Mielofibrosis Primer (PMF) adalah kanker darah sumsum tulang langka yang termasuk dalam kelompok neoplasma mieloproliferatif, yaitu sekelompok penyakit yang ditandai dengan aktivasi dan proliferasi sel mutan di sumsum tulang. Menurut klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mutasi ini paling sering terjadi pada gen JAK2, CALR, atau MPL. Oleh karena itu, memahami bagaimana mutasi pada gen ini menyebabkan mielofibrosis akan membantu mengungkap misteri penyakit ini.
"Sekitar 90% pasien mielofibrosis memiliki mutasi pada gen di atas, dan hanya 10% yang tidak memiliki mutasi pada ketiga gen ini."
Selama proses patologis mielofibrosis, struktur sumsum tulang mengalami proses perombakan yang dikenal sebagai "osteosklerosis," sementara fibroblas mengeluarkan kolagen dan retikulin, yang bersama-sama dikenal sebagai fibrosis. Kedua proses ini mengganggu fungsi normal sumsum tulang, sehingga mengurangi produksi sel darah seperti sel darah merah, granulosit, dan megakariosit, yang menyebabkan serangkaian masalah kesehatan seperti anemia, demam, kelelahan, dan nyeri perut.
Ciri utama mielofibrosis adalah fibrosis sumsum tulang, tetapi sering kali disertai dengan banyak gejala lain, seperti:
"Seiring perkembangan penyakit, jenis sel yang dilepaskan oleh sumsum tulang dan fungsinya juga terpengaruh, dan inti di balik perubahan ini terletak pada mutasi gen JAK2."
Penyebab mendasar mielofibrosis hampir selalu terkait dengan mutasi yang didapat pada gen JAK2, CALR, atau MPL. Mutasi pada gen JAK2 menciptakan protein varian yang disebut V617F, yang terdapat pada setengah dari semua pasien mielofibrosis. Mutasi ini menyebabkan aktivasi terus-menerus jalur yang menghasilkan sel darah, sehingga mengganggu fungsi normal sumsum tulang.
Mielofibrosis adalah kelainan hematopoietik neoplastik klonal. Populasi sel hematopoietik abnormal, terutama megakariosit, menghasilkan sitokin yang mendorong penggantian jaringan ikat di sumsum tulang, yang menyebabkan fibrosis kolagen. Selama proses ini, jaringan hematopoietik sumsum tulang secara bertahap digantikan oleh jaringan ikat, dan kemampuan hematopoietik pasien menurun, yang menyebabkan penurunan semua sel darah.
"Fibrosis sumsum tulang secara bertahap mengarah pada hematopoiesis ekstrameduler, yaitu pembentukan sel darah yang ditransfer ke hati dan limpa, yang juga merupakan penyebab pembesaran limpa."
Diagnosis mielofibrosis terutama bergantung pada biopsi sumsum tulang dan evaluasi terperinci dari riwayat medis. Dalam hal pengobatan, satu-satunya pengobatan kuratif yang diketahui adalah transplantasi sel induk gen lengkap. Meskipun terapi pendukung lainnya tidak dapat mengubah perjalanan penyakit, terapi tersebut dapat membantu meringankan gejala pasien, seperti penggunaan obat-obatan yang ditargetkan seperti Ruxolitinib. Selain itu, metode seperti transfusi darah juga dapat digunakan sebagai pengobatan pendukung.
Meskipun mielofibrosis merupakan penyakit langka dan kompleks, dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang mutasi gen seperti JAK2, pengobatan yang lebih efektif dapat dikembangkan di masa mendatang. Menghadapi tantangan medis yang kompleks seperti itu, dapatkah kita menemukan strategi pengobatan yang lebih ideal untuk meningkatkan kualitas hidup pasien?