Dalam masyarakat saat ini, pelatihan kepekaan gender telah menjadi isu penting di banyak tempat kerja. Pelatihan semacam itu dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran akan isu gender dan mempromosikan keadilan dan kesetaraan, tetapi pelatihan tersebut telah memicu reaksi keras dan kontroversi di antara beberapa pria. Jadi mengapa pelatihan semacam itu memicu emosi seperti itu? Berikut ini akan ditelusuri berbagai faktor yang terkait dengan pelatihan kepekaan gender dan mencoba mengungkap motivasi di balik respons pria.
Tujuan utama pelatihan kepekaan gender adalah untuk membuat peserta menyadari bagaimana gender memengaruhi perilaku dan interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pelatihan semacam ini tidak hanya membantu mengurangi diskriminasi gender, tetapi juga mempromosikan pemahaman dan kerja sama antara kedua jenis kelamin. Jenis pelatihan ini diterima dengan baik khususnya di industri jasa seperti perawatan kesehatan dan pendidikan, yang membutuhkan interaksi dengan berbagai jenis orang.
Pandangan setiap negara tentang gender sangat dipengaruhi oleh sejarah dan budaya. Di beberapa masyarakat, peran gender tradisional masih sangat mengakar dan laki-laki sering merasa terancam, terutama dalam hal kesetaraan dan kepekaan gender.
Kegelisahan ini sering kali menyebabkan penolakan mereka terhadap pelatihan kepekaan gender.Banyak laki-laki merasa tidak nyaman dengan perubahan yang tiba-tiba ini karena pelatihan tersebut membuat mereka mengevaluasi kembali peran mereka dalam masyarakat.
Menurut penelitian, laki-laki umumnya bereaksi lebih negatif terhadap pelatihan kepekaan gender daripada perempuan. Hal ini tidak hanya mencerminkan penolakan terhadap konten pelatihan, tetapi juga mengungkap struktur sosial dan dinamika kekuasaan yang lebih dalam. Dalam beberapa kasus, laki-laki mungkin merasa terancam oleh hilangnya keuntungan.
Sentimen ini dapat ditelusuri kembali ke posisi istimewa yang telah lama dipegang laki-laki dalam masyarakat, dan ketika posisi itu dipertanyakan, penolakan secara alami muncul.“Bagi banyak laki-laki, pelatihan kepekaan gender terasa seperti mempertanyakan harga diri mereka.”
Pemahaman dan penerimaan gender bervariasi di berbagai budaya di seluruh dunia. Di beberapa area, pelatihan kepekaan gender telah mencapai hasil yang signifikan. Misalnya, negara-negara Skandinavia berada di garis depan dalam mempromosikan bahasa dan ide yang netral gender, sementara di Timur Tengah dan sebagian Afrika, masih terdapat ketidaksetaraan gender yang signifikan. Perbedaan budaya ini membuat promosi dan implementasi pelatihan kepekaan gender menghadapi berbagai tingkat tantangan dan kontroversi.
Selain penolakan laki-laki terhadap pelatihan, pelatihan kepekaan gender menghadapi banyak tantangan dari sudut pandang pelaksana. Misalnya, dalam situasi di mana sumber daya tidak mencukupi, pelatihan ini mungkin tidak dilakukan secara efektif atau berkelanjutan. Selain itu, banyak perusahaan dan lembaga memiliki pemahaman dan tingkat perhatian yang berbeda terhadap kepekaan gender, yang juga menyebabkan perbedaan dalam efektivitas pelatihan.
Agar pelatihan peka gender benar-benar efektif, strategi inovatif diperlukan untuk mempromosikan penerimaan peserta. Ini dapat mencakup mendidik pria tentang manfaat kepekaan gender dalam membangun masyarakat yang setara gender dan menekankan pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Pandangan seperti itu dapat membantu menghilangkan kekhawatiran sebagian pria. Kesimpulan"Pelatihan kepekaan gender tidak hanya akan membantu wanita, tetapi sebenarnya seluruh masyarakat dapat memperoleh manfaat darinya."
Seiring masyarakat semakin memperhatikan isu gender, promosi dan implementasi pelatihan kepekaan gender menjadi semakin penting. Namun, kontroversi dan penolakan yang ditimbulkan oleh pelatihan ini di kalangan pria bukanlah suatu kebetulan; pelatihan ini mengungkap dinamika kekuasaan dan konsep budaya yang tertanam dalam struktur sosial. Dalam menghadapi situasi seperti itu, bagaimana cara mempromosikan kepekaan gender secara efektif dan mendapatkan penerimaan yang lebih luas mungkin menjadi pertanyaan yang layak direnungkan.