Network


Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.

Hotspot


Dive into the research topics where Darmawan B. Setyanto is active.

Publication


Featured researches published by Darmawan B. Setyanto.


American Journal of Clinical Medicine Research | 2017

Prevalence and Factors that Influence Hypertension in Adolescents in Central Jakarta

Sudung O. Pardede; Yunilasari; Darmawan B. Setyanto

Hypertension in adolescent has been often associated with other cardiovascular risk factors. Contributing factors of hypertension in adolescent are multifactorial. We aim to determine the prevalence of hypertension in adolescent and its potentially associated factors. A cross-sectional study involved 313 children aged 12-18 years, where were randomly selected from Junior High Schools in Central Jakarta. Information about family history, race/ethnic, birth weight, physical activity levels, smoking and consumption of alcohol was gathered by questionnaire. Body weight, height, and blood pressure were measured. Hypertension was defined according to the Fourth Report of National High Blood Pressure Education Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and Adolescent. The study included 313 adolescents with mean age 13.97±1.02 years. Prevalence of hypertension was 9.6%. Bivariate analysis showed that family history of hypertension (parental hypertension; p = 0.012; CI 95% = 1,20-6,02) and overweight/obesity (p<0.001; CI 95% = 2,99-14,42) were significantly associated with hypertension. The multivariate analysis indicated that overweight/obese adolescents displayed six times more chance of having hypertension than adolescents with light/normal weight (OR = 6.5; CI 95% = 2.99-14.43). Gender, low birth weight, race/ethnic, physical activity, and smoking were not significantly associated with hypertension. The prevalence of hypertension in the sample studied was high. Overweight/obesity and family history of hypertension were significantly associated with hypertension. The prevention of overweight and obesity can decrease the prevalence of hypertension.


Scientific Programming | 2016

Diagnosis dan Tata Laksana Neonatus dari Ibu Hamil Tuberkulosis Aktif

Bobby S Dharmawan; Darmawan B. Setyanto; Rinawati R

Tuberkulosis (TB) pada kehamilan selain dapat mengenai ibu juga dapat menular pada bayi baik intrauterin, saat persalinan, maupun pasca natal. Kejadian TB kongenital selama persalinan sangat jarang. Gejala klinis TB pada neonatus sulit dibedakan dengan sepsis bakterial umumnya dan hampir semua kasus meninggal karena keterlambatan diagnosis. Manifestasi klinis TB kongenital dapat timbul segera setelah lahir maupun dalam beberapa hari. Gejala yang paling sering ditemukan adalah distres pernapasan, hepatosplenomegali, dan demam. Tata laksana TB pada neonatus mencakup beberapa aspek yaitu ibu, bayi yang dilahirkan dan lingkungan keluarga. Untuk diagnosis dan tata laksana diperlukan pemeriksaan klinis dan penunjang berupa pemeriksaan patologi dari plasenta darah v.umbilikalis, foto toraks, bilas lambung serta evaluasi uji tuberkulin secara berkala. Deteksi dini TB pada neonatus dan penanganan yang baik pada ibu dengan TB aktif akan memperkecil kemungkinan terjadinya TB perinatal.


Scientific Programming | 2016

Skrofuloderma pada Anak: Penyakit yang Terlupakan?

