F. Trisakti Haryadi
Gadjah Mada University
Network
Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.
Publication
Featured researches published by F. Trisakti Haryadi.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian | 2014
Slameto; F. Trisakti Haryadi; Subejo
The Influence of Cropping Systems and Plant Trimming on Growth and Yield of Maize and Soybean. This study aimed to determine the effect of monoculture and intercropping systems and plant trimming on growth and yield of maize and soybean as well as farm income. The experiment was conducted in rainfed lowland at Mojosari Experimental Farm, Mojokerto Regency, East Java during the late dry season in 2012. Randomized block design with nine treatments of planting systems and three replications was used in this experiment. The planting system tested were: (1) Monoculture of soybean with planting space of 40 cm x 15 cm, (2) Monoculture of maize with planting space of 75 cm x 20 cm, without trim, (3) Monoculture of maize with planting space of 75 cm x 20 cm, and trimming the leaves and stems above the cob, (4) Intercropping of soybean-maize (90/60 cm x 20 cm, without trimming), (5) Intercropping of soybean-maize (90/60 cm x 20 cm, trimming the leaves and stems above the cob), (6) Intercropping of soybean-maize (150 cm x 20 cm, without trimming), (7) Intercropping of soybean-maize (150 cm x 20 cm, trimming the leaves and stems above the cob), (8) Intercropping of soybean-maize (180/120 cm x 20 cm, without trimming), (9) intercropping of soybeans-maize (180/120 cm x 20 cm, trimming the leaves and stems above the cob). The results showed that the intercropping system affected the growth and yield of soybean and maize compared to monoculture system. The intercropping system increased the plant height, but reduced the number of pod, seed, node, branch and seed yield of soybean compared the monoculture. Plant height, cob length, cob diameter, 100 seed weight, and yield of maize in intercropping decreased compared to those of monoculture system. Based on land equivalent ratio, total yield and net income, the intercropping soybean-maize with plating space of 150 cm x 20 cm with trimming the leaves and stems above the cob would be suggested and prospective to be developed in the farmer’s fields. Key words: Soybean, maize, intercropping Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem tanam monokultur dan tumpangsari kedelai-jagung dan pemangkasan tanaman jagung terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman serta pendapatan usahatani. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah tadah hujan, KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada MK I 2012. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan tiga ulangan dan sembilan perlakuan. Perlakuannya adalah sistem tanam, yaitu: (1) monokultur kedelai dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm, (2) monokultur jagung dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm, tanpa pangkas, (3) monokultur jagung dengan pangkas daun bawah dan batang diatas tongkol, (4) tumpangsari kedelai-jagung dengan jarak tanam 90/60 cm x 20 cm, tanpa pangkas daun, (5) tumpangsari kedelai-jagung dengan jarak tanam 90/60 cm x 20 cm dengan pangkas daun bawah dan batang diatas tongkol, (6) tumpangsari kedelai-jagung dengan jarak tanam 150 cm x 20 cm, tanpa pangkas daun, (7) tumpangsari kedelai-jagung dengan jarak tanam 150 cm x 20 cm, pangkas daun bawah dan batang diatas tongkol, (8) tumpangsari kedelai-jagung dengan jarak tanam 180/120 cm x 20 cm, tanpa pangkas daun, (9) tumpangsari kedelai-jagung dengan jarak tanam 180/120 cm x 20 cm, pangkas daun bawah dan batang diatas tongkol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem tumpangsari kedelai-jagung menyebabkan tanaman kedelai bertambah tinggi, tetapi terjadi penurunan dalam jumlah polong, jumlah biji, jumlah buku, jumlah cabang, dan hasil biji. Sistem tumpangsari juga menyebabkan terjadinya penurunan tinggi tanaman jagung, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot 100 biji, dan hasil biji. Berdasarkan nilai LER ( Land Equivalent