Yayuk Farida Baliwati
Bogor Agricultural University
Network
Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.
Publication
Featured researches published by Yayuk Farida Baliwati.
Jurnal Gizi dan Pangan | 2016
Dini Maharani Arum Rimadianti; Arief Daryanto; Yayuk Farida Baliwati
ABSTRACT The aim of this study was to analyze difference and compare the determinants of stunting among under five years children considering different ecosystem in Kupang. It is an observational study using case control of under five children with and without stunting. There were 132 subjects chosen from lowland, middleland region, and mountainous ecosystem zones. Data was analyzed using Multiple Logistic Regression Analysis. The analysis resumes that determinants of stunting in lowland area is energy intake (p=0.002; OR=0.059; 95%CI:0.010-0.359), energy intake is a protective factor, in the middleland region is love and cares (p=0.002; OR=9.247; 95%CI:2.213-38.644) and sanitation (p=0.046; OR=2.832; 95%CI:1.020-7.860). Furthermore, the environmental sanitation as the factor in mountainous area (p=0.034; OR=3.978; 95%CI:1.112-14.230). The impact of stunting if left untreated will cause problems for generation in the future, for example impairment of mental development and physical growth, and it will end in poverty and the threat of life survival, so it need a proper intervention to handle it. Keywords: determinants, ecosystem zone, stunting ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis gambaran dan membandingkan pengaruh variabel faktor penentu stunting anak balita pada berbagai zona ekosistem di Kabupaten Kupang. Jenis penelitian menggunakan desain observational dengan rancangan case control antara kelompok balita stunting dan normal. Jumlah subjek penelitian ini sebanyak 132 subjek yang terbagi pada tiga zona ekosistem dataran rendah, dataran sedang, dan pegunungan pada bulan Maret 2015. Data dianalisis dengan menggunakan Analisis Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian menunjukkan faktor penentu stunting pada zona ekosistem di Kabupaten Kupang adalah sanitasi lingkungan (p=0,002; OR=2,307; 95%CI:0,120-0,721), dan kejadian sakit (p=0,007; OR=0,294; 95%CI:0,120-0,721); di zona ekosistem dataran rendah adalah asupan energi (p=0,002; OR=0,059; 95%CI:0,010-0,359) asupan energi sebagai faktor protektif; di zona dataran sedang adalah praktik kasih sayang (p=0,002; OR=9,247; 95%CI:2,213-38,644) dan sanitasi lingkungan (p=0,046; OR=2,832; 95%CI:1,020-7,860) dan di zona eksosistem pegunungan adalah sanitasi lingkungan (p=0,034; OR=3,978; 95%CI:1,112-14,230). Dampak yang ditimbulkan dari stunting jika tidak ditangani akan menimbulkan permasalahan bagi generasi di masa mendatang misalnya perkembangan mental dan pertumbuhan fisik terganggu, dan berakhir pada kemiskinan dan ancaman kelangsungan hidup sehingga memerlukan intervensi yang tepat dalam penanganannya. Kata kunci: faktor penentu, stunting, zona ekosistem
The Journal of Nutrition and Food Research | 2015
Anita Christina Sembiring; Dodik Briawan; Yayuk Farida Baliwati
ABSTRACT This study is aimed to test food consumption score (FCS) methods to assess the food insecurity in households at risk in the city of Bogor. The design of research is cross-sectional with number of respondents as much as 98 households. Food consumption score (FCS) describes the sum of all scores of eight food groups by multiplying the weight and frequency of each food group. The level of nutritional adequacy is measured by nutrient adequacy ratio (NAR) and the mean adequacy ratio (MAR). Sensitivity and specificity analysis are performed to determine the cut off point most appropriate from FCS to identify households at risk of food insecurity (sensitivity) and household food security (specificity). Spearman correlation test results showed that there are significant relationship between FCS and MAR (r = 0,548) and between FCS and percent RDA of energy (r = 0,282). Cut off point 89 for minimal score is able to identify food-insecure households (MAR <77 percent) with 82 percent sensitivity and 82 percent specificity, and to identify TKE <70 percent with 70 percent sensitivity and 67 percent specificity. FCS can be used to