Di era ketika permintaan energi meningkat dan isu lingkungan menjadi lebih menonjol, sangat penting untuk mengeksplorasi teknologi energi alternatif. Di antaranya, teknologi pencairan tekanan tinggi (HTL) telah menarik perhatian luas karena kemampuannya untuk mengubah biomassa basah dan makromolekul lainnya menjadi bahan seperti minyak bumi.
Teknologi pencairan tekanan tinggi dapat secara efektif memanfaatkan limbah pertanian dan menghasilkan bio-oil berdensitas energi tinggi melalui air dan lingkungan bersuhu tinggi serta bertekanan tinggi. Potensi perlindungan lingkungan dan nilai ekonomi dari proses ini tidak dapat diremehkan.
Teknologi pencairan tekanan tinggi adalah proses polimerisasi pirolisis yang mengubah biomassa lembab menjadi minyak bumi mentah pada suhu sedang dan tekanan tinggi. Nilai kalor bio-oil ini dapat mencapai 33,8 hingga 36,9 MJ/kg, dan secara efektif dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan serta berpotensi sebagai bahan kimia terbarukan. Proses ini juga dikenal sebagai perengkahan hidrotermal.
Konsep teknologi pencairan bertekanan tinggi berawal dari tahun 1920-an. Paten AS tahun 1939 menjelaskan proses dua tahap di mana campuran air, serpihan kayu, dan kalium hidroksida dipanaskan pada tekanan tinggi tertentu, yang pada akhirnya menghasilkan minyak dan alkohol.
Seiring berjalannya waktu, khususnya selama embargo minyak tahun 1970-an, penelitian terhadap teknologi ini dan potensi komersialisasinya menjadi semakin menonjol.
Selama proses pencairan bertekanan tinggi, molekul rantai karbon panjang dalam biomassa mengalami perengkahan termal, dan oksigen dilepaskan sebagai air dan karbon dioksida. Reaksi kimia utama dalam proses ini mendorong pembentukan bio-oil, dan kualitas serta hasil produk terkait erat dengan banyak faktor, termasuk suhu reaksi, tekanan, dan katalis yang digunakan.
Biasanya kisaran suhu penghubung adalah 250 hingga 550 °C dan tekanan antara 5 dan 25 MPa, sedangkan katalis digunakan selama 20 hingga 60 menit. Air tidak hanya bertindak sebagai pelarut tetapi juga sebagai reaktan dan katalis dalam proses ini.
Hampir semua biomassa dapat diubah menjadi bio-oil melalui pencairan bertekanan tinggi, terlepas dari kadar airnya. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai komponen biomassa, termasuk selulosa, hemiselulosa, dan lignin, secara langsung memengaruhi hasil dan kualitas minyak.
Misalnya, laporan penelitian dari Universitas Illinois menunjukkan bahwa proses perengkahan hidrotermal menggunakan kotoran babi sebagai bahan baku perlu dilakukan di atas 275 °C untuk konversi yang efektif.
Biofuel yang diproduksi melalui pencairan bertekanan tinggi dianggap netral karbon karena karbon dioksida yang dilepaskan selama pembakaran hampir sepenuhnya mengimbangi karbon dioksida yang diserap selama pertumbuhan tanaman. Selain itu, teknologi ini tidak menghasilkan senyawa berbahaya, yang menunjukkan kinerja lingkungannya.
Dibandingkan dengan teknologi konversi biomassa lainnya seperti pirolisis, pencairan bertekanan tinggi dapat memproses biomassa dengan kadar air yang lebih tinggi dan menghasilkan bio-oil dengan kepadatan energi yang lebih tinggi. Ini berarti pencairan bertekanan tinggi berpotensi untuk diterapkan langsung ke infrastruktur perminyakan yang ada.
Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi, termasuk meningkatkan pengembalian energi dan memenuhi standar bahan bakar saat ini. Industri ini juga terus bekerja keras untuk menemukan solusi bagi produk perengkahan hidrotermal yang memerlukan pemrosesan lebih lanjut.
Dengan kemajuan teknologi yang berkelanjutan dan peningkatan permintaan pasar, teknologi pencairan bertekanan tinggi diharapkan menjadi bagian penting dari solusi energi berkelanjutan di masa mendatang.
Secara keseluruhan, teknologi pencairan bertekanan tinggi tidak hanya dapat mengubah limbah pertanian menjadi energi yang dapat digunakan, tetapi juga secara signifikan mengurangi beban lingkungan. Apakah prospek komersialisasi di masa mendatang dan penerapan dalam skala besar layak masih layak untuk dipertimbangkan dan didiskusikan.