Ratio ), total hasil setara kedelai, dan pendapatan (keuntungan) usahatani, maka sistem tanam tumpangsari kedelai-jagung pada jarak tanam 150 cm x 20 cm dengan pemangkasan daun bawah dan batang di atas tongkol pada umur 80 hari prospektif untuk dikembangkan di lahan petani. Kata kunci: Kedelai, jagung, tumpangsariProduction and Economic Analysis of Bali Cattle Using Feed of Palm Frond During Dry Season, West Sumatera. Problems of cattle feed during dry season could be solved by additional of palm frond without adversely affected the cattle production. The aim of this research was to determine body weight gain and to conduct the economic analysis of Bali cattle which was fed palm frond during dry season. The design of the experiment was Completely Randomized Design (CRD) with four treatments and three replications in each treatment. The total of 12 Bali cattle on the age of 1,5-2 year old and the average body weight 170kg were used in this study. The treatments were R0 (grass + concentrate), R1 (grass + 3kg palm frond + concentrate), R2 (grass + 4 kg palm frond + concentrate) and R3 (grass + 5 palm frond + concentrate). Grass was given ad-libitum , while concentrate was given 1,5kg/day consisting of 40% rice brand, 14% corn, 30% palm oil meal, 7% soybean meal, 5% fish meal, 3% mineral dan 1% salt. The parameters observed were average daily gain (ADG), return over cost ratio (R/C) and net income value. The results showed that the performance of Bali cattle had significantly different (P<0,05) on average daily gain compared to other Bali cattle that was not fed palm frond. Bali cattle by R2 had average daily gain of 0.54 kg/day higher than others by R0, which had average daily gain of 0.42 kg/day. The economic analysis showed that Bali cattle by R2 had R/C of 1.39 and net income value of 3.6 times higher than those by R0 which had R/C of 1.11. Thus, it can be concluded that palm frond for Bali cattle feed could substitute grass up to 30 percent, increase farmer income and also solve the problems to find grass during dry season. Key words : Bali cattle, dry season , p alm oil frond, growth, economic analysis Masalah pakan sapi di musim kemarau yang sulit diperoleh diharapkan dapat diatasi dengan pemberian pelepah sawit tanpa menyebabkan dampak buruk terhadap produktivitas ternak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertambahan bobot badan dan analisa ekonomi sapi Bali yang diberi pakan pelepah sawit pada musim kemarau. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Sebanyak 12 ekor sapi Bali jantan umur 1,5-2 tahun dengan bobot badan rata-rata 170 kg digunakan dalam penelitian ini. Sapi tersebut dibagi menjadi empat kelompok dan diberikan perlakuan pakan R0 (rumput+konsentrat), R1 (rumput+3kg pelepah sawit+konsentrat), R2 (rumput+4kg pelepah sawit+konsentrat) dan R3 (rumput+5kg pelepah sawit+konsentrat). Rumput diberikan secara ad-libitum, sedangkan konsentrat sebanyak 1,5kg/hari yang merupakan campuran dari 40% dedak halus, 14% jagung halus, 30% bungkil sawit, 7% bungkil kedelai, 5% tepung ikan, 3% ultra mineral dan 1% garam. Parameter yang diukur meliputi pertambahan bobot badan harian (PBBH), return over cost ratio (R/C) dan nilai keuntungan bersih (NKB). Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan pelepah sawit memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot badan sapi Bali. Pemberian pakan pelepah sawit R2 pada sapi Bali menghasilkan PBBH 0,54 kg/hari lebih tinggi dibanding sapi Bali yang diberikan pakan R0 tanpa pelepah sawit dengan PBBH 0,42 kg/hari. Analisis ekonomi sapi Bali yang diberi pakan pelepah sawit R2 memperlihatkan nilai R/C 1,39 dan nilai keuntungan bersih 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan pakan tanpa pelepah sawit R0 dengan nilai R/C 1,11. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian pelepah sawit terhadap sapi Bali mampu menggantikan rumput hingga 30% kebutuhan konsumsi bahan kering dan bisa mengatasi masalah kesulitan memperoleh rumput di musim kemarau. Kata kunci : Sapi Bali, musim kemarau, pelepah sawit, berat badan , analisis ekonomi
