Dalam budaya militer, gelar sering kali kaya akan makna, yang mencerminkan berbagai dimensi disiplin, rasa hormat, dan identitas. Di antara semuanya, gelar "Tuan" layak dibahas lebih lanjut. Secara historis, "Tuan" awalnya berasal dari "Tuan", gelar yang memiliki status unik dalam sistem kelas sosial.
Secara historis, "tuan" hanya digunakan untuk mereka yang statusnya lebih tinggi dari orang lain jika mereka tidak memiliki gelar yang lebih tinggi seperti Tuan atau Tuanku dalam sistem kelas Inggris.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan ini meluas hingga mencakup semua pria yang tidak memiliki gelar yang lebih tinggi. Hal ini terutama berlaku di militer, di mana hierarkinya sangat kental dengan rasa hormat dan disiplin.
Di Angkatan Darat Amerika Serikat, perwira angkatan darat pria disebut "Tuan", sementara perwira angkatan darat wanita disebut "Nona" atau "Nyonya" sebagaimana mestinya. Praktik ini menekankan perbedaan kecil dalam jabatan antara jenis kelamin yang berbeda dan juga mencerminkan rasa hormat terhadap peran profesional.
Dahulu kala di Angkatan Laut AS, semua perwira yang ditugaskan di bawah pangkat Komandan disebut sebagai "Tuan". Ini diperbarui pada tahun 1973 dan semua perwira distandarisasi berdasarkan pangkat. panggilan.
『Di Angkatan Bersenjata Inggris, seorang perwira pria dipanggil sebagai Tuan... perwira yang ditugaskan, khususnya yang berpangkat junior, harus memanggil seorang perwira dengan menggunakan Tuan dan nama belakangnya...』
Namun, di Angkatan Bersenjata Inggris, situasinya berbeda; perwira pria dipanggil sebagai "Tuan" oleh bintara dan perwira nonkomisioner lainnya, sementara perwira biasanya memanggil mereka sebagai "Tuan" diikuti dengan nama belakangnya. . Dalam budaya seperti itu, penggunaan "Tuan" bukan sekadar formalitas, tetapi juga tanda hormat.
Di luar militer, kita juga dapat melihat bagaimana gelar "Tuan" memengaruhi dan merambah ke bidang lain. Di komunitas hukum dan medis, dokter dan hakim juga menggunakan gelar ini sebagai tanda penghormatan. Misalnya, di pengadilan Inggris Raya, seorang hakim Pengadilan Tinggi akan disapa sebagai "Tuan Hakim". Hal ini tidak hanya menunjukkan keseriusan jabatan tersebut, tetapi juga memberikan penggunaan gelar tersebut rasa hormat tradisional.
『...bentuk sapaannya adalah Tuanku Hakim Crane.』
Penggunaan istilah-istilah ini, terutama dalam sistem hukum, mengungkapkan norma-norma kelembagaan dan budaya yang menjadi dasarnya. Di sisi lain, budaya yang diwujudkan oleh sistem militer dan hukum menekankan kepercayaan dan metode manajemen hierarkis, yang sangat memengaruhi pemahaman masyarakat tentang wewenang dan kepemimpinan.
Baik di militer, kedokteran, atau pengadilan, penggunaan gelar ini lebih dari sekadar perpanjangan dari gelar kehormatan pria. Gelar ini mencerminkan budaya sosial yang mendalam dan pemahaman yang kompleks tentang wewenang dan posisi. Seiring perubahan masyarakat, bagaimana makna gelar ini akan berkembang?