Rulina Suradi
University of Indonesia
Network
Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.
Publication
Featured researches published by Rulina Suradi.
Breastfeeding Medicine | 2013
Nikmah Salamia Idris; Sudigdo Sastroasmoro; Fatimah Hidayati; Irma Sapriani; Rulina Suradi; Diederick E. Grobbee; Cuno S.P.M. Uiterwaal
OBJECTIVES This study investigated factors involved in breastfeeding planning of pregnant Asian women. SUBJECTS AND METHODS A cross-sectional study was conducted on 207 pregnant women visiting the Budi Kemuliaan Hospital, Jakarta, Indonesia, between June and August 2011. The planned breastfeeding duration and determinants were sought using a standardized self-reported questionnaire. RESULTS Most subjects had low income (84.1%) and education (79.7%). Women who had been informed about breastfeeding had a higher likelihood to plan longer (≥6 months) breastfeeding (odds ratio [OR] 1.97; 95% confidence interval [CI] 1.04-3.75; p=0.04), whereas women who had breastfed previous children over a shorter period had a lower likelihood (OR 0.26; 95% CI 0.11-0.59; p=0.001). Age, low education level, first pregnancy, and low income had no association with breastfeeding plans. Working mothers who had to return to work before 6 months and worked for >8 hours/day were less likely to plan longer breastfeeding (OR 0.14; 95% CI 0.02-0.83; p=0.03 vs. OR 0.53; 95% CI 0.17-1.63; p=0.27), whereas those intending to express their milk were more likely to breastfeed longer (OR 16.85; 95% CI 4.21-67.48; p<0.001). CONCLUSIONS Planning of prolonged breastfeeding has little to do with maternal age, education, or number of pregnancies. However, mothers who work, who had previously breastfed for a short period, and who are not well informed about breastfeeding tend to plan shorter breastfeeding. Among mothers who work, it is the length of maternal leave and required working hours that determine the plans.
Paediatrica Indonesiana | 2017
Corry S. Matondang; Siti D. Wisnuwardhani; Rulina Suradi; Hindra Irawan Satari; Graham Rr; Sjawitri P Siregar; Arwin Ap Akib; Zakiudin Munasir
A case of HIV infected Indonesian baby girl bom from an HIV positive mother is reported. This is the first HIV infected child reported in Indonesia. The diagnosis was based on the positive DNA HIV and HIV culture in the babys blood taken at 3 days old. At this time the baby is still asymptomatic. Despite this we gave her prophylactic treatment against Pneumocystis Carinii infection to prevent the possibility of Pneumocystis Carinii Pneumonia which is usually fatal under 1 year old. The positive HIV at 3 days old may indicative of intrauterine nans mission. Because she is still asymptomatic, the intrauterine infection may be occured during late gestation. In spite of this we hope that the HIV- infection in this baby is not a progressive one.
Scientific Programming | 2016
Harapan Parlindungan Ringoringo; Wahidiyat I; Bambang Sutrisna; Rahayuningsih Setiabudy; Rulina Suradi; Rianto Setiabudy; Saptawati Bardososono
Latar belakang. Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan salah satu masalah kesehatan gizi di Indonesia. Data SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalensi ADB pada bayi 0-6 bulan 61,3%. Belum dijumpai pemeriksaan laboratorium sederhana yang dapat memprediksi seorang bayi berusia 0-6 bulan menderita ADB. Tuj uan. Mencari model skoring untuk memprediksi ADB pada bayi 0-6 bulan. Metode. Desain penelitian adalah studi kohort prospektif dengan pembanding eksternal. Ada 211 bayi yang ikut penelitian, terdiri dari 143 bayi yang lahir dari ibu tanpa anemia dan 68 bayi yang lahir dari ibu dengan anemia. Pemeriksaan darah tepi lengkap, gambaran darah tepi, feritin, sTfR dilakukan saat bayi berusia 0 bulan, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan. Diagnosis ADB berdasarkan 1) kadar Hb 14%, 5) Indeks Mentzer >13; 6) Indeks RDW >220. Hasil. Faktor risiko terjadi ADB pada bayi berusia 0-6 bulan adalah diet ibu dan jenis kelamin bayi. Berdasarkan faktor risiko dibuat model skoring dan klasifikasi risiko untuk memprediksi seorang bayi berusia 0-6 bulan akan menderita ADB atau tidak. Kesimpulan. Model skoring untuk memprediksi ADB pada bayi berusia 0-6 bulan dapat digunakan untuk deteksi dini ADB. (