identify food insecurity in household at risk by using a cut-off point that has been modified. Keywords: food consumption score, food security, household ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menguji coba metode food consumption score (FCS) untuk menilai ketahanan pangan pada rumah tangga yang berisiko rawan pangan di Kota Bogor. Desain penelitian potong lintang dengan jumlah responden sebanyak 98 rumah tangga. Food consumption score (FCS) menjelaskan jumlah semua skor dari delapan kelompok pangan dengan cara mengalikan bobot dan frekuensi dari masing-masing kelompok pangan. Tingkat kecukupan gizi diukur dengan nutrient adequacy ratio (NAR) dan mean adequacy ratio (MAR). Analisis sensitivitas dan spesifisitas dilakukan untuk menentukan cut-off point yang paling tepat dari FCS untuk mengidentifikasi rumah tangga yang berisiko rawan pangan (sensitivitas) dan rumah tangga yang tahan pangan (spesifisitas). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara FCS dan MAR (r=0,548) dan ada hubungan yang signifikan antara FCS dan tingkat kecukupan energi (TKE) (r=0,282). Cut-off 89 untuk skor minimal FCS mampu mengidentifikasi rumah tangga yang rawan pangan (MAR<77%) dengan sensitifitas 82 persen dan spesifisitas 82 persen dan mampu mengidentifikasi TKE kurang dari 70 persen dengan sensitivitas 70 persen dan spesifisitas 67 persen. FCS dapat digunakan untuk mengidentifikasi ketahanan pangan pada rumah tangga yang berisiko rawan pangan dengan menggunakan cut-off yang telah dimodifikasi. [Penel Gizi Makan 2015, 38(1): 31-40] Kata kunci: food consumption score, ketahanan pangan, rumah tangga
Jurnal Ekologi Kesehatan | 2012
Bunga Christita Rosha; Hardinsyah Hardinsyah; Yayuk Farida Baliwati
Anemia selama kehamilan memungkinkan untuk meningkatkan risiko dari kematian maternal. Defisiensi zat besi adalah penyebab utama dari anemia selama kehamilan dibandingkan dari defisiensi zat gizi yang lain. Studi ini bertujuan untuk melihat efektivitas suplemen Fe berdasarkan perilaku wanita selama hamil di Kabupaten Kutai Kartanegara.Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan metode cross sectional . Populasi adalah semua ibu di Kutai Kartanegara Kabupaten yang mengunjungi Puskesmas di lokasi penelitian pada bulan September hingga November 2010. Secara total, terdapat 356 responden yang dipilih secara acak. Pengukuran hemoglobin dilakukan dengan mengambil sampel darah ibu hamil. Pengukuran dilakukan dua kali dalam waktu satu sampai dua bulan, sebelum (baseline) dan setelah (endline) mengkonsumsi tablet besi. Wanita dianggap anemia pada trimester pertama dan kedua jika tingkat hemoglobin adalah <11 gr% dan % <10.5gr, masing-masing. Analisis data dilakukan dengan metode univariat dan bivariat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pemberian tablet besi oleh petugas kesehatan, 62,7% wanita pada trimester pertama adalah anemia. Namun, setelah pemberian tablet zat besi, jumlah wanita yang mengalami anemia meningkat menjadi 66%. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa alasan, termasuk penyimpangan konsumsi tablet besi, dan perbedaan dalam diet perempuan. Sekitar 39% wanita tidak mengambil suplemen tambahan seperti susu atau vitamin. Perhitungan statistik menggunakan uji Chi Square juga menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam status anemia antara awal dan pengukuran endline antara perempuan yang mengambil suplemen jenis lainnya (p <0,05). Kesimpulan : Penggunaan tablet besi pada ibu hamil tidak meningkatkan kadar hemoglobin mereka. Besi tablet akan lebih efektif dalam meningkatkan konsentrasi hemoglobin antara perempuan hamil jika mereka digunakan dalama kombinasi dengan suplemen lain.Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Purworejo, walaupun sebenarnya Purworejo termasuk kategori kasus malaria rendah ( low case incidence / LCI) di Indonesia. Upaya pengendalian telah dilakukan oleh program tapi kegagalan pengendalian tetap terjadi, salah satu penyebab kegagalan pengendalian tersebut kurangnya pemahaman tentang perilaku spesies vektor. Telah dilakukan penelitian perilaku vektor secara longitudinal di desa Polowangi, Kabupaten Pituruh tahun 2010-2011 dengan tujuan mengetahui perilaku An.maculatus . Metode yang digunakan adalah penangkapan nyamuk yang hinggap pada manusia ( human landing collection /HLC) dan penangkapan nyamuk istirahat pada umpan kambing ( goat resting collection /GRC). Penangkapan nyamuk dilakukan di tiga ekosistim yang berbeda yaitu permukiman, perkebunan dan semak-semak, dilakukan dari pukul 18.00 sampai dengan pukul 07:00. Hasil penelitian ditemukan ada 6 jenis Anopheles sp yang tertangkap di Polowangi yaitu: An. aconitus, An. balabacensis, An. barbirostris, An. kochi, An. maculatus dan An . vagus. Nyamuk An. maculatus tidak memilih menghisap darah manusia ataupun hewan, tetapi lebih banyak dijumpai di perkebunan dan di semak-semak pada penangkapan dengan metode umpan kambing (GRC) dibanding dengan metode HLC sehingga dikatakan bahwa An. maculatus bersifat indiscriminate bitters , juga An. maculatus lebih memilih untuk menghisap darah di luar rumah sehingga risiko penularan tidak hanya terjadi di daerah perumahan, tetapi juga bisa terjadi di perkebunan atau di semak-semak.Malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, karena dapat mengakibatkan dampak yang luas dan berpeluang muncul sebagai kejadian luar biasa. Berdasarkan data kasus malaria yang dilaporkan maupun hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, di wilayah Timur Indonesia menunjukkan endemisitas yang cukup tinggi dibanding daerah lainnya. Analisis dari penelitian cross sectional ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor lingkungan yang berhubungan 2010 menggunakan kuesioner Individu (RKD 10 IND) dan Rumah tangga (RKD 10 RT), dalam 70 000 rumah tangga. Sedangkan analisis ini melibatkan 12.299 subjek dalam 2 997 rumah tangga. Dari analisis bivariat didapatkan bahwa faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah kepadatan penghunian (p=0,000), lokasi tempat tinggal disekitar peternakan hewan besar (p=0,000), lokasi tempat tinggal di sekitar tambak atau kolam atau galian pasir (0,000). Dari analisis multivariat didapatkan tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan, yaitu kepadatan penghunian (p=0,002), lokasi tempat tinggal disekitar peternakan hewan besar (0,000), dan lokasi tempat tinggal di sekitar tambak atau kolam atau galian pasir (p=0,000).Untuk mengurangi kejadian malaria antara lain dengan cara pemisahan rumah atau tempat tinggal dengan kandang ternak hewan besar atau diberikan jarak yang cukup antara kandang hewan besar.Anak dengan umur di bawah dua tahun (baduta) merupakan salah satu kelompok anak yang rentan terkena permasalahan gizi karena dalam proses tumbuh kembang yang cepat. Oleh karena itu kebutuhan zat gizinya relatif lebih tinggi dari kelompok lain. Salah satu masalah gizi pada anak baduta adalah underweight. Underweight akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual, serta dapat meningkatkan angka kesakitan dan kematian anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor determinan underweight anak usia 0-23 bulan di wilayah miskin Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2007. Sampel adalah anak usia 0-23 bulan. Status underweight diukur dengan z-score berat badan terhadap umur (BB/U). Data dianalisis menggunakan univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13,3 % anak mengalami underweight. Determinan underweight adalah jumlah balita dalam keluarga, sanitasi lingkungan dan asupan giziPemanasan global dapat menyebabkan perubahan iklim yang memiliki potensi dampak terhadap kesehatan. Faktor iklim sendiri merupakan faktor yang penting bagi berbagai jenis penyakit, salah satu pengaruh perubahan iklim adalah terhadap potensi peningkatan kejadian timbulnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti malaria. Peningkatan insiden dan KLB malaria disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, perubahan lingkungan fisik terutama curah hujan, suhu, kelembaban dan perubahan pemanfaatan lahan, termasuk kerusakan lingkungan. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 dengan tujuan penelitian untuk melihat pengaruh perubahan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban) terhadap kejadian penyakit malaria di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dan Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau selama lima tahun (tahun 2005-2009) kecenderungan insiden malaria terlihat mengalami penurunan, dengan kisaran antara 0,11‰ -2,28 ‰ sedangkan curah hujan cenderung stabil berkisar antara 42 mm - 874 mm, keadaan suhu cenderung meningkat berkisar antara 25,1 oC – 27,9 oC dan kelembaban cenderung stabil berkisar antara 75%-95%. Di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah selama sepuluh tahun (tahun 2000-2009) kecenderungan insiden malaria terlihat mengalami peningkatan, dengan kisaran antara 0,02‰ – 1,72 ‰ sedangkan curah hujan rata-rata berkisar antara 4 mm - 567 mm, keadaan suhu cenderung stabil berkisar antara 25,1 oC – 29,3 oC dan kelembaban udara cenderung stabil antara 67% - 86% . Kesimpulan kejadian malaria di dua kabupaten menunjukkan berfluktuasi dan tinggi pada bulan-bulan tertentu. Kejadian malaria menurut curah hujan menunjukkan Kecenderungan yang negatif, karena curah hujan tidak berpengaruh secara langsung terhadap kejadian malaria. Kecenderungan peningkatan insiden malaria, secara tidak langsung dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, namun secara langsung berpengarh terhadap parasit malaria dan nyamuk sebagai vektor.Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang tersebar luas di seluruh dunia. Penyakit ini diketahui dapat menginfeksi beberapa spesies hewan dan manusia dan dapat ditularkan hewan domestik (anjing, kucing, kambing, babi dan sapi) dan binatang pengerat terutama tikus. Menurut International Leptospirosis Socienty (ILS) Indonesia merupakan negara dengan insidensi kematian tinggi yaitu menempati peringkat ke-3 dunia. Leptospirosis telah menyebabkan kematian penduduk di beberapa kabupaten/kota di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Gresik. Tahun 2009 dilaporkan ada 17 penderita leptospirosis dengan 5 kematian. Studi ini ditujukan untuk mengetahui reservoir dan distribusi kasus leptospirosis di Kabupaten Gresik . Metode yang digunakan adalah dengan melakukan inkriminasi bakteri leptospira pada tikus dan penegakan diagnosis pada manusia dengan rapid test. Data kasus leptospirosis diambil dari data sekunder dan data primer dengan melakukan screening di Puskesmas. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian epidemiologi diskriptif dengan rancangan cross-sectional study. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penderita leptospirosis di Kabupaten Gresik tahun 2010 sebanyak 27 orang. Distribusi kasus leptospirosis paling banyak terdapat di Kecamatan Duduk sampeyan (8 kasus), pada laki-laki (58%) dan golongan umur > 50 tahun (48%). Uji serologi (MAT) penderita suspect leptospirosis menunjukkan dari 12 serum yang dikirim sebanyak 7 (58,3%) penderita positif mengandung bakteri leptospira. Serovar dari bakteri yang terdapat dalam serum penderita antara lain Bataviae, Rachmati, Pomona, Grippotyphosa, Hardjo, Bataviae, Icterohaemorrhagiae, Tarrasovi, dan Australis. Spesies tikus yang ditemukan sebanyak 6 yaitu Rattus tanezumi, Rattus norvegicus Mus musculus, Bandicota bengalensis, M. cervicolor dan Suncus murinus. Uji serologi darah tikus menunjukkan 9,8% (n=132) positif mengandung bakteri leptospira dengan strain L. hardjo, L.bataviae, L.ichterohaemoragie, L.australis, L.grippotyphosa, L.rachmati dan L.pomona. Tingkat keberhasilan penangkapan atau trap success sebesar 21,18% di luar rumah dan 31,60% di dalam rumah. Adanya kesamaan strain bakteri menunjukkan tikus merupakan reservoir alami bakteri leptospira terhadap kejadian leptospirosis di Kabupaten Gresik.
Jurnal Gizi dan Pangan | 2009
Yunita Syafitri; Hidayat Syarief; Yayuk Farida Baliwati
Jurnal Gizi dan Pangan | 2011
Dian Hani Ulfani; Drajat Martianto; Yayuk Farida Baliwati
Jurnal Gizi dan Pangan | 2008
Yayuk Farida Baliwati; Budi Indra Setiawan; Tabrani Mahfi
Jurnal Gizi dan Pangan | 2008
Anna Vipta Resti Mauludyani; Drajat Martianto; Yayuk Farida Baliwati
Pakistan Journal of Nutrition | 2015
A.I. Kustiani; Siti Madanijah; Yayuk Farida Baliwati
Jurnal Gizi dan Pangan | 2018
Teguh Jati Prasetyo; Hardinsyah Hardinsyah; Yayuk Farida Baliwati; Dadang Sukandar
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia | 2017
Arnati Wulansari; Drajat Mardiana; Yayuk Farida Baliwati