Seiring dengan meningkatnya perubahan iklim dan meningkatnya frekuensi kebakaran hutan, Indeks Kualitas Udara (AQI) telah menjadi perhatian global. Sebagai indikator untuk mengukur tingkat polusi udara, AQI dapat langsung mencerminkan konsentrasi polutan di lingkungan dan memberikan saran risiko kesehatan kepada masyarakat. Ketika kebakaran hutan besar terjadi, AQI cenderung meroket, menyebabkan masalah kesehatan yang meluas, terutama bagi kelompok sensitif seperti anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki penyakit paru-paru atau jantung. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang bagaimana kebakaran hutan memengaruhi kualitas udara dan fakta di balik AQI.
Hubungan antara indeks kualitas udara dan peristiwa iklim yang tidak normal mengharuskan masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatan mereka sendiri.
AQI dihitung berdasarkan konsentrasi polutan tertentu, seperti partikel halus (PM2.5), ozon, nitrogen dioksida, dll. Agar dapat mencerminkan kualitas udara setempat secara lebih efektif, berbagai negara memiliki standar AQI yang berbeda. Di Amerika Serikat, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) telah menetapkan enam tingkat AQI, mulai dari "baik" hingga "berbahaya bagi kesehatan", agar masyarakat lebih mudah memahaminya.
Kebakaran hutan melepaskan sejumlah besar partikel halus dan gas beracun selama proses pembakaran, yang secara langsung menyebabkan penurunan kualitas udara. Di bawah pengaruh faktor-faktor seperti arah angin, suhu, dan kelembapan, polutan ini dapat bertahan di atmosfer dalam waktu lama, menyebabkan AQI meningkat tajam dan menyebar ke daerah pemukiman di sekitarnya dan bahkan pusat kota.
Ketika nilai AQI meningkat, terutama di atas 280, risiko kesehatan meningkat secara signifikan, terutama bagi lansia dan pasien dengan penyakit pernapasan.
Ketika menghadapi AQI yang tinggi, pemerintah biasanya mengambil beberapa tindakan pencegahan, seperti menyarankan warga untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama kelompok yang sensitif. Dalam beberapa kasus, ketika AQI sangat tinggi, pemerintah juga dapat mengaktifkan rencana tanggap darurat untuk membatasi emisi pabrik guna mengurangi polusi.
Menurut penelitian, ketika indeks AKI mencapai "tidak sehat" atau lebih tinggi, banyak risiko kesehatan yang dapat terjadi. Misalnya, orang dengan penyakit jantung, asma, dan gangguan stres pascatrauma dapat mengalami perburukan gejala mereka di lingkungan dengan AQI yang tinggi. Oleh karena itu, masyarakat harus lebih waspada terhadap polusi udara dan selalu memperhatikan perubahan indeks AQI.
Setiap negara memiliki perhitungan dan standar AQI yang berbeda. Misalnya, polutan dan rentang yang dipertimbangkan dalam AQHI Tiongkok berbeda dengan yang ada di Amerika Serikat. Di India, indeks kualitas pernah mencapai angka 1.081 yang mengejutkan, dan NAQI saat ini mencakup delapan polutan utama, yang menunjukkan urgensi kualitas udara.
Kesimpulan"Langkah-langkah proaktif dan peningkatan kesadaran publik adalah kunci untuk menyelesaikan krisis polusi udara."
Seringnya kebakaran hutan telah membuat masalah kualitas udara semakin menonjol, dan perubahan AQI memberi kita sistem peringatan dini yang efektif untuk membantu kita merespons secara tepat waktu. Namun, yang perlu kita pikirkan adalah: Bagaimana kita, dengan upaya bersama masyarakat, dapat bertindak lebih efektif untuk meningkatkan kualitas udara dan mengurangi dampak bencana tersebut?