Network


Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.

Hotspot


Dive into the research topics where Suyitno is active.

Publication


Featured researches published by Suyitno.


Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy | 2015

Stability and efficiency of dye-sensitized solar cells based on papaya-leaf dye.

Suyitno Suyitno; Trisma Jaya Saputra; Agus Supriyanto; Zainal Arifin

The present article reports on the enhancement of the performance and stability of natural dye-based dye-sensitized solar cells (DSSCs). Natural dyes extracted from papaya leaves (PL) were investigated as sensitizers in TiO2-based DSSCs and evaluated in comparison with N719 dye. The acidity of the papaya-leaf extract dyes was tuned by adding benzoic acid. The TiO2 film-coated fluorine-doped tin oxide glass substrates were prepared using the doctor-blade method, followed by sintering at 450 °C. The counter electrode was coated by chemically deposited catalytic platinum. The working electrodes were immersed in N719 dye and papaya dye solutions with concentrations of 8 g/100 mL. The absorbance spectra of the dyes were obtained by ultra-violet-visible spectroscopy. The energy levels of the dyes were measured by the method of cyclic voltammetry. In addition, Fourier transform infrared spectroscopy was used to determine the characteristic functionalities of the dye molecules. The DSSC based on the N719 dye displayed a highest efficiency of 0.87% whereas those based on papaya-leaf dye achieved 0.28% at pH 3.5. The observed improved efficiency of the latter was attributed to the increased current density value. Furthermore, the DSSCs based on papaya-leaf dye with pH 3.5-4 exhibited better stability than those based on N719 dye. However, further studies are required to improve the current density and stability of natural dye-based DSSCs, including the investigation of alternative dye extraction routes, such as isolating the pure chlorophyll from papaya leaves and stabilizing it.


International Journal of Photoenergy | 2017

Performance Enhancement of Dye-Sensitized Solar Cells Using a Natural Sensitizer

Zainal Arifin; Sudjito Soeparman; Denny Widhiyanuriyawan; Suyitno Suyitno

Dye-sensitized solar cells (DSSCs) based on natural sensitizers have become a topic of significant research because of their urgency and importance in the energy conversion field and the following advantages: ease of fabrication, low-cost solar cell, and usage of nontoxic materials. In this study, the chlorophyll extracted from papaya leaves was used as a natural sensitizer. Dye molecules were adsorbed by TiO2 nanoparticle surfaces when submerged in the dye solution for 24 h. The concentration of the dye solution influences both the amount of dye loading and the DSSC performance. The amount of adsorbed dye molecules by TiO2 nanoparticle was calculated using a desorption method. As the concentration of dye solution was increased, the dye loading capacity and power conversion efficiency increased. Above 90 mM dye solution concentration, however, the DSSC efficiency decreased because dye precipitated on the TiO2 nanostructure. These characteristics of DSSCs were analyzed under the irradiation of 100 mW/cm2. The best performance of DSSCs was obtained at 90 mM dye solution, with the values of , , FF, and efficiency of DSSCs being 0.561 V, 0.402 mA/cm2, 41.65%, and 0.094%, respectively.


Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa dan Pembelajaran Bahasa | 2018

