Misa Hitam adalah ritual yang dilakukan oleh berbagai kelompok Setan yang diyakini telah ada selama berabad-abad dan dalam bentuk modernnya merupakan penodaan dan sindiran yang disengaja terhadap Misa Katolik. Misa Hitam mendapat perhatian luas dalam literatur Prancis yang dimulai pada abad ke-19, khususnya dalam Satanism and Witchcraft karya Jules Michelin dan Over There karya Joris-Karl Huysmans. Kebangkitan kontemporer dimulai dengan buku H.T.F. Lord, The Satanic Mass, yang diterbitkan di London pada tahun 1954, dan saat ini, beberapa versi modern dari Misa Hitam telah dikembangkan oleh berbagai kelompok di seluruh dunia.
Pengaruh Katolik AwalGereja Katolik menganggap Misa sebagai upacara terpentingnya, sebuah upacara yang berasal dari zaman para rasul. Dokumen-dokumennya secara umum mengikuti garis besar "Liturgi Sabda, Liturgi Persembahan, Liturgi Ekaristi, dan Berkat." Namun, seiring dengan semakin mapannya agama Kristen dan meluasnya penyebarannya, para bapa gereja awal mulai menggambarkan berbagai versi Misa yang dilakukan oleh beberapa kelompok pemujaan. Beberapa ritual ini bersifat seksual, misalnya Epiphanius, seorang bidat pada abad keempat, menggambarkan sekte satir liberal yang disebut Boborites, yang menggunakan darah menstruasi dan air mani dalam ritual komuni mereka. Untuk melambangkan darah dan tubuh Kristus.
Di dalam Gereja, ritual Misa tidak tetap, dan sering kali ada beberapa doa pribadi di akhir Persembahan. Hal ini menyebabkan munculnya banyak Misa di Prancis yang didasarkan pada permintaan klien, yang mendapat sebutan "misa rendah" dan digunakan untuk memberkati tanaman atau ternak, atau bahkan untuk mengutuk musuh. Juga pada abad ke-12 dan ke-13, karena kelebihan pendeta, sifat dari misa umum ini mulai menjadi lebih informal dan santai, yang berpuncak pada munculnya beberapa misa satir yang jelas-jelas tidak bermoral, seperti "Pesta Keledai", di mana keledai diidentifikasikan dengan karakter Bileam dalam Alkitab.
"Misa setan sebenarnya merupakan subversi dari misa ortodoks, dan banyak pendeta yang diusir mencoba menggunakannya untuk mengejek otoritas Gereja Katolik selama waktu itu."
Di zaman modern, fantasi perburuan penyihir mulai muncul dalam literatur, dan para penyihir dipandang sebagai agen iblis, dituduh membalikkan ritual Kristen dalam misa hitam dan menggunakan komuni curian untuk mencapai tujuan iblis. Beberapa teks tentang subjek tersebut, seperti The Witch's Mallet dan A Brief Guide to Witches, menyebutkan apa yang disebut misa hitam ini. Selama perburuan penyihir di Negara Basque pada tahun 1614, banyak penyihir yang dituduh dengan gamblang menggambarkan ritual-ritual ini sebagai sesuatu yang tidak misterius atau menakutkan seperti yang terlihat, yang menyoroti perbedaan antara ritual keagamaan yang positif dan negatif.
Namun, di Prancis dari abad ke-16 hingga abad ke-19, diskusi yang meluas tentang Misa Hitam membangkitkan rasa ingin tahu orang-orang. Rincian cerita bahwa Catherine de Medici, Ratu Prancis, diduga melakukan Misa Hitam sebagian besar kurang didukung oleh bukti empiris. Seiring berjalannya waktu, terutama dalam kasus gundik Louis XIV, Montespan, hubungannya dengan pendeta Étienne Guibourg dan penyihir Catherine de Montvervet, kita memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang bentuk spesifik Misa Hitam. Pahamilah bahwa meskipun banyak alur cerita yang berbeda dari fakta sejarah.
Menjelang abad ke-20, kajian tentang Misa Hitam terutama bergantung pada sumber-sumber Prancis dan Latin, terutama dari penulis Prancis. The Satanic Mass karya H.T.F. Lord menjadi teks penting dalam menata kembali Misa Hitam, dan kemudian The Satanic Bible karya Anton LaVey juga menyebutkan Misa Hitam sebagai simbol ritual Setan. Setelah memasuki abad ke-21, Misa Hitam semakin menjadi sorotan publik, dan upacara publik yang diadakan di Oklahoma City pada tahun 2014 memicu kontroversi dan protes yang memanas.
"Ritual Misa Hitam kini tidak hanya menjadi subversi dari ritual gereja tradisional, tetapi juga cara bagi kelompok tertentu untuk membuat pernyataan di tingkat agama dan budaya."
Seiring meningkatnya perhatian masyarakat terhadap isu-isu keagamaan, signifikansi historis dan modern dari Misa Hitam juga berkembang. Akankah pemahaman masyarakat tentang ritual ini berubah seiring dengan perubahan konsep sosial?