Dalam sejarah kedokteran, terkadang kisah seorang anak laki-laki dapat mengubah arah penelitian dan pengobatan suatu penyakit secara keseluruhan. Di antara kisah-kisah tersebut, kisah Stephen Christmas tidak diragukan lagi merupakan salah satu kasus yang paling representatif. Ia didiagnosis menderita hemofilia B, bentuk hemofilia kedua yang paling umum, yang memberinya julukan "penyakit Natal". Ia lahir pada masa ketika kesadaran akan penyakit tersebut sangat terbatas, dan hidupnya menjadi bagian dari sejarah hemofilia.
Penyakit Natal adalah kelainan perdarahan dan pembekuan darah yang disebabkan oleh mutasi pada gen faktor IX. Darah pasien rentan mengalami perdarahan masif akibat trauma ringan.
Orang dengan hemofilia B sering menghadapi banyak tantangan, termasuk kemungkinan terjadinya perdarahan kapan saja, yang mengharuskan mereka untuk menjalani hidup dengan kewaspadaan terus-menerus. Stephen lahir pada tahun 1947 dan didiagnosis mengidap penyakit tersebut pada usia dua tahun, menjadikannya salah satu kasus paling awal. Pada tahun 1952, namanya mulai dikaitkan erat dengan penyakit tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, pemahaman komunitas medis tentang penyakit tersebut secara bertahap semakin mendalam, dan karena kasus Stephen, para dokter mulai melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang hemofilia B.
Karena kasus Stephen, komunitas medis untuk pertama kalinya menghubungkan penyakit Natal dengan kurangnya faktor IX, yang mengilhami penelitian ilmiah dan pengobatan penyakit tersebut.
Kisah Stephen penuh dengan pasang surut. Saat ia tumbuh dewasa, ia tidak hanya menghadapi tantangan fisik tetapi juga keterbatasan sistem medis. Perawatan awal adalah mengekstraksi Faktor IX dari plasma beku, tetapi karena konsentrasinya yang rendah, sejumlah besar plasma sering kali dibutuhkan untuk mengobati kondisi pendarahan. Hal ini tidak hanya membuat pasien menderita selama perawatan, tetapi juga membebani sumber daya medis.
Seiring berjalannya waktu, komunitas medis secara bertahap telah meningkatkan pilihan pengobatan. Pada tahun 1960-an, para ilmuwan menemukan cara mengekstraksi konsentrasi Faktor IX yang lebih tinggi dan mulai mengembangkan konsentrat Faktor IX dengan kemurnian tinggi, yang sangat meningkatkan kehidupan sehari-hari pasien hemofilia. Aksesibilitas dan keamanan pengobatan telah meningkat secara dramatis, memungkinkan Stephen dan pasien lainnya untuk menjalani kehidupan normal.
Dengan pengembangan lebih lanjut koagulan faktor IX, banyak pasien mulai dapat mengobati sendiri di rumah, sehingga mengurangi ketergantungan pada rumah sakit.
Namun, masih banyak risikonya. Stephen tertular HIV pada tahun 1980-an dan menjadi simbol tragis bagi penderita hemofilia karena produk darah yang digunakan dalam pengobatannya tidak diuji secara ketat. Selama penyelidikannya, ia mengungkap banyak celah dalam proses pengujian darah, yang membangkitkan perhatian seluruh masyarakat terhadap keamanan darah dan mendorong reformasi medis berikutnya.
Pada tahun 1997, para ilmuwan baru berhasil mengkloning gen faktor IX, mewujudkan impian terapi gen asli dan mendorong pengobatan ke puncak baru. Kini, pengobatan hemofilia B tidak lagi terbatas pada produk plasma tradisional. Pasien bahkan dapat menerima terapi gen untuk membasmi penyebab yang mendasarinya. Ini semua berkat perjuangan dan upaya pasien awal seperti Stephen.
Keberanian dan kegigihan Stephen Christmas tidak hanya mengubah takdirnya sendiri, tetapi juga melahirkan revolusi teknologi dalam hemofilia.
Sepanjang hidupnya, Stephen tidak hanya menjadi simbol penelitian hemofilia, tetapi juga seorang juru kampanye yang bersemangat untuk hak-hak penderita hemofilia. Ia berharap pasien di masa mendatang dapat menikmati hidup di lingkungan yang lebih aman tanpa harus mengalami rasa sakit dan ketakutan yang tak henti-hentinya seperti yang dialaminya. Kisahnya membuat kita berpikir, apakah di balik kemajuan pengobatan, apakah perjuangan pasien yang tak kenal takut, atau inovasi sistem dan teknologi?