Dalam kehidupan, setiap orang memiliki persepsi dan reaksi yang berbeda terhadap risiko. Sebagian orang sangat menyukai pengalaman baru dan menarik serta bersedia mengambil risiko demi pengalaman tersebut, sementara yang lain lebih menyukai stabilitas dan keamanan. Perbedaan ini dapat dikaitkan dengan sifat yang disebut "Pencarian Sensasi". Mentalitas ini tidak hanya memengaruhi pola perilaku individu, tetapi juga mencerminkan sifat kepribadian mereka.
Pencarian sensasi adalah sifat kepribadian yang didefinisikan sebagai pengejaran berbagai pengalaman unik, kaya, dan intens serta kemauan untuk mengambil risiko fisik, sosial, hukum, dan finansial demi pengalaman tersebut.
Konsep pencarian sensori pertama kali diusulkan oleh Marvin Zuckerman dari Universitas Delaware di Amerika Serikat pada tahun 1969. Zuckerman merancang kuesioner yang disebut Skala Pencarian Sensasi untuk menilai perbedaan individu dalam kebutuhan mereka akan rangsangan sensori. Konten tes dibagi menjadi empat karakteristik utama:
1. Mencari petualangan dan kegembiraan: seperti terjun payung, menyelam, mengemudi dengan kecepatan tinggi, dll.
2. Mencari pengalaman: mencari pengalaman sensorik atau psikologis baru melalui pilihan yang tidak konvensional.
3. Liberalisme: Preferensi untuk kegiatan yang "tidak terkendali", seperti pesta liar dan perilaku ilegal.
4. Kerentanan terhadap Kebosanan: Intoleransi terhadap lingkungan yang berulang dan membosankan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa pencari sensasi tinggi lebih cenderung mengonsumsi alkohol dan terlibat dalam perilaku mengemudi yang berisiko, dan lebih rentan terhadap pengaruh teman sebaya.
Perilaku berisiko tinggi sering kali menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari para pencari sensasi. Misalnya, orang-orang ini memiliki kecepatan mengemudi yang lebih tinggi dan lebih cenderung mengabaikan peraturan lalu lintas, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan dan cedera lalu lintas. Penelitian ini juga menemukan bahwa perilaku ini dipengaruhi oleh variabel seperti harga diri dan persepsi risiko.
Dalam kasus penggunaan zat, pencari sensasi tinggi sering kali lebih rentan terhadap pengaruh teman sebayanya, terutama pada tingkat remaja dan dewasa muda, dan kecenderungan ini memperkuat perilaku penggunaan narkoba dan alkohol.
Mereka cenderung terlibat dalam perilaku seksual berisiko tinggi, seperti memiliki banyak pasangan, dan cenderung tidak menggunakan tindakan pencegahan keselamatan untuk melindungi diri mereka sendiri.
Studi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gender yang signifikan dalam perilaku pencarian sensorik, dengan pria umumnya mendapat skor lebih tinggi daripada wanita. Dalam sampel AS, pria menunjukkan skor lebih tinggi pada pencarian sensasi secara keseluruhan, pencarian petualangan, dan kerentanan terhadap kebosanan. Hasil serupa ditemukan di negara lain termasuk Australia, Kanada, dan Spanyol.
Berbagai tahap kehidupan juga memengaruhi tingkat pencarian sensasi seseorang, dengan intensitas pencarian sensasi umumnya meningkat selama masa remaja dan tetap sama atau menurun di tahun-tahun berikutnya.
Preferensi karier juga dipengaruhi oleh pencarian sensasi. Para pencari sensasi tinggi sering kali lebih menyukai karier yang membutuhkan fleksibilitas dan aktivitas menarik, seperti bidang teknologi atau layanan sosial. Di sisi lain, para pencari sensasi rendah cenderung memilih pekerjaan dengan struktur yang jelas dan peraturan yang ketat, seperti ibu rumah tangga atau guru.
Pencari sensasi adalah sifat kepribadian yang mengakar kuat yang memengaruhi perilaku, pilihan, dan bahkan interaksi seseorang dengan lingkungan sosialnya. Dihadapkan dengan pola pikir dan perilaku seperti itu, kita jadi bertanya-tanya, pernahkah Anda didorong oleh hasrat batin Anda pada saat-saat tertentu dan menantang batas-batas indra Anda sendiri?