Dalam sistem pendidikan global, guru merupakan faktor inti dalam kualitas pendidikan. Karena negara-negara semakin mementingkan pendidikan, perekrutan dan retensi guru telah menjadi prioritas utama. Menurut survei oleh lembaga penelitian pendidikan, pergantian guru tidak hanya memengaruhi integritas karier mengajar, tetapi juga berdampak langsung pada hasil belajar siswa dan kinerja sekolah secara keseluruhan. Dalam konteks ini, mengapa perekrutan dan retensi guru dianggap sebagai kunci sistem pendidikan?
Sistem pendidikan yang efektif harus memiliki cara yang aman untuk menarik, merekrut, dan mempertahankan pendidik yang berkualitas.
Desain kebijakan pendidikan sering kali perlu mempertimbangkan dimensi kebijakan guru, termasuk strategi perekrutan dan retensi guru. Faktanya, sistem sumber daya manusia guru yang tepat tidak hanya harus menarik, tetapi juga perlu disesuaikan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan berbagai daerah. Baik secara nasional maupun internasional, permintaan guru terus meningkat, tetapi pada saat yang sama, pasokan guru menurun.
Saat ini, sebagian besar sistem pendidikan menghadapi tantangan meningkatnya angka putus sekolah guru. Situasi seperti itu niscaya akan mengancam kesejahteraan akademis dan finansial siswa dan mengakibatkan pemborosan dana pembayar pajak untuk perekrutan dan pelatihan yang terus-menerus. Menurut Kementerian Pendidikan, putus sekolah guru terjadi karena berbagai alasan, mulai dari kondisi kerja hingga struktur gaji. Dalam siklus ini, kebijakan perekrutan dan retensi guru harus dilihat sebagai landasan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Strategi manajemen bakat yang baik harus berfokus pada perekrutan, pengembangan, dan retensi dalam pendidikan.
Ketika mempertimbangkan pendidikan guru, pendidikan awal dan berkelanjutan sama pentingnya. Guru harus kembali ke sekolah secara teratur selama karier mereka untuk pelatihan dan peningkatan lebih lanjut. Hal ini tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru, tetapi juga membantu mereka mengintegrasikan teknologi dan metode pengajaran yang inovatif dengan lebih baik dalam pengajaran mereka. Lingkungan pendidikan saat ini berubah dengan cepat, dan guru perlu memiliki kemampuan untuk diperbarui tepat waktu agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan siswa.
Upaya masyarakat untuk mencapai kesetaraan gender juga tercermin dalam kebijakan pendidikan. Data dan bukti yang berkualitas dan tepat waktu merupakan faktor penting dalam mengembangkan kebijakan, perencanaan, dan memajukan kesetaraan gender. Data tersebut dapat membantu negara mengidentifikasi dan menganalisis pola dan tren gender serta merencanakan berbagai sumber daya secara lebih efektif untuk mengatasi tantangan ketidaksetaraan gender.
Masalah retensi guru tidak hanya tentang gaji, tetapi juga tentang cara menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan mendorong.
Jelas, kebijakan pendidikan terus berputar di sekitar perekrutan dan retensi guru, yang tidak hanya memengaruhi pengoperasian sistem pendidikan, tetapi juga terkait langsung dengan penggunaan dana pemerintah yang efektif. Secara kasar, kualitas guru akan secara langsung memengaruhi efektivitas pembelajaran siswa secara keseluruhan, sehingga kebijakan dukungan dan pengembangan bagi guru harus mendapat perhatian lebih. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus meningkatkan investasi sumber daya dalam sistem pendidikan, mengoptimalkan kondisi perekrutan guru, dan menciptakan lingkungan ekologis yang berkelanjutan dan menarik bakat.
Dengan menggabungkan wawasan ini, kita perlu bertanya: Mengapa pembuat kebijakan pendidikan sering mengabaikan kebutuhan guru yang sebenarnya dan pentingnya pengembangan profesional berkelanjutan saat merancang kebijakan?