Milet, yang secara ilmiah dikenal sebagai Setaria italica
, adalah herba tahunan yang dibudidayakan secara luas untuk konsumsi manusia. Millet adalah tanaman pangan yang paling umum di Asia, dan sejarah budidayanya dapat ditelusuri kembali ke Cekungan Sungai Kuning di Tiongkok sekitar 8.000 tahun yang lalu. Millet tidak hanya memiliki akar budaya yang dalam di Tiongkok, tetapi juga memainkan peran penting dalam peradaban kuno India.
Millet tidak hanya memiliki nilai gizi yang kaya, tetapi juga mewakili kearifan pertanian dari peradaban kuno ini dan memiliki dampak yang mendalam pada budaya makanan lokal.
Millet adalah tanaman herba setinggi sekitar 120 hingga 200 cm dengan batang ramping dan tangkai perbungaan yang padat. Setiap biji millet berdiameter sekitar 2 mm dan ditutupi dengan kulit tipis seperti kertas yang mudah dikupas. Warna bijinya bervariasi dari satu varietas ke varietas lainnya, yang membuat millet sangat beragam di pasaran.
Di India, millet tetap menjadi tanaman pangan penting di daerah kering dan semi-kering. Millet telah menjadi makanan pokok dalam makanan orang-orang India Selatan sejak awal periode Sagan. Millet disebutkan dalam teks-teks Tamil kuno dan dikaitkan dengan Dewa Siwa dan permaisurinya yang mulia, Vali. Dalam bahasa Hindi, millet disebut "क━ंगणी" dan tanaman ini juga memainkan peran penting di wilayah Karbi Anglong di Assam.
Dengan transisi ke pertanian modern, banyak petani yang memperkenalkan kembali tanaman tradisional ini ke dalam sistem produksi mereka.
Para arkeolog telah menemukan bahwa nenek moyang millet liar adalah Setaria viridis
, yang memiliki kemampuan hibridisasi yang baik dengan millet. Melalui analisis genetik, para ilmuwan telah menentukan bahwa sejarah tanaman millet berawal dari budaya Peiligang di Tiongkok. Antara 6.500 dan 5.500 tahun yang lalu, millet menjadi sereal utama di wilayah tersebut. Seiring berjalannya waktu, Xiaomi secara bertahap menyebar ke Taiwan, Asia Tenggara, dan tempat-tempat lain, beradaptasi dan berkembang dalam latar belakang budaya yang berbeda.
Di pasar global saat ini, millet dihargai karena manfaatnya bagi kesehatan. Millet adalah biji-bijian bebas gluten yang kaya akan serat dan antioksidan, menjadikannya pilihan ideal bagi konsumen yang mencari alternatif. Dengan meningkatnya kesadaran kesehatan, permintaan millet meningkat dari tahun ke tahun, dan banyak negara mulai memberikan perhatian baru pada biji-bijian kuno ini.
Nilai inti millet terletak pada kemampuan beradaptasi dan nilai gizinya, yang membuatnya menonjol di antara banyak biji-bijian dan menjadi bagian dari pola makan modern.
Dalam banyak budaya, millet bukan hanya makanan, tetapi juga mitos. Dalam banyak legenda India, millet sering dianggap sebagai simbol kelimpahan dan dikaitkan erat dengan banyak dewa. Dalam cerita rakyat India Selatan, panen millet dipandang sebagai hasil dari berkat ilahi, dan makna budayanya jauh melampaui sekadar konsumsi.
Meskipun millet telah tersebar luas sepanjang sejarah, banyak tanaman tradisional menghadapi risiko punah seiring kemajuan pertanian modern. Dalam menghadapi perubahan iklim dan kebutuhan pangan yang beragam, millet diperkirakan akan kembali dihargai di masa depan karena karakteristik pertumbuhannya yang kuat dan kebutuhan air yang rendah. Banyak petani berupaya menghidupkan kembali tanaman kuno ini dan mengintegrasikannya kembali ke dalam praktik pertanian modern.
Seiring dengan semakin banyaknya perhatian dunia terhadap pertanian berkelanjutan, millet tidak hanya dapat menyediakan pilihan makanan bagi kita, tetapi juga mengingatkan kita tentang kearifan kuno yang masih menjadi pedoman masa depan kita saat menghadapi tantangan iklim?