seperti ini memiliki dampak mendasar pada perubahan bias gender pada anak-anak.
Selain bimbingan guru, lingkungan keluarga juga memainkan peran penting dalam pembentukan pandangan gender anak-anak. Ketika orang tua mengusulkan definisi peran gender yang disederhanakan, seperti "anak laki-laki harus bermain bisbol dan anak perempuan harus bermain boneka," mereka tanpa sadar memperkuat stereotip gender. Jika guru dapat bekerja sama dengan keluarga untuk membuat orang tua memahami pentingnya pendidikan gender, mereka mungkin dapat lebih jauh mendorong kemajuan sosial.
Kehidupan anak-anak di sekolah bukan hanya tentang mempelajari pengetahuan, tetapi tentang menemukan bagian dari identitas mereka.
Pencapaian banyak negara dalam pendidikan gender dan kepekaan gender juga memberi kita pelajaran. Negara-negara seperti Swedia, dengan upaya mereka dalam pendidikan yang peka gender, telah mulai memasukkan bahasa yang netral gender sehingga anak-anak dapat menerima gagasan tentang keberagaman gender sejak usia dini. Sebaliknya, beberapa negara berkembang masih terikat oleh konsep-konsep tradisional, yang menghambat kemajuan pendidikan gender.
Singkatnya, pendidikan gender di sekolah memiliki dampak yang mendalam pada pembentukan pandangan gender anak-anak. Perkataan, tindakan, dan konsep pendidikan guru akan membentuk pemahaman siswa tentang gender secara tidak kasat mata. Namun, dalam menghadapi isu gender yang semakin kompleks, baik guru maupun orang tua perlu bekerja sama untuk mendobrak batasan gender tradisional. Isu pendidikan gender bukan lagi sekadar topik sosial, tetapi masalah masa depan setiap anak dan perkembangan masyarakat secara umum. Bagaimana kita memastikan bahwa setiap siswa tumbuh dalam lingkungan inklusif yang mengarah pada sikap gender yang positif?