Di antara sekian banyak bakteri yang memengaruhi kesehatan kulit, Cutibacterium acnes (sebelumnya dikenal sebagai Propionibacterium acnes) adalah salah satu bakteri yang keberadaannya tidak dapat diabaikan. Bakteri ini sering dianggap sebagai akar penyebab jerawat, meskipun bakteri ini juga umum ditemukan pada orang sehat. Menurut penelitian baru, memahami biologi bakteri ini dan bagaimana bakteri ini memengaruhi kesehatan kulit sangat penting saat kita merawat dan mengelola masalah kulit seperti jerawat.
Cutibacterium acnes adalah bakteri anaerobik yang tumbuh lambat dan hidup terutama di folikel rambut. Bakteri ini memetabolisme asam lemak dan residu seluler lainnya yang disekresikan oleh kelenjar sebasea. Meskipun kulit yang sehat biasanya hanya mengandung sedikit bakteri ini, dengan perubahan hormonal, terutama selama masa pubertas, C. acnes dapat berkembang biak dengan cepat, yang menyebabkan peradangan kulit dan pembentukan jerawat.
Proliferasi C. acnes dapat menyebabkan kerusakan sel dan akumulasi metabolit mikroba, yang semuanya dapat memicu respons peradangan pada kulit.
Jerawat adalah penyakit kulit umum yang menyerang sekitar 650 juta orang di seluruh dunia. Ciri-ciri utama penyakit ini meliputi penyumbatan folikel rambut, peradangan, dan proliferasi berlebihan C. acnes. Penelitian telah menunjukkan bahwa bakteri ini tidak hanya aktif selama masa remaja, tetapi juga umum terjadi pada orang dewasa.
Dengan meluasnya penggunaan antibiotik, masalah resistensi antibiotik pada C. acnes menjadi semakin serius. Menurut penelitian, resistensi terhadap antibiotik telah meningkat secara signifikan sejak tahun 1979, sehingga banyak pengobatan tradisional semakin tidak efektif. Para ahli mulai mengeksplorasi pilihan pengobatan lain, seperti menggabungkan antimikroba non-antibiotik seperti benzoil peroksida dengan obat resep umum seperti isotretinoin.
Studi menunjukkan bahwa masalah resistensi antibiotik bakteri memaksa penyedia layanan kesehatan untuk mencari pengobatan baru.
C. acnes memiliki hubungan simbiosis dengan bakteri penghuni kulit lainnya seperti Staphylococcus epidermidis. Keseimbangan kemitraan ini sangat penting bagi kesehatan kulit. Studi telah menunjukkan bahwa pori-pori yang sehat sebagian besar dihuni oleh C. acnes saja, sedangkan pori-pori yang tidak sehat dapat ditempati oleh bakteri lain, sehingga meningkatkan risiko infeksi.
Efek kesehatan lain dari C. acnesSelain menyebabkan jerawat, Cutibacterium acnes telah dikaitkan dengan berbagai komplikasi mata, seperti endoftalmitis kronis dan infeksi terkait pembedahan lainnya. Kehadiran bakteri ini tidak hanya memengaruhi kulit, tetapi juga dapat berperan dalam penyakit lain seperti neuroinflamasi, yang perlu dipelajari lebih lanjut.
Penelitian tentang Cutibacterium acnes masih berlangsung. Para ilmuwan sedang mengeksplorasi biologi, mekanisme patologis, dan hubungannya dengan mikroorganisme lain. Pilihan pengobatan di masa depan dapat menargetkan karakteristik bakteri ini, sehingga memberikan strategi yang lebih efektif untuk mengelola penyakit kulit.
Penelitian mendalam tentang dinamika mikroba C. acnes dapat memberikan ide terapi baru untuk mengatasi berbagai penyakit terkait kulit.
Akhirnya, seiring dengan semakin banyaknya penelitian yang dilakukan, apakah kisah di balik Cutibacterium acnes dan dampaknya terhadap kesehatan kulit kita akan mengubah pemahaman semua orang tentang jerawat?