PARADIGM DECONSTRUCTION OF JEJAK DEDARI YANG MENARI DI ANTARA MITOS DAN KARMA A NOVEL BY ERWIN ARNADA

Paramita Nur Pratiwi; Suyitno Suyitno; Nugraheni Eko Wardani

This paper aim to describe paradigm deconstruction of previous basic thought about Balinese myth in a Jejak Dedari yang Menari di Antara Mitos dan Karma, a novel by Erwin Arnada. This paper is qualitative descriptive. This paper using content analysis method with deconstruction literacy approach. The text of Jejak Dedari yang Menari di Antara Mitos dan Karma a novel by Erwin Arnada was used as source of paper data that published in 2016 by Gagas Media. Data collection techniques used in this paper are reading, record and data card techniques. The data validity used triangulacy theory. The results of the research are (1) Myths of Kolok children, and (2) Sincerity and taksu bring the new soul. Both results obtained reveal that the belief in something can be overturned so that what is commonly considered as a belief can be dismantled into taboos or vice versa. Keyword: Deconstruction, Myth, Novel, Erwin Arnada Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dekonstruksi paradigma tentang dasar pemikiran terdahulu terhadap suatu mitos yang berada di Bali dalam novel Jejak Dedari yang Menari di Antara Mitos dan Karma karya Erwin Arnada. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode content analysis dengan pendekatan dekonstruksi sastra. Sumber data penelitian ini adalah teks novel yang berjudul Jejak Dedari yang Menari di Antara Mitos dan Karma karya Erwin Arnada yang dirilis pada tahun 2016 produksi GagasMedia. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik baca, catat dan kartu data. Validitas data menggunakan triangulasi teori. Hasil penelitian ini memaparkan, (1) Mitos anak kolok, dan (2) Ketulusan dan taksu menghadirkan jiwa yang baru. Kedua hasil yang didapat mengungkapkan bahwa kepercayaan terhadap sesuatu dapat Lingua Didaktika Volume 11 No 2, July 2017 224 P-ISSN: 1979-0457 dijungkirbalikan sehingga hal yang biasanya dianggap lumrah dan sudah menjadi keyakinan dapat dibongkar menjadi hal yang tabu atau sebaliknya. Kata Kunci: Dekonstruksi, Mitos, Novel, Erwin Arnada A. PENDAHULUAN Novel merupakan salah satu gendre sastra yang populer hingga zaman moderen seperti sekarang ini. Kepopuleran novel ini dikarenakan kisah yang dituangkan di dalamnya mengangkat fenomena-fenomena yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Selain itu, novel yang juga termasuk dalam sastra kontemporer ini memilki sarana penceritaan yang lengkap bahkan hampir sama dengan narasi nonsastra yang membuatnya dapat dikaitkan dengan disiplin lain (Ratna, 2013). Kisah yang tersaji dalam novel dikemas secara meluas dan detail, mulai dari sang tokoh masih anak-anak hingga dewasa untuk memperoleh suatu keutuhan cerita yang berkesinambungan (Sayuti, 2000). Kehadiran novel pun dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari apa yang dikisahkan dan bagaimana pengarang menuturkan kisah di dalamnya. Kemunculan novel ini juga dapat dianggap sebagai wadah untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia, salah satunya yaitu kebudayaan. Manusia adalah makhluk kultur dengan segala aktivitas kebudayaannya, maka pengarang memanfaatkan hal tersebut untuk menciptakan dunia fiksi dengan bahasa tulis yang dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan bagi para pembacanya. Berbicara tentang budaya, maka dapat pula dikaitkan dengan mitos yang menjadi salah satu bagian dari budaya itu sendiri. Masyarakat Indonesia kaya akan budaya dan berbagai macam mitos di dalamnya. Kehadiran mitos ini pun sangat lekat dengan kehidupan manusia, bahkan dalam kehidupan sehari-hari mitos sering dikaitkaitan dengan segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia. Hal itu menandakan bahwa kepercayaan terhadap mitos sangat kuat meski pun zaman telah berganti, namun tidak sedikit masyarakat yang masih mempercayai tentang suatu mitos. Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana (Barthes, 2004). Lebih lanjut, (Wellek dan Warren, 2014) menjelaskan bahwa mitos bersifat irasional intuitif, bukan uraian filosofis yang sistematis. Menurut sejarahnya mitos mengikuti dan berkaitan erat dengan ritual, sebab di dalam ritual itu sendiri mitos merupakan sesuatu yang diucapkan atau cerita yang diperagakan oleh ritual. Jadi kehadiran mitos ini selalu mengitari kehidupan masyarakat dan terkadang dijadikan prantara sebagai ukuran dalam bertindak. Kehadiran mitos di tengah-tengah masyarakat ini pun membuat sastrawan memanfaatkannya sebagai salah satu tema penting ke dalam karyanya. Salah satunya yaitu novel yang berjudul Jejak Dedari yang Menari di antara Mitos dan Karma karya Erwin Arnada. Kisah yang terdapat dalam novel ini sendiri pun terinspirasi dari kehidupan nyata masyarakat bisu tuli (kolok) yang berada di desa Bengkala Bali Utara. Kehidupan tokoh Rare yang menjadi sentral dalam cerita, terlahir sebagai anak kolok membuat hidupnya penuh dengan