Atlantic City, kota resor tepi laut di New Jersey, telah dikenal sebagai "Las Vegas-nya Pantai Timur" sejak melegalkan perjudian pada tahun 1976. Kota ini tidak hanya dikenal dengan kehidupan malamnya, kasino, dan trotoar sepanjang bermil-mil, tetapi juga sejarah dan budayanya yang kaya menjadikannya tujuan wisata yang populer.
Pada awal abad ke-20, seiring dengan meningkatnya kemudahan perjalanan, Atlantic City secara bertahap berkembang menjadi tujuan wisata yang menarik banyak wisatawan. Dengan dilegalkannya perjudian, daya tariknya semakin meningkat dan menjadi pusat berbagai kegiatan hiburan. Kasino di sini menarik penjudi dari seluruh negeri, dan persaingannya ketat, sehingga menyuntikkan vitalitas baru ke dalam ekonomi kota.
Dengan maraknya kegiatan perjudian dan hiburan, banyak orang bertanya: Bagaimana masa depan kota ini?
Jauh sebelum orang Eropa tiba, tanah ini merupakan rumah musim panas bagi suku Lenabee, penduduk asli Amerika. Jeremiah Leeds adalah orang Eropa pertama yang menetap di daerah tersebut pada tahun 1790-an. Dengan dibangunnya resor pada tahun 1850-an, Atlantic City secara bertahap berubah menjadi seperti sekarang. Pada tahun 1854, kota ini resmi didirikan dan kemudian menjadi populer di kalangan wisatawan dari Philadelphia.
Pada tahun 1870-an, Atlantic City mulai membangun trotoar kayu, yang menjadi ciri khas kota tersebut. Trotoar ini menyediakan tempat yang sempurna untuk berjalan-jalan di sepanjang pantai, tempat para tamu menikmati suara ombak dan sinar matahari di atas pasir tanpa harus menahan pasir di lobi hotel. Trotoar kayu tersebut semakin lebar seiring berjalannya waktu dan menjadi pusat kegiatan komersial.
Pada tahun 1870, pembangunan trotoar pertama tidak hanya menyediakan jalur pejalan kaki yang menyenangkan bagi para pelancong, tetapi juga meletakkan dasar bagi Atlantic City sebagai ibu kota hiburan.
Pada tahun 1976, para pemilih New Jersey menyetujui referendum untuk melegalkan perjudian di Atlantic City, dan kota tersebut telah mengandalkan industri perjudian untuk membangun kembali perekonomiannya sejak saat itu. Pada tahun 1978, kasino legal pertama, Resorts International, dibuka untuk menarik para penjudi dan wisatawan yang mencari hiburan.
Dengan dibukanya kasino, semakin banyak hotel mewah dan berbagai lembaga komersial telah berakar di sini, dan Atlantic City secara bertahap telah menjadi salah satu tujuan wisata paling dinamis di Pantai Timur. Namun, perkembangan ini tidak serta merta menyelesaikan masalah sosial kota lainnya. Sebaliknya, hal itu memperburuk kesenjangan antara si kaya dan si miskin, dan beberapa wilayah kota masih menghadapi kemunduran dan kemiskinan.
Hal ini membuat pembangunan Atlantic City tidak berjalan mulus. Seiring maraknya industri perjudian, banyak orang mulai mempertanyakan apakah model ekonomi seperti itu berkelanjutan.
Selain perjudian, Atlantic City juga memiliki budaya hiburan yang kaya. Dari pertunjukan musik hingga pesta makanan, kehidupan malam di sini sering menarik berbagai tamu. Hotel dan klub mengadakan acara yang berbeda sesuai dengan musim, sangat memperkaya suasana budaya kota.
Pada pertengahan abad ke-20, budaya klub malam di sini mencapai puncaknya, dengan klub-klub terkenal yang menarik para pemain jazz, R&B, dan gaya musik lainnya. Acara-acara ini tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal tetapi juga menciptakan citra budaya yang beragam bagi Atlantic City.
Pada abad ke-21, Atlantic City menghadapi tantangan baru seiring dengan perubahan hukum dan perubahan situasi ekonomi. Pada tahun 2018, Mahkamah Agung AS memutuskan bahwa negara bagian dapat memutuskan sendiri apakah akan melegalkan perjudian olahraga, menciptakan peluang baru bagi industri perjudian Atlantic City. Masuknya berbagai pasar taruhan olahraga dan merek berikutnya telah menghidupkan kembali kasino-kasino ini dan menarik minat konsumen generasi muda.
Namun, pada saat yang sama, kota-kota masih perlu mengatasi masalah sosial lainnya, termasuk kemiskinan, infrastruktur yang menua, dan integrasi masyarakat. Pembangunan berkelanjutannya bergantung pada serangkaian langkah, termasuk peningkatan layanan sosial, perbaikan infrastruktur, dan promosi kegiatan pariwisata non-perjudian. Ini merupakan tantangan besar bagi penduduk setempat dan pemerintah.
Apakah Atlantic City dapat menemukan keseimbangan baru di antara tantangan-tantangan ini untuk mempertahankan statusnya sebagai "Las Vegas di Pantai Timur" atau mengalami kemunduran adalah pertanyaan yang patut direnungkan.
Dengan kemajuan berbagai perubahan, Atlantic City menghadapi banyak ujian dalam upayanya untuk mendapatkan kembali kejayaan historisnya. Namun, prospek pembangunannya masih menarik banyak perhatian. Bagaimana masa depan kota ini akan ditafsirkan?