Scientific Programming | 2007
Irma Rochima Puspita; Rulina Suradi; Zakiudin Munasir
Latar belakang. Mandi merupakan salah satu paparan dingin pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan hipotermia. Data mengenai insidens dan faktor risiko hipotermia akibat memandikan bayi baru lahir di Puskesmas atau di rumah bersalin sampai saat ini belum ada. Hasil pengamatan awal yang dilakukan di sebuah Puskesmas dan sebuah rumah bersalin swasta didapatkan sebesar 50% bayi baru lahir mengalami hipotermia sesudah mandi. Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidens dan faktor risiko hipotermia akibat memandikan pada bayi baru lahir cukup bulan setelah mendapatkan penyuluhan tentang hipotermia. Metoda. Penelitian ini adalah studi kohort prospektif pada bayi baru lahir cukup bulan dan sehat yang dimandikan saat usia lebih dari 6 jam. Bayi dimandikan dengan cara seluruh tubuh bayi dibasahi dengan air hangat dan dibersihkan dengan sabun bayi, kemudian seluruh tubuh bayi dimasukkan ke dalam bak mandi. Suhu aksila tubuh diukur dengan termometer digital. Suhu ruangan diukur dengan termometer digital, suhu air mandi diukur dengan termometer air raksa dan lama mandi diukur dengan stopwatch. Sebelum penelitian berlangsung, kepada petugas kesehatan setempat telah diberikan penyuluhan mengenai hipotermia dan persiapan mandi yang baik. Hasil. Subyek penelitian adalah 100 bayi terdiri dari 53 bayi lahir di Puskesmas dan 47 bayi lahir di RB swasta. Insidens hipotermia di Puskesmas lebih tinggi yaitu sebesar 49% dibandingkan dengan insidens di RB swasta sebesar 25,5% (RR 1,79; IK 95% 1,07; 3,00, p = 0,016). Insidens hipotermia pada bayi yang dimandikan pagi hari lebih sering (44%) dibandingkan dengan yang dimandikan sore hari (28%), namun secara statistik tidak bermakna (RR = 1,57; IK 95% = 0,88;2,79, p = 0,107). Faktor risiko hipotermia adalah suhu aksila segera sebelum mandi (r = 0,73, p = 0,000) dan suhu air mandi (r = 0,73, p = 0,008). Suhu aksila segera sebelum mandi dan suhu air mandi yang aman untuk memandikan bayi baru lahir berusia lebih dari 6 jam adalah berturut-turut 37,25°C dan 35°C. Kesimpulan. Terjadi penurunan insidens hipotermia setelah mendapatkan penyuluhan tentang persiapan mandi yang baik, dari 50% pada awal pengamatan menjadi sebesar 49% di Puskesmas dan 25,5% di rumah bersalin swasta. Faktor risiko yang berkorelasi dengan hipotermia akibat memandikan bayi cukup bulan lebih dari 6 jam sesudah lahir adalah suhu aksila segera sebelum mandi dan suhu air mandi. Suhu aksila segera sebelum mandi dan suhu air mandi yang aman untuk mencegah hipotermia adalah berturut-turut masing-masing 37,25°C dan 35°C.
Journal of Tropical Pediatrics | 2012
Anne-Marie Bergh; Quail Rogers-Bloch; Hadi Pratomo; Uut Uhudiyah; Ieda Poernomo Sigit Sidi; Yeni Rustina; Rulina Suradi; Reginald Gipson
Paediatrica Indonesiana | 2012
Hadi Pratomo; Uut Uhudiyah; Ieda Poernomo Sigit Sidi; Yeni Rustina; Rulina Suradi; Anne-Marie Bergh; Quail Rogers-Bloch; Reginald Gipson
Paediatrica Indonesiana | 2017
Rulina Suradi; H. E. Monitja; Bulan Ginting Munthe; Suparno.
Paediatrica Indonesiana | 2010
Tri Sunarti Wahyutami; Soedjatmiko Soedjatmiko; Agus Firmansyah; Rulina Suradi
Paediatrica Indonesiana | 2017
Rulina Suradi; lmral Chair; Ridwan M. Thaha
Scientific Programming | 2016
Rulina Suradi