penderitaan. Menurut mitos anak yang terlahir dengan kondisi seperti ini dipercayai akibat kutukan para dewa karena dosa para leluhurnya di masa lalu. Selain terlahir sebagai anak kolok, Rare pun lahir tepat pada hari Wuku Wayang. Dalam tradisi dan kepercayaan umat Hindu di Bali, anak yang lahir pada hari Wuku Wayang ini akan memiliki karakter yang buruk karena sifat negatif yang lebih dominan dan akan berpengaruh pada lingkungannya. Kepercayaan inilah yang pada Paradigm deconstruction – P.N. Pratiwi, Suyitno, N.E. Wardani E-ISSN 2541-0075 225 akhirnya membuat Rare menjadi bahan gunjingan masyarakat, semua tuduhan pun ditujuhkan kepadanya atas segala musibah yang terjadi di desannya. Menjadi penari Sang Hyang Dedari adalah satu-satunya cara untuk melepaskan sampel sebagai anak pembawa kutukan. Sang Hyang Dedari sendiri adalah tarian ritual masyarakat Hindu di Bali yang dipercayai dapat mengusir bala akibat kemurkaan para dewa. Namun, menjadi penari Sang Hyang Dedari tidaklah muda bagi seorang anak kolok yang lahir pada hari Wuku Wayang. Namun, berkat tekad yang gigih dan perjuangan yang disertai dengan doa-doa yang tulus, maka Rere pun berhasil mewujudkan impiannya. Anak kolok yang dipercaya sebagai pembawa kutukan pun berubah menjadi penari Sang Hyang Dedari, mitos pun berubah menciptakan sejarah baru dari sang anak kolok. Fenomena yang terdapat dalam novel Jejak Dedari yang Menari di antara Mitos dan Karma karya Erwin Arnada ini membalikan suatu paradigma yang negatif atau buruk menjadi sebaliknya. Patton (dalam Nurkhalis, 2012) mendefinisikan bahwa paradigma identik sebagai world view (pandangan dunia), general perspective (cara pandang umum), atau way of breaking down the complexity (cara untuk menguraikan kompleksitas). Makna world view sebagai kepercayaan, perasaan dan segala hal yang terdapat dalam pikiran seseorang yang berfungsi sebagai penggerak dalam perubahan sosial dan moral, sehingga world view diartikan sebagai sistem kepercayaan asas yang integral tentang hakekat diri manusia, realitas, dan tentang makna eksistensi. Lebih lanjut, secara hirarki paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita sehingga akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu (Nurkhalis, 2012). Sebuah paradigma terbentuk apaila ada kesepakatan pada komunitas tertentu mengenai beragai pemikiran yang dianggap normal. Kesepakatan itu dapat dimulai dengan munculnya sebuah penemuan yang selanjutnya dijadikan sebagai dasar bagi segala pemikiran (Faruk, 2017). Pendapat di atas meyimpulkan bahwa pardaigma adalah sekumpulan keyakinan dasar yang membimbing tindakan manusia. Untuk mengubah paradigma masayarakat dalam novel Jejak Dedari yang Menari di Antara Mitos dan Karma Karya Erwin Arnada, penulis tertarik menggunakan pendekatan dekonstruksi sebagai pisau pembedahnya. Istilah dekonstruksi pertama kali dikemukakan oleh Jacques Derrida, seorang filusuf Perancis yang lahir di Aljazair pada tahun 1930. Kata dekonstruksi berasal dari kata konstruksi yang berarti ‘susunan’ dan awalan de-berarti ‘sebuah penurunan’. Jadi, pengertian dekonstruksi secara umum adalah penghancuran terhadap suatu konsep pemikiran terdahulu dari masa lampau yang bisa dimengerti sebagai sebuah model, susunan, atau sistem tertentu yang terdapat dalam sebuah pemikiran yang dapat menghubungkan satu pernyataan dengan pernyataan lain di dalam kaitan logika yang khusus (Rohman, 2014). Pendapat lain menambahkan bahwa dekonstruksi adalah suatu metode analisis yang dikembangkan Jacques Derrida dengan membongkar struktur dan kode bahasa, khususnya oposisi sehingga menciptakan permain tanpa tanda akhir dan makna akhir Derrida (dalam Rusmana, 2014). Dekonstruksi menolak adanya gagasan makna pusat karena pusat itu bersifat relatif. Oleh karena itulah terjadi banyak tafsir terhadap objek. Menurut (Norris, 2016) dekonstruksi merupakan strategi untuk membuktikan bahwa sastra bukanlah bahasa yang sederhana. Derrida (dalam Ozdemir, 2014) mengatakan bahwa ” That is,deconstructionis an attempt to reconstruct and to “dismantle” logocentrism which is the most Lingua Didaktika Volume 11 No 2, July 2017 226 P-ISSN: 1979-0457 constantly dominant force,” artinya dekonstruksi merupakan upaya untuk merekonstruksi dan “membongkar” logosentrisme yang merupakan kekuatan paling dominan secara terus-menerus. Membongkar yang dimaksudkan Deridda bukan berarti menghancurkannya tapi memberikan struktur dan fungsi yang berbeda dengan tujuan mengarah kepada kemajuan. Lebih lanjut, (Nurgiyantoro, 2013) menambahkan bahwa dekonstruksi terhadap suatu teks kesastraan, berarti menolak adanya makna umum yang telah diasumsikan ada dan melandasi karya yang bersangkutan dengan unsur-unsur yang ada dalam karya itu sendiri. Beberapa penelitian tentang dekonstruksi dalam karya sastra telah banyak dilakukan yaitu, Shintya (2011:75-84) dalam Jurnal ALAYASASTRA berjudul Claiming on Rama’s Love in the Story of Ramayana: A Study of Deconstructio, Abadi (2013: 67-90) dalam Jurnal OKARA dengan judul Ana


