Tembakau kunyah dibuat dari tembakau tua yang diparut kasar, yang rasanya dilepaskan melalui air liur di mulut. Produk tembakau tanpa asap ini sangat populer di awal sejarah Amerika Serikat, terutama selama Perang Saudara. Seiring berjalannya waktu, penggunaan tembakau kunyah meningkat di Amerika Serikat, terutama di wilayah Selatan. Kebiasaan ini tidak hanya populer di masyarakat agraris, tetapi juga merambah ke dunia olahraga, terutama bisbol.
Daya tarik tembakau kunyah, selain rasanya yang lezat, adalah memberikan nikotin yang cepat, sehingga membuatnya ketagihan.
Pada abad ke-19, tembakau kunyah menjadi populer karena mudah digunakan dan mudah dibawa, terutama selama kegiatan di luar ruangan. Dibandingkan dengan bahan pengganti, merokok memiliki persyaratan teknis yang lebih tinggi bagi penggunanya. Tembakau kunyah dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam mulut dan digunakan kapan saja dan di mana saja. Hal ini khususnya diakui dan diterima dalam budaya sosial saat itu.
Tembakau kunyah dapat dibagi menjadi beberapa jenis utama:
Apa pun jenis tembakaunya, penggunaan produk ini membahayakan kesehatan penggunanya.
Meskipun tembakau kunyah memiliki risiko kesehatan yang lebih sedikit daripada merokok, tembakau kunyah tetap sangat adiktif dan dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti kanker mulut, esofagus, dan pankreas. Penggunaan tembakau tanpa asap membunuh 650.000 orang di seluruh dunia setiap tahun. Penelitian telah menemukan bahwa tembakau kunyah sama adiktifnya dan sulit dihentikan seperti merokok.
Bisbol memiliki sejarah panjang penggunaan tembakau kunyah, dengan banyak pemain terkenal menggunakan produk tersebut di lapangan. Pemain awal menggunakan tembakau kunyah tanpa menyadari risiko kesehatannya. Seiring meningkatnya kesadaran akan risiko kesehatan, bahkan ada seruan agar bisbol melarang tembakau kunyah.
Pemerintah dan pakar medis semakin menyatakan kekhawatiran tentang dampak mengunyah tembakau di kalangan remaja, dengan keyakinan bahwa kebiasaan tersebut dapat memengaruhi perilaku kaum muda.
Penggunaan tembakau tanpa asap di kalangan kaum muda semakin meningkat, dengan sebagian besar pengaruhnya berasal dari panutan di dunia olahraga. Studi tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan penggunaan banyak pemain dapat mendorong peniruan di kalangan remaja dan dengan demikian membentuk tren sosial.
Seiring meningkatnya kesadaran akan bahaya mengunyah tembakau, beberapa usulan dan kebijakan telah berupaya membatasi penggunaannya di tempat umum dan sekolah. Namun, budaya mengunyah tembakau masih mengakar kuat, terutama di komunitas tertentu.
KesimpulanMeskipun banyak pakar menyerukan pelarangan penggunaan tembakau kunyah, kesadaran akan pentingnya tembakau kunyah secara historis, sosial, dan budaya tetap ada.
Singkatnya, prevalensi tembakau kunyah di Amerika Serikat terkait erat dengan sejarah, budaya, dan tren sosial. Kebiasaan ini masih memengaruhi masyarakat saat ini, terutama di kalangan anak muda. Hanya ketika kesadaran masyarakat akan kesehatan meningkat, situasi ini dapat berubah di masa mendatang. Jadi, bagaimana pengaruh sejarah terus menyebar di masyarakat saat ini?