Charles Edmund Cullen adalah seorang pembunuh berantai Amerika yang konon telah membunuh puluhan atau bahkan ratusan pasien selama enam belas tahun berkarya di industri medis. Alasan mengapa pembunuh ini mampu bekerja di beberapa institusi medis selama bertahun-tahun terletak pada kemalangan masa kecilnya yang tidak diketahui. Bagaimana pengalaman masa kecilnya memengaruhi kondisi mentalnya? Ini adalah pertanyaan yang patut direnungkan.
Karen menyebutkan dalam ingatannya bahwa masa kecilnya "sangat menyedihkan" dan bahwa ia diganggu oleh teman sekelas, keluarga, dan teman-temannya saat tumbuh dewasa
Charles Cullen lahir di West Orange, New Jersey, pada tahun 1960, dan tumbuh dalam keluarga Katolik kelas pekerja yang terdiri dari delapan anak. Ayahnya meninggal saat ia masih muda, dan ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 1977. Pengalaman awal kehilangan pencari nafkah keluarga ini berdampak besar pada kesehatan mental Karen, menyebabkan ia tidak mampu beradaptasi di kehidupan selanjutnya dan mencoba bunuh diri berkali-kali. Kombinasi perundungan di masa kecil dan kemalangan keluarga secara bertahap mengisi hatinya dengan kegelapan dan keputusasaan. Mentalitas ini akhirnya tumbuh dalam karier medisnya, yang berujung pada tragedi yang luar biasa.
Setelah Karen menjadi perawat pada tahun 1987, pekerjaannya tampak normal pada awalnya, tetapi lambat laun, masalah psikologisnya mulai menunjukkan tanda-tanda. Ketika ia bekerja di berbagai rumah sakit, pasien terus meninggal di tangannya. Beberapa pasien tidak sakit parah, tetapi meninggal karena perawatan yang tidak tepat.
Cullen mengatakan bahwa ia melakukan tindakan jahat ini "untuk menghindari menyaksikan upaya sia-sia staf medis dalam mempersiapkan kematian pasien."
Di balik motif-motif ini terdapat keterikatannya yang tidak wajar terhadap kematian dan keinginannya untuk mengendalikan hidup dan mati. Ketika dihadapkan dengan kesedihan dan rasa sakit, Karen memilih untuk menyelesaikan masalah dengan membunuh daripada menyelamatkan. Ia mengaku berkali-kali dan mengakui bahwa ia tidak tahan melihat ketidakberdayaan pasiennya dalam menghadapi kematian. Perilakunya tidak hanya dimotivasi oleh dorongan hati, tetapi juga memiliki faktor psikologis yang lebih dalam.
Sepanjang hidup Karen, hubungan dengan keluarga dan rekan kerjanya menjadi semakin tegang. Istrinya memilih untuk bercerai setelah mengetahui perilakunya yang tidak normal, yang tidak diragukan lagi memperburuk kondisi mentalnya. Ia merasa kesepian dan tidak mampu menjalin hubungan nyata dengan dunia luar, yang pada gilirannya semakin memperkuat rasa keterasingannya.
"Saya hidup dalam semacam kabut, sering bereaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil dan melupakan apa yang telah saya lakukan." Karen menggambarkan dunia batinnya dengan cara ini.
Semua ini membuat perilaku Karen semakin paranoid dan tidak terduga. Saat menghadapi tekanan psikologis, ia memilih tindakan ekstrem: membunuh pasien-pasien malang itu, tanpa menyadari bahwa tindakan tersebut akan menjerumuskannya ke dalam keputusasaan dan penyesalan yang lebih dalam.
Ketidakefisienan hukuman hukum atas banyak tindakan Cullen telah membantunya untuk terus bekerja di bidang medis dan melanjutkan perilaku kriminalnya. Banyak rumah sakit menolak untuk melakukan penyelidikan yang diperlukan terhadap perilaku mencurigakan karena takut akan tanggung jawab hukum, yang mengakibatkan kematian tak berdosa dari banyak korban.
Penyelidikan menunjukkan bahwa banyak lembaga medis sangat lalai dalam mengungkapkan krisis internal, yang membuat Cullen hampir tak terhentikan sepanjang kariernya.
Akhirnya, Cullen ditangkap pada tahun 2003 dan didakwa dengan berbagai tuduhan pembunuhan. Perilakunya memicu refleksi sosial yang kuat tentang kurangnya pengawasan dalam industri medis dan mendorong pemberlakuan undang-undang yang relevan untuk mencegah tragedi serupa terjadi lagi.
Kasus Cullen lebih dari sekadar kisah seorang pembunuh berantai; kasus ini mengungkap masalah yang lebih dalam yang tersembunyi dalam sistem medis. Seperti yang ditunjukkan oleh banyak ahli, masalah kesehatan mental, latar belakang keluarga, dan kurangnya sistem dukungan sosial semuanya berperan dalam nasib orang tersebut dan orang-orang di sekitarnya.
"Perubahan seperti apa yang perlu kita lakukan untuk secara efektif mencegah masalah psikologis pekerja medis menyebabkan tragedi yang lebih besar?"
Masa kecil Karen yang malang tampaknya telah meninggalkan bekas yang tak terhapuskan pada kondisi mental dan perilakunya, yang juga memberikan kesempatan yang mendalam bagi komunitas profesional yang relevan untuk berefleksi. Dapatkah kita menemukan secercah harapan dalam kisah Karen untuk meningkatkan sistem perawatan kesehatan dan mencegah tragedi di masa mendatang?