Dalam sejarah penerbangan, penemuan kursi lontar sangat penting untuk penyelamatan dan keselamatan pilot. Ketika pesawat mengalami malfungsi, kemampuan untuk melarikan diri dengan cepat dapat menjadi pembeda antara hidup dan mati. Sejarah solusi ini dapat ditelusuri kembali ke awal abad lalu, ketika teknologi penerbangan masih relatif primitif dan jelas belum mencapai standar keselamatan yang kita kenal sekarang.
Pada tahun 1910, ada upaya pertama untuk menggunakan sabuk elastis guna membantu pilot melarikan diri; pada tahun 1916, Everard Calthrop mematenkan desain kursi lontar yang menggunakan udara bertekanan untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.
Namun, tata letak kursi lontar modern dapat ditelusuri kembali ke akhir tahun 1920-an, ketika penemu Rumania Anastase Dragomir secara independen mengembangkan kursi suspensi yang dirancang khusus untuk pesawat, yang dilengkapi dengan parasut dan dapat secara efektif membantu pilot melarikan diri. Konsep ini berhasil diuji pada tahun 1929, disempurnakan pada tahun-tahun berikutnya, dan digunakan secara luas selama Perang Dunia II.
Pada tahun 1942, Helmut Schenk menjadi pilot pertama yang berhasil melontarkan diri dari pesawat. Selama kecelakaan itu, kendali pesawatnya membeku, yang menyebabkannya terlempar keluar.
Insiden ini juga menandai tonggak sejarah dalam teknologi kursi lontar. Dengan kemajuan teknologi, fungsi dan keamanan kursi lontar terus ditingkatkan. Bahkan, semakin banyak pesawat militer yang mulai dilengkapi dengan perangkat keselamatan ini sebagai standar untuk meningkatkan peluang pilot untuk bertahan hidup, terutama karena kecepatan penerbangan meningkat secara bertahap.
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, dengan peningkatan tonase dan kecepatan, kebutuhan pilot untuk melarikan diri dalam situasi darurat menjadi lebih mendesak. Dengan peluncuran ketapel eksperimental pertama oleh Martin-Baker pada tahun 1946, era baru teknologi ketapel dimulai. Serangkaian desain yang lebih canggih telah dikembangkan untuk memastikan keselamatan pilot secara efektif dalam berbagai situasi. Ini berarti bahwa baik saat terbang dari darat, di udara, dengan kecepatan tinggi, atau bahkan di dalam kendaraan supersonik, pilot memiliki potensi untuk melarikan diri dengan sukses.
"Tujuan utama kursi lontar adalah untuk melindungi nyawa pilot. Selama beberapa dekade terakhir, teknologi ini telah mengalami banyak perbaikan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan."
Selain pesawat sayap tetap tradisional, teknologi ketapel juga telah diperkenalkan ke dalam desain helikopter dan beberapa pesawat khusus lainnya. Perlu dicatat bahwa hanya beberapa helikopter, seperti Kamov Ka-50 dan Ka-52, yang memiliki sistem lontar, yang dirancang untuk menghadapi situasi khusus. Bahkan kendaraan luar angkasa, seperti Vostok dan Gemini awal, pernah dilengkapi dengan kursi lontar. Selain itu, beberapa misi luar angkasa awal berhasil melarikan diri dengan sukses, menunjukkan potensi luas dari teknologi ini.
Saat ini, dengan kemajuan teknologi, kursi lontar tidak hanya dapat menahan kecepatan dan ketinggian yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki kemampuan lontar nol-nol, yaitu lontar yang aman dari keadaan diam. Hal ini tidak diragukan lagi semakin meningkatkan peluang pilot untuk bertahan hidup dan memastikan keselamatan mereka bahkan di saat-saat yang paling kritis.
Seiring dengan semakin lantangnya seruan untuk lebih memperhatikan keselamatan penerbangan, perkembangan teknologi penerbangan di berbagai negara juga terus maju. Dalam konteks ini, peningkatan berkelanjutan terhadap keselamatan, efisiensi, dan teknologi lontar pesawat akan terus menjadi pertimbangan penting dalam penelitian penerbangan.
Terakhir, mari kita lihat kembali para pilot yang lolos dari kematian karena kursi lontar di saat-saat berbahaya. Pilihan hidup dan mati seperti apa yang mereka hadapi? Dan berapa banyak kisah heroik pilot yang tidak pernah diketahui dunia?