Pencarian sensasi adalah sifat kepribadian yang menyebabkan orang mengejar pengalaman dan perasaan yang beragam, baru, kaya, dan intens, dan karena itu bersedia mengambil risiko fisik, sosial, hukum, dan finansial. Meskipun tidak setiap aktivitas yang terkait dengan sifat ini dikaitkan dengan risiko, risiko tersebut sering diabaikan, ditoleransi, atau diminimalkan, atau bahkan dipandang sebagai sumber kegembiraan yang menambah aktivitas tersebut.
Menurut penelitian oleh Marvin Zuckerman, pencari sensori yang tinggi memiliki kebutuhan yang lebih tinggi untuk stimulasi, dan mereka lebih cenderung mengejar tingkat stimulasi yang tinggi dalam hidup mereka.
Zuckerman pertama kali mengusulkan konsep ini pada tahun 1969 dan merancang sebuah tes yang disebut Sensation Seeking Scale (SSS) berdasarkan konsep ini. Tes ini dirancang untuk menilai perbedaan individu dalam preferensi stimulasi sensori dan berfokus pada seberapa banyak stimulasi yang dibutuhkan orang untuk mencapai tingkat gairah yang optimal. Penting untuk dicatat bahwa pencari sensori tingkat tinggi cenderung mengalami sensasi yang tidak menyenangkan ketika rangsangan sensori tidak terpenuhi.
Ciri-ciri pencarian sensori dapat dibagi menjadi empat aspek:
Pencari sensori yang tinggi sering kali menunjukkan kebutuhan yang tinggi akan stimulasi dalam hidup mereka.
Dalam penelitiannya, Zuckerman menemukan bahwa meskipun psikolog lain seperti Eysenck dan Costa dan McCrae memandang sifat ini sebagai korelasi dari ekstroversi, studi analisis faktor Zuckerman menunjukkan bahwa pencarian sensori relatif Independen dari dimensi kepribadian utama lainnya. Penelitian serupa menunjukkan bahwa pencarian sensori, khususnya komponen pencarian pengalaman, berhubungan positif dengan keterbukaan terhadap pengalaman. Lebih jauh, ada korelasi negatif antara Keramahan dan Pencarian Sensasi dalam NEO-PI-R.
Pencari sensasi tinggi cenderung menunjukkan kecenderungan untuk mengemudi dengan kecepatan tinggi, dan terlepas dari jenis kelamin, mereka lebih cenderung mengabaikan peraturan lalu lintas dan dengan demikian terlibat dalam perilaku berisiko tinggi. Studi tersebut menemukan bahwa nilai-nilai dan variabel persepsi risiko juga memiliki efek signifikan pada pencarian sensasi dan perilaku mengemudi berisiko. Selain itu, ada hubungan antara alkoholisme dan pencarian sensori, terutama dua aspek pemanjaan dan pencarian pengalaman yang terkait erat dengan alkoholisme.
Pencari sensasi cenderung mengasosiasikan diri mereka dengan teman sebaya yang memiliki tingkat pencarian sensori yang sama, yang selanjutnya memengaruhi penggunaan narkoba dan alkohol.
Dalam hal pilihan karier, pencari sensori tinggi cenderung memilih karier yang melibatkan aktivitas baru, menarik, dan non-tradisional, serta tugas-tugas tidak terstruktur yang membutuhkan fleksibilitas. Sebaliknya, pencari sensori rendah lebih menyukai pekerjaan yang terstruktur dan terdefinisi dengan baik, termasuk pekerjaan rumah tangga atau mengajar.
Orang dengan gangguan bipolar cenderung terlibat dalam perilaku berisiko sosial. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan gangguan bipolar mendapat skor lebih rendah pada aspek pengambilan risiko dan pencarian sensasi dari Skala Pencarian Sensasi, tetapi lebih tinggi pada aspek permisif.
Pencarian sensasi adalah sifat kepribadian kompleks yang tidak hanya memengaruhi pilihan hidup seseorang, tetapi juga dapat memainkan peran penting dalam perilaku berisiko. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang sifat ini, kita mungkin dapat lebih memahami daya tarik pengambilan risiko dan potensi dampak sosialnya. Jadi, bagaimana kita dapat menemukan keseimbangan antara mengejar kegembiraan dan risiko?