Johnny Nurman; Darmawan B. Setyanto

Skrofuloderma atau tuberkulosis kulit sering mengalami keterlambatan dalam diagnosis baik pada negara berkembang ataupun industri dewasa ini. Seorang anak perempuan umur 13 tahun 6 bulan dirujuk dengan keluhan utama pasca biopsi benjolan di leher dan ketiak kanan. Pasien menderita kelainan pada regio servikalis, submandibula dan aksila dekstra berupa benjolan sebesar telur puyuh, keras, tidak nyeri dan terfiksasi dan lesi plak eritematosa dengan pinggir kebiruan dan hiperpigmentasi berukuran 1x1 cm sampai 5x 10 cm, bentuk tidak teratur, tersusun linier, berbatas tegas. Benjolan dikeluhkan sejak 4 tahun yang lalu dan memburuk sesuai perjalanan waktu. Kuku jari tangan tampak berwarna kuning kecoklatan dan mengeras dengan permukaan yang tidak merata. Konsultasi kepada dokter telah dilakukan namun orang tua pasien tidak pernah dijelaskan mengenai penyakit yang diderita anaknya. Pengobatan dengan obat yang tidak jelas dan perawatan luka dilakukan pada setiap konsultasi. Riwayat tuberkulosis dalam keluarga disangkal namun tetangga pasien diketahui menderita batuk berdarah. Hasil uji Mantoux memperlihatkan bula berdiameter >15 mm, kemudian pecah dan menjadi lesi ulkus setelah 2 minggu. Hasil biopsi kulit menunjukkan seluruh dermis dipadati oleh sel radang terutama limfosit, sel plasma polimorphic multiple nucleous (PMN), dan tampak sel-sel epiteloid dan sel datia Langhans; juga daerah yang granulomatus. Kultur jaringan setelah 8 minggu, memperlihatkan hasil biakan positif Mycobacterium tuberculosis, apusan sedian langsung tidak ditemukan kuman tahan asam, tetapi uji niasin positif. Berdasarkan telaah dari anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang, dapat disimpulkan diagnosis skrofuloderma, gizi kurang, perawakan pendek karena penyakit kronis, tersangka anemia defisiensi besi, dan onikomikosis. Pasien mendapat terapi obat anti tuberkulosis per oral dengan isoniazid 1 x 200 mg/hari dan rifampisin 1 x 300 mg/hari selama 6 bulan, pirazinamid 1 x 400 mg/hari dan etambutol 1 x 500 mg/hari, selama 2 bulan pertama dan menunjukkan penyembuhan. Pasien dipantau lebih lanjut untuk masalah nutrisi dan perawatan pendek di poliklinik IKA RSCM.


Scientific Programming | 2016

Gambaran Klinis dan Radiologis pada Pasien dengan Uji Mantoux Positif di Bangsal Rawat Inap Anak RSUD Tangerang

Haridini Intan S. Mahdi; Darmawan B. Setyanto; Evita B. Ifran

Latar belakang. Tuberkulosis pada anak mempunyai permasalahan yang berbeda dengan orang dewasa karena terdapat berbagai permasalahan dalam diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis adalah dengan uji tuberkulin, pemeriksaan radiologis, serologi, darah tepi, dan histopatologik. Tujuan. Mengetahui gambaran klinis dan radiologis anak dengan uji Mantoux positif. Metode. Studi deskriptif di ruang rawat inap anak RSUD Tangerang selama Juni-September 2007. Hasil. Penelitian ini mendapatkan 59 pasien dengan uji Mantoux positif dari 150 pasien yang dilakukan uji Mantoux. Gambaran radiologis dada AP/lateral sebagai berikut: 40 limfadenopati, 25 kelainan parenkim, 14 penebalan pleura, 5 efusi pleura, kavitas dan kalsifikasi masing-masing 1 kasus. Gejala sistemik berupa demam tidak tinggi dan lebih dari 2 minggu didapatkan pada 19 dari 59 anak, malaise (47 dari 59 anak), berat badan turun/sulit naik (53 dari 59 anak), anoreksia (51 dari 59 anak). Batuk lebih dari 2 minggu (20 dari 59 anak) kemungkinan karena tuberkulosis, sedang sesak napas (14 dari 59). Pembesaran kelenjar getah bening merupakan gejala yang tidak khas pada tuberkulosis anak (6 dari 59 anak). Kesimpulan. Indeks tuberkulin pada penelitian ini adalah 59 dari 150 pasien (40%), gambaran radiologis anak dengan uji Mantoux positif bervariasi, sedangkan gejala klinis dapat overlap dengan penyakit primer yang sedang diderita subjek.


Scientific Programming | 2016

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bronkiolitis Akut

Ida Bagus Subanada; Darmawan B. Setyanto; Bambang Supriyatno

Latar belakang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya bronkiolitis akut. Seperti halnya usia, jenis kelamin, lahir kurang bulan, berat lahir rendah, jumlah keluarga serumah, status gizi, air susu ibu (ASI), paparan asap rokok, riwayat atopi, dan imunisasi BCG. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara ASI, paparan asap rokok, riwayat atopi, dan BCG dengan bronkiolitis akut. Metode. Desain potong lintang, data didapat dari rekam medis pasien yang dirawat. Analisis data dengan metode univariat dan multivariat, tingkat kemaknaan α=0,05 (IK95%). Hasil. ASI dan paparan asap rokok tidak berhubungan dengan bronkiolitis akut, sedangkan riwayat atopi pada orangtua, parut BCG, dan jenis kelamin berhubungan dengan bronkiolitis akut{RP 20,41 (IK95% 1,09;333,33), p=0,043, RP 0,23 (IK95% 0,07; 0,79), p=0,019, dan RP 3,42 (IK95% 1,10;10,64), p=0,034)}. Kesimpulan. Riwayat atopi pada orangtua, parut BCG, dan jenis kelamin berhubungan dengan bronkiolitis akut.


