Pigmen ftalosianin, sebagai senyawa organik siklik aromatik yang besar, karakteristik strukturalnya menjadikannya bahan yang sangat diperlukan dalam aplikasi pigmen dan produk elektronik. Kompleksitas dan sifat kimia senyawa ini memungkinkannya memainkan banyak peran dalam teknologi modern. Dari pewarna hingga bahan optoelektronik, pigmen ftalosianin memiliki prospek aplikasi yang tidak terbatas.
Penggunaan pigmen ftalosianin dalam lingkungan tertentu, termasuk terapi fotolistrik dan sebagai katalis yang efektif, telah menyebabkan peningkatan perhatian penelitian pada bahan ini.
Rumus kimia pigmen ftalosianin adalah (C8H4N2)4H2, yang mengandung empat unit isoindol yang dihubungkan oleh atom nitrogen. Struktur geometris dua dimensi yang unik dan sistem cincin yang terdiri dari 18 elektron π memberinya berbagai macam sifat optik. Sifat-sifat ini tidak hanya memungkinkannya menyerap cahaya dengan panjang gelombang antara 600 dan 700 nanometer, tetapi juga dapat digunakan untuk menyesuaikan sifat elektronik dan warna.
Perubahan warna biru dan hijau pada pigmen ftalosianin terutama berasal dari pita serapannya. Dengan mengubah substituen, sifat optiknya dapat dikontrol.
Pada tahun 1907, pigmen ftalosianin pertama kali dilaporkan sebagai senyawa biru yang tidak diketahui. Baru pada tahun 1927 ilmuwan Swiss menemukan tembaga ftalosianin selama proses tidak sengaja mengubah o-dibromobenzena menjadi ftalonitril, yang memulai studi senyawa ini. Pada tahun 1934, Profesor Patrick Linstead lebih lanjut mengungkapkan sifat kimia dan struktural besi ftalosianin, yang memberi orang pemahaman yang lebih dalam tentang senyawa ini.
Sintesis pigmen ftalosianin biasanya berasal dari tetramerisasi siklik berbagai turunan asam ftalat, seperti ftalonitril dan anhidrida ftalat. Proses ini menghasilkan sekitar 57.000 ton berbagai ftalosianin pada tahun 1985. Dengan pendalaman penelitian, sintesis kompleks logam seperti tembaga ftalosianin telah muncul, dan kompleks ini menjadi semakin penting dalam rantai pasokan.
Seiring dengan pendalaman penelitian tentang pigmen ftalosianin dan kompleks logamnya, aplikasi senyawa ini di bidang fotovoltaik, terapi fotodinamik, konstruksi nanomaterial, dan katalisis telah berkembang secara bertahap. Terutama aplikasinya dalam sel surya organik, efisiensi konversi energi sel ini telah mencapai level 5%, dan cakupan penggunaan spesifiknya terus berkembang.
Dalam hal katalisis, pigmen ftalosianin dapat secara efisien mengkatalisis berbagai reaksi organik, yang menunjukkan potensi aplikasi yang sangat besar.
Pigmen ftalosianin secara struktural terkait erat dengan makrosiklus tetrapirol lainnya, seperti porfirin dan porfirinon. Kesamaan senyawa ini membuatnya banyak digunakan dalam penelitian ligan logam, dan menunjukkan potensi penting dalam bidang seperti biomedis.
Karena pigmen ftalosianin secara alami memiliki kelarutan yang rendah, para peneliti telah mencoba meningkatkan kelarutannya dengan menambahkan gugus alkil rantai panjang sehingga dapat digunakan dalam pelarut organik. Versi yang ditingkatkan ini dapat dilapisi dengan metode spin-coating atau drip-fed untuk memperluas skenario aplikasi praktisnya.
Meskipun beberapa turunan ftalosianin memiliki kelarutan rendah dalam pelarut umum, sifat-sifatnya masih dapat ditingkatkan dengan menambahkan gugus fungsional.
Senyawa ftalosianin saat ini tidak menunjukkan toksisitas akut atau karsinogenisitas, sehingga aman untuk aplikasi industri. Menurut data percobaan pada hewan, nilai LD50-nya adalah 10 g/kg, yang menunjukkan penerimaan pigmen ftalosianin.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, potensi pigmen ftalosianin masih terus dieksplorasi. Dapatkah kita menemukan solusi yang lebih inovatif untuk lebih meningkatkan penggunaannya dalam teknologi yang sedang berkembang?