3L The Southeast Asian Journal of English Language Studies | 2017

New Asmaradana in Indonesian Contemporary Poetry and Malayan Pop Song: Product of Rooted Culture or New Interpretations?

Suyitno Suyitno

Goenawan Mohamad, an Indonesian writer, created a poem called Asmaradana that is derived from the classic Asmaradana song written by Tandhakusuma. Comparing the two works gives the impression that these two texts interact dialectically in giving the concept of fate and love. The ‘new’ Asmaradana from Goenawan Mohamad is a soliloquy about realistic attitude in facing destiny whilst the ‘old’ Asmaradana is a kind of assertive reflection from the main character, Damarwulan, in responding to an inevitable situation. It generates new meanings and interpretations, whether it is from the writer or the reader, when a new work is created based on the classic ones. This paper examines how the new Asmaradana shows new interpretation compared to its previous versions; its prior texts. This paper discusses four Asmaradana poems, two of which are the re-made versions from Goenawan Mohamad and the Putri Gunung Ledang movie soundtrack, and how they are interrelated. This paper takes focus on the interpolations of meanings shown in contemporary works that are different from their originals. This paper shows that the new works still follow the tone of the original works but they create new interpretations. Keywords: Intertextuality; intertextual analysis; literary transformation; Asmaradana poems;interpretations DOI: http://doi.org/10.17576/3L-2017-2301-07


international conference industrial mechanical electrical and chemical engineering | 2016

Fabrication and integration of PDMS-glass based microfluidic with optical absorbance measurement device for coliform bacteria detection

Mohd Zainizan Sahdan; N. M. Salih; Marlia Morsin; M.T. Asmah; Nayan Nafarizal; Budi Kristiawan; Syamsul Hadi; Suyitno Suyitno; Anif Jamaluddin

The detection of coliform bacteria which contain the disease-causing microorganism is a useful indication for water contamination. Currently, the emerging of technology in molecular biology research and industry is in demand for portable and miniaturized system. This paper demonstrates the development and integration of microfluidic and optical absorbance measurement device for portable coliform bacteria detection. The microfluidic device was fabricated with glass and polydimethylsiloxane (PDMS) material using photolithography, replica molding (soft lithography), and oxygen plasma bonding techniques. Then, the optical absorbance measurement device for coliform bacteria detection was developed using 470 nm blue light emitting diode (LED), photo detector, ARDUINO microcontroller, liquid crystal display (LCD), and mechanical elements. The coliform bacteria suspension sample was inserted into the microfluidic device and the presence of coliform bacteria was analyzed using the developed optical absorbance measurement device. The absorbance measurement from the prototype and colony number of the coliform bacteria samples were collected and analyzed. The final analysis had indicated that the developed prototype was able to detect the coliform bacteria in suspension at the lowest detection of 17,200 CFU/ml.


Journal of Nanotechnology in Engineering and Medicine | 2014

Fabrication and Characterization of Zinc Oxide-Based Electrospun Nanofibers for Mechanical Energy Harvesting

Suyitno Suyitno; Agus Purwanto; R. Lullus Lambang G. Hidayat; Imam Sholahudin; Mirza Yusuf; Sholiehul Huda; Zainal Arifin


Advanced Science Letters | 2014

Repeatability, Reproducibility, and Durability of Zinc Oxide Fibre-Based Nanogenerator Synthesized by Simple Electrospinning Machine

Suyitno Suyitno; Sholiehul Huda; Zainal Arifin; Syamsul Hadi


Jurnal Teknologi | 2018

STUDY ON PERFORMANCE OF HYBRID CELL OF DSSC AND PIEZOELECTRIC IN ONE ACTIVE AREA of AZO NANOFIBER SEMICONDUCTOR

Syamsul Hadi; Mirza Yusuf; Budi Kristiawan; Atmanto Heru Wibowo; Suyitno Suyitno


International Energy Journal | 2018

Effect of Light and Temperature on the Efficiency and Stability of Curcumin-Dye-Sensitized Solar Cells

Suyitno Suyitno; Yuda Virgantara Agustia; Lullus Lambang Govinda Hidajat; Budi Kristiawan; Atmanto Heru Wibowo


IJOLTL: Indonesian Journal of Language Teaching and Linguistics | 2018

GENETIC STRUCTURALISM AND VALUE OF CHARACTER EDUCATION IN THE MONOLOGUE MATINYA TOEKANG KRITIK, THE DEATH OF CRITICIZERS BY AGUS NOOR

Oktalifa Hanna Maulina; Suyitno Suyitno; Nugraheni Eko Wardani

Collaboration


Dive into the Suyitno's collaboration.

Top Co-Authors

Avatar

Zainal Arifin

Sebelas Maret University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

Syamsul Hadi

Sebelas Maret University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

Mirza Yusuf

Sebelas Maret University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

Sholiehul Huda

Sebelas Maret University

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Researchain Logo
Decentralizing Knowledge