Dalam sistem perawatan kesehatan global saat ini, kekurangan dokter telah menjadi masalah yang terus berkembang. Menurut proyeksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dunia menghadapi kekurangan hingga 4,3 juta tenaga medis, yang mencakup dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Di banyak negara berkembang, kurangnya sumber daya medis mencegah orang mengakses layanan medis dasar, sementara di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman, kekurangan masih menonjol, terutama di daerah pedesaan dan daerah dengan sumber daya medis yang tidak memadai.
Kekurangan dokter tidak hanya memengaruhi kemampuan pasien untuk memperoleh layanan medis, tetapi juga dapat menyebabkan penurunan kualitas medis dan peningkatan biaya medis.
Pasokan dokter dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang paling signifikan adalah jumlah lulusan sekolah kedokteran. Pada saat yang sama, jumlah dokter yang terus menjalankan praktik kedokteran dan apakah mereka tetap tinggal di negara asal juga menjadi pertimbangan penting yang memengaruhi pasokan dokter.
Komentator mencatat bahwa banyak orang tidak senang dengan inefisiensi yang dirasakan dalam sistem perawatan kesehatan. Jika pengoperasian sistem medis tidak dapat meningkatkan produktivitas dokter, ini akan membuat sejumlah kecil dokter menghadapi tekanan dari sejumlah besar pasien. Hasil dari tekanan ini adalah jam kerja dokter menjadi sangat berat, sementara waktu mereka untuk merawat pasien menjadi semakin terbatas.
Data menunjukkan bahwa sumber daya medis yang tidak memadai menjadi perhatian yang berkembang di beberapa daerah dengan pertumbuhan tinggi di Amerika Serikat, seperti Phoenix, Arizona.
Di banyak negara berkembang, pengeluaran kesehatan terkait erat dengan pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB), demikian pula tenaga kerja di industri perawatan kesehatan. Namun, eksodus dokter telah menantang sistem medis di banyak negara berpenghasilan rendah. Fenomena yang dikenal sebagai "brain drain" tidak hanya memengaruhi pasokan medis, tetapi juga menyebabkan kerusakan jangka panjang pada pembangunan ekonomi dan sosial.
Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan dokter adalah dengan memperluas pendaftaran sekolah kedokteran, namun, ini bukan satu-satunya solusi. Biaya pelatihan mahasiswa kedokteran dan dampak kondisi sosial terhadap keragaman dan kesempatan yang sama juga merupakan faktor yang mencegah lebih banyak orang memasuki sekolah kedokteran.
Menurut beberapa penelitian, pembatasan penerimaan sekolah kedokteran dan diskriminasi ras dan gender mencegah banyak orang mendapatkan kesempatan untuk menjadi dokter.
Karena populasi yang menua dan beban penyakit yang meningkat, permintaan akan layanan dokter meningkat, terutama di negara-negara maju. WHO merekomendasikan bahwa rasio dokter ideal di negara-negara maju harus setidaknya satu dokter dasar per 1.000 orang. Ini berarti bahwa seiring bertambahnya usia orang, permintaan akan layanan medis akan terus meningkat.
Menanggapi kekurangan dokter, banyak negara telah mengusulkan berbagai solusi jangka pendek dan jangka panjang. Beberapa rencana termasuk meningkatkan pendanaan untuk sekolah kedokteran, menarik dokter dari luar negeri dan meningkatkan kondisi untuk penyediaan medis.
Hampir semua solusi mengarah pada peningkatan jumlah dokter dan peningkatan efisiensi operasional sistem medis untuk memastikan bahwa setiap pasien dapat menerima layanan medis yang diperlukan.
Situasi ini tidak hanya mengkhawatirkan di daerah setempat, tetapi juga dalam skala global. Kekurangan dokter di Amerika Serikat diproyeksikan mencapai 91.500 dalam beberapa tahun ke depan dan bahkan mencapai 130.600 pada tahun 2025. WHO memperingatkan bahwa di beberapa negara, rasio dokter per kapita hanya 1,13 per 1.000 orang, yang merupakan kesenjangan yang sangat besar dibandingkan dengan rasio di AS sebesar 2,5 per 1.000 orang. Seiring dengan meningkatnya permintaan layanan kesehatan, dukungan medis dan pembagian sumber daya dari berbagai sumber juga akan menjadi tren utama di masa mendatang.
Menghadapi tantangan kekurangan dokter global, dapatkah kita memperbaiki situasi dan memastikan bahwa setiap orang memiliki akses ke perawatan yang mereka butuhkan?