Pada pesawat militer, kursi lontar merupakan sistem penting untuk menyelamatkan pilot atau awak pesawat lainnya dalam keadaan darurat. Sistem ini menggunakan alat peledak atau alat pendorong roket untuk mendorong kursi dan pilot keluar dari pesawat, lalu kursi tersebut membuka parasut.
Konsep kursi lontar dimulai pada tahun 1910 dengan upaya melarikan diri dengan bantuan pegas. Pada tahun 1916, penemu paralayang awal Everard Calthrop mematenkan kursi lontar yang menggunakan udara bertekanan. Desainnya disempurnakan dari waktu ke waktu, khususnya selama Perang Dunia II, ketika kursi lontar pertama dikembangkan secara independen oleh Heinkel dan SAAB.
"Kursi lontar bukan hanya alat untuk melarikan diri, tetapi juga harapan pilot untuk bertahan hidup."
Di antara semuanya, Heinkel He 280 menjadi pesawat pertama yang dilengkapi dengan kursi lontar pada tahun 1940, dan pada tahun 1942, pesawat tempur malam Heinkel He 219 Uhu menjadi pesawat tempur pertama yang memungkinkan awaknya menggunakan kursi lontar. Seiring dengan meningkatnya kecepatan pesawat, metode melarikan diri manual tradisional menjadi semakin sulit, sehingga kebutuhan akan kursi lontar meningkat.
Seiring berjalannya waktu, desain kursi lontar menjadi semakin canggih. Pada tahun 1960-an, ketika kecepatan pesawat menembus batas kecepatan suara, sistem lontar tradisional tidak dapat lagi memenuhi permintaan. Hasilnya, kursi lontar berpeluncur roket mulai terlihat, seperti Convair F-102 Delta Dagger, yang merupakan pesawat pertama yang dilengkapi dengan kursi berpeluncur roket.
Desain ini tidak hanya dapat digunakan pada ketinggian rendah atau kecepatan rendah, tetapi juga memastikan keselamatan pilot dalam situasi ekstrem, seperti penerbangan berkecepatan tinggi atau dekat dengan tanah.
“Kursi lontar modern memungkinkan pilot bertahan hidup dari krisis yang menjadi tujuan desainnya.”
Tujuan utama kursi lontar adalah untuk melindungi nyawa pilot. Saat pilot melontarkan diri, ia dapat mengalami percepatan hingga 12 hingga 14 g, dan beberapa desain awal Soviet bahkan mencapai 20 hingga 22 g. Kekuatan seperti itu dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk fraktur kompresi tulang belakang.
Misalnya, kinerja NPP Zvezda K-36 sepenuhnya ditunjukkan dalam kasus ejeksi ketinggian tinggi tanpa keadaan yang dapat dikendalikan. Pesawat ini dirancang dengan mempertimbangkan keselamatan pilot, baik pada kecepatan tinggi maupun dalam kondisi ekstrem, dan merupakan kasus yang sangat jarang terjadi dalam kasus ejeksi dari bawah air.
Sistem kursi ejeksi modern biasanya mencakup dua tahap: pertama kanopi dibuka, kemudian kursi dan pilot dikeluarkan dari kabin. Saat Kursi Ejeksi Konsep Canggih Model 2 (ACES II) berjalan, kedua tindakan ini dapat digabungkan menjadi satu operasi, yang mempercepat kecepatan dan efisiensi keberangkatan.
"Betapa pun berkembangnya teknologi, keselamatan penerbangan selalu menjadi prioritas utama dalam desain kursi lontar."
Fungsi kursi lontar nol-nol dirancang khusus untuk lontar yang aman tanpa ketinggian tinggi dan tanpa kecepatan. Tujuan dari teknologi ini adalah untuk memungkinkan pilot lolos dengan aman saat terjadi kecelakaan di ketinggian rendah atau di darat, yang sangat penting dalam misi penerbangan. Evolusi ini tidak hanya meningkatkan keandalan kursi lontar, tetapi juga mengurangi cedera fisik pada pilot.
Meskipun teknologi kursi lontar sudah cukup matang, teknologi ini masih menghadapi berbagai tantangan dan ruang untuk perbaikan. Menghadapi peningkatan kecepatan penerbangan dan tantangan teknis, kursi lontar masa depan mungkin akan menggabungkan desain yang lebih otomatis dan cerdas.
Pada akhirnya, kursi lontar bukan hanya teknologi penting dalam industri penerbangan militer, tetapi setiap terobosan teknologi yang dibuatnya menyelamatkan banyak nyawa. Di masa depan, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, desain kursi lontar akan terus berkembang seiring kemajuan teknologi penerbangan. Kita tidak dapat tidak bertanya, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan dan peluang baru apa yang akan dihadapi manusia di bidang keselamatan penerbangan?