Bedah rekonstruksi payudara, yang juga dikenal sebagai "bedah tubuh bagian atas," adalah salah satu dari banyak prosedur bedah yang dilakukan untuk merekonstruksi payudara guna mengurangi disforia gender. Jenis bedah ini tidak hanya cocok untuk mereka yang mengalami transisi dari wanita ke pria (FTM), tetapi juga untuk pria dengan ginekomastia. Banyak orang memilih operasi tidak hanya untuk meredakan kecemasan tetapi juga untuk mencapai penampilan ideal mereka.
Banyak pasien yang telah menjalani operasi mengatakan bahwa mendapatkan kembali kepercayaan diri pada payudara mereka adalah bagian penting dari proses tersebut.
Kunci dari operasi rekonstruksi payudara terletak pada pemilihan teknik bedah yang tepat dan komunikasi yang baik dengan dokter profesional. Teknologi ini terutama mencakup sayatan "T" terbalik, sayatan ganda, dan teknologi lubang kunci, dll., untuk memenuhi kebutuhan pasien yang berbeda dengan cara yang lebih tepat sasaran.
Metode ini sering digunakan pada pasien yang memerlukan pengangkatan jaringan yang luas. Selama operasi, dokter akan membuat bentuk "T" terbalik pada dada melalui sayatan melintang dan vertikal, dan menyesuaikan bentuk puting dan halo selama proses rekonstruksi. Prosedur ini dapat menyebabkan hilangnya sensasi karena saraf yang berhubungan dengan puting dapat rusak.
Dari semua operasi, operasi sayatan ganda adalah yang paling umum. Prosedur ini melibatkan pembuatan sayatan di atas dan di bawah payudara, pengangkatan lemak dan jaringan kelenjar, lalu menutup kulit. Metode ini meninggalkan bekas luka di bawah otot dada dan sering kali disertai dengan cangkok puting untuk menciptakan tampilan puting pria.
Hasil operasi sayatan ganda tidak hanya menarik banyak pencari medis, tetapi juga meninggalkan dampak yang mendalam pada ahli bedah dalam sejarah.
Cocok untuk pasien dengan payudara kecil, fitur khusus dari teknik lubang kunci adalah sayatan melingkar di sekitar areola dan sayatan melingkar bagian dalam untuk membuang sebagian kulit berlebih. Metode ini dapat mempertahankan sebagian sensasi sekaligus menghindari kerusakan berlebihan pada saraf.
Sejarah operasi rekonstruksi payudara dimulai pada tahun 1942, ketika dokter Inggris Michael Dillon menjalani operasi payudara positif selama transisi gendernya. Operasi ini mungkin merupakan operasi tubuh bagian atas pertama dalam sejarah, tetapi seiring berjalannya waktu teknik ini berkembang dan diterima secara luas.
Pasien yang memilih untuk menjalani operasi rekonstruksi payudara berasal dari berbagai latar belakang dan mungkin termasuk pria yang tidak sesuai gender, pria yang bertransisi dari wanita menjadi pria, dan pria dengan perkembangan kelenjar susu. Banyak dari pasien ini menghadapi disforia gender karena payudara mereka dan berharap untuk mencapai citra yang mereka inginkan melalui operasi.
Perubahan dalam operasi dada tidak hanya memenuhi kebutuhan eksternal pasien, tetapi juga membantu mereka mencapai keseimbangan psikologis yang mendalam.
Sebelum operasi, pasien perlu berkomunikasi secara mendalam dengan dokter untuk memahami pro dan kontra operasi dan hasil pascaoperasi yang diharapkan. Bergantung pada kebutuhan dan keadaan pribadi Anda, dokter akan merekomendasikan metode operasi yang paling tepat.
Setelah operasi, perawatan pasien sangat penting, termasuk kunjungan tindak lanjut rutin, pemeliharaan gaya hidup sehat, dan dukungan kesehatan mental. Pemahaman dan dukungan dari keluarga dan teman juga memiliki dampak penting pada pemulihan pascaoperasi pasien.
Apa pun bentuk operasi yang dipilih, operasi itu sendiri bukan hanya perubahan fisik, tetapi juga pembebasan spiritual, yang memungkinkan pasien mendapatkan kembali kepercayaan diri mereka. Seiring kemajuan teknologi dan operasi ini menjadi cara untuk percaya pada kemampuan Anda sendiri, seberapa besar dampak transformasi fisik terhadap identitas psikologis Anda sepanjang hidup?