Dengan semakin pentingnya stabilitas keuangan di kawasan Eropa, peran Mekanisme Pengawasan Tunggal (SSM) sebagai landasan pengawasan bank di kawasan euro menjadi semakin penting. Kerangka regulasi ini tidak hanya dirancang untuk memastikan bahwa bank-bank di setiap negara anggota memiliki modal dan likuiditas yang cukup, tetapi juga untuk mengurangi risiko krisis keuangan.
Munculnya mekanisme pengawasan tunggal menandai kemajuan besar dalam pengawasan keuangan di Zona Euro, terutama dalam mencapai kesatuan dan stabilitas pasar keuangan.
Sebagai inti dari SSM, Bank Sentral Eropa (ECB) mengatur 113 bank yang ditetapkan sebagai "Lembaga Penting". Aset bank-bank ini mencakup sekitar 85% dari seluruh sistem perbankan Zona Euro. %. "Lembaga Kurang Penting" yang tersisa diawasi oleh lembaga-lembaga regulasi di berbagai negara.
Ide SSM dapat ditelusuri kembali ke masa setelah krisis keuangan global tahun 2008. Banyak ahli mencatat pada saat itu bahwa kerentanan keuangan yang signifikan harus diatasi untuk memulihkan kepercayaan pasar dan mencegah dana talangan publik di masa mendatang. Seiring berjalannya waktu, argumen yang mendukung mekanisme regulasi terpadu semakin kuat, yang akhirnya mengarah pada pembentukan formal SSM pada tahun 2014.
Sejak diluncurkan pada tahun 2014, SSM telah menjadi mekanisme utama untuk memastikan keberlanjutan operasi dan stabilitas bank-bank di kawasan euro.
Hingga saat ini, proses penilaian dan uji ketahanan SSM telah menjadi sarana utama untuk mengawasi bank, sehingga membuat mereka lebih tangguh dalam menghadapi potensi guncangan ekonomi. Misalnya, uji stres tahun 2016 menunjukkan bahwa kapasitas cadangan modal dari 51 bank peserta lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya, yang menunjukkan bahwa kesehatan mereka secara keseluruhan telah membaik.
Operasional SSM diawasi oleh ECB dan bekerja sama dengan badan-badan regulasi di berbagai negara. Pembentukan mekanisme regulasi memungkinkan bank-bank dengan berbagai ukuran untuk memutuskan tingkat dan pendekatan pengawasan berdasarkan kepentingan dan potensi risikonya. Bank-bank besar diawasi langsung oleh ECB, sementara bank-bank yang lebih kecil diawasi oleh otoritas pengawas nasional.
Setiap bank besar akan membentuk Tim Pengawas Bersama (JST) untuk mengawasi kepatuhan dan operasi bisnis bank-bank ini. Pembagian kerja dan kolaborasi ini meningkatkan efisiensi dan konsistensi pengawasan, menjadikan seluruh SSM lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan pasar.
Melalui model kerja sama ini, bisnis perbankan Eropa dapat berkembang dengan cara yang lebih stabil dan mengurangi potensi risiko dan kerentanan.
Namun, pengembangan SSM hanyalah bagian dari Uni Perbankan Eropa, dan mekanisme untuk manajemen krisis dan penyelesaian masalah masih perlu ditangani. Saat ini, Mekanisme Resolusi Tunggal dan asuransi simpanan berbagai negara serta pengaturan lainnya belum sepenuhnya terintegrasi. Di masa mendatang, cara meningkatkan pengaturan struktural ini akan memengaruhi stabilitas keuangan seluruh kawasan euro.
Selain itu, karena lingkungan pasar dan persyaratan peraturan terus berubah, SSM juga perlu mempertimbangkan cara menangani masalah paparan kedaulatan antarnegara untuk mematuhi persyaratan peraturan terbaru.
Karena pasar keuangan terus berubah, SSM harus terus berkembang untuk mengatasi tantangan dan peluang di masa mendatang.
Sebagai kesimpulan, SSM merupakan awal dari era baru stabilitas keuangan di Eropa, tetapi efek implementasinya perlu diuji dari waktu ke waktu. Di masa depan, apakah efektivitas integrasi pengawasan keuangan berbagai negara benar-benar dapat mencapai tujuan stabilitas masih menjadi pertanyaan yang patut direnungkan.