Buletin Peternakan | 2013
Emiliana Anggriyani; F. Trisakti Haryadi; Suharjono Triatmojo
Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan peternak tentang pembuatan kompos terhadap afeksi peternak dalam pembuatan kompos dan menganalisis pengaruh afeksi peternak terhadap adopsi inovasi kompos. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua anggota dari dua kelompok peternak sapi potong (sebagai sistem) yakni kelompok Sido Rejo dan kelompok Sido Mulyo yang memperoleh informasi mengenai inovasi kompos. Penelitian dilakukan pada bulan September sampai November 2011. Metode penelitian dilakukan dengan survei melalui wawancara kepada peternak. Pengaruh pengetahuan peternak terhadap afeksi peternak dalam pembuatan kompos, pengaruh afeksi peternak terhadap adopsi pembuatan kompos, dianalisis dengan metode regresi binomial logistik. Hasil penelitian menunjukkan peternak kelompok Sido Mulyo yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung mempunyai afeksi positif dalam inovasi kompos (P<0,05). Peternak kelompok Sido Rejo yang memiliki afeksi yang tinggi cenderung mengadopsi pembuatan kompos (P<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan peternak mempengaruhi afeksi peternak terhadap inovasi kompos pada kelompok Sido Mulyo. Afeksi peternak berpengaruh pada adopsi inovasi kompos pada kelompok Sido Rejo. (Kata kunci: Pengetahuan, Afeksi, Adopsi, Inovasi, Kompos)
Buletin Peternakan | 2012
Ayu Intan Sari; Suci Paramitasari Syahlani; F. Trisakti Haryadi
The aims of this research were to analyze the effect of characteristics of the farmer on the probability of adopter category difference, and to analyze the effect of farmer’s perception of innovation characteristics on the probability of the difference of adopter innovation of herbal feed additive for broiler. This research was conducted from August to October 2008, in the broiler farm at Karanganyar, Sragen, and Boyolali by using research based method of descriptive analysis. The respondents of the research were 34 farmers selected by using purposive convenience sampling. The data were analyzed using descriptive analysis, Mann-Whitney analysis, and logistic binominal regression analysis. The result of the research showed that there were differences in characteristics of the farmer between early and late adopter categories; they were age (p≤0.01), formal educational level (P≤0.01), cosmopolitness level (P≤0.01), and farming experience (P≤0.05). The result of logistic binominal regression test showed that age and formal education level were characteristics factor influencing the difference of adopter category significantly (P≤0.05), while the innovation characteristics consisted of relative advantage, complexity, and observability had significant effect (P≤0.05) on the adopter category difference. The conclusion of the research was that younger farmers, higher formal education level, longer experience, and higher level of active searching information seemed to have higher probability to become the early adopter. The farmers having higher perception of innovation characteristics, relative advantage and observability, and lower perception of complexity innovation characteristic tended to be early adopter. (Key words: Adopter category, Adoption, Herbal feed additive)
Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan | 2017
Siti Andarwati; Budi Guntoro; F. Trisakti Haryadi; Endang Sulastri
Sains Peternakan: Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan | 2017
Siti Andarwati; F. Trisakti Haryadi; L.E Noviani
Sains Peternakan | 2017
Emiliana Anggriyani; F. Trisakti Haryadi; Suharjono Triatmojo
Archive | 2017
Sudi Nurtini; Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayyanah; F. Trisakti Haryadi; Abdul Hakim
Archive | 2017
Suci Paramitasari Syahlani; Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayyanah; F. Trisakti Haryadi; Sudi Nurtini
International Seminar on Tropical Animal Production (ISTAP) | 2017
Setiyono Setiyono; Suharjono Triatmojo; F. Trisakti Haryadi; Dino Eka Putra
Archive | 2016
Budi Guntoro; Endang Sulastri; F. Trisakti Haryadi; Siti Andarwati