Scientific Programming | 2016

Penyakit Respiratorik pada Anak dengan HIV

Finny Fitry Yani; Arwin Ap Akib; Bambang Supriyatno; Darmawan B. Setyanto; Nia Kurniati; Nastiti Kaswandani

Latar belakang. Kejadian AIDS pada anak meningkat seiring dengan peningkatan kasus dewasa. Gejala dan manifestasi klinis sering tidak khas, sehingga menyebabkan underdiagnosis. Anak HIV sering datang dengan keluhan yang berasal dari infeksi oportunistik, bahkan infeksi oportunistik banyak ditemukan sebagai penyebab kematian. Salah satu infeksi oportunistik yang sering terjadi adalah infeksi respiratorik. Tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola penyakit respiratorik pada anak HIV yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Metoda. Data berasal dari rekam medis anak HIV tahun 2002-2005. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang. Kriteria inklusi adalah anak usia 0-13 tahun, dengan HIV positif dan menderita penyakit respiratorik. Data yang dicatat meliputi umur, jenis kelamin, faktor risiko, status gizi, parut BCG, diameter uji tuberkulin, riwayat kontak dengan pasien tuberkolosis, kategori HIV, diagnosis penyakit respiratorik, outcome. Data klinis khusus meliputi batuk kronik berulang, demam lama, sesak nafas, laboratorium rutin, foto torak, dan kadar CD4, PCR. Hasil. Sejak Januari 2002-Desember 2005, telah dirawat 85 anak yang terinfeksi HIV, dengan 13 orang (15,2%) di antaranya meninggal. Tiga belas orang (13/35) didiagnosis HIV berdasarkan serologi dan PCR, 24/35 hanya dengan serologi, dan 1/35 orang dengan PCR. Sebanyak 38 (44,7%) orang menderita infeksi respiratorik dengan pola penyakit: TB 47,3%, pneumonia 44,7%, pneumocytis corinii pneumonia (PCP) 13,1%. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa 3/38 (7,8%) anak HIV dengan penyakit paru meninggal karena pneumonia berat, dengan 2/3 di antaranya pada kelompok umur 1-5 tahun. Penyebab kematian lainnya adalah PCP 2/38 pasien (5,2%), dan tersangka sepsis pada 2 pasien (5,2%). Kesimpulan. Pada anak HIV, TB merupakan penyakit respiratorik terbanyak, diikuti pneumonia, sedangkan penyebab kematian terbanyak adalah pneumonia. Penyakit respiratorik pada anak HIV dapat menjadi pembuka jalan untuk diagnosis anak HIV.


Scientific Programming | 2016

Hubungan Habitual Snoring dengan Prestasi Akademis Anak Sekolah Dasar

Hendri Tanu Jaya; Darmawan B. Setyanto; Hanifah Oswari

Latar belakang . Habitual snoring dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Berbagai penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara habitual snoring dengan prestasi akademis anak yang rendah, tetapi belum terdapat penelitian mengenai hal ini di Indonesia. Tujuan. Mengetahui hubungan habitual snoring dengan prestasi anak sekolah dasar berdasarkan rata-rata nilai mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Metode. Desain studi potong lintang dengan kriteria inklusi berupa anak habitual snoring dan non snoring minimal 6 bulan sebelum penelitian ini berdasarkan kuesioner yang diisi oleh orangtua anak. Hasil. Didapatkan prevalens snoring 29,3 dari 249 subjek dengan prevalens occasional snoring 20,08% dan habitual snoring 9,24%. Prevalens habitual snoring pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (10,87% vs 7,2%) tetapi tidak bermakna secara statistik. Prevalens habitual snoring pada subjek kelompok usia >9 tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok usia ≤9 tahun. Dari 199 subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, terdiri dari 176 subjek non snoring dan 23 habitual snoring. Kelompok subjek habitual snoring memiliki pencapaian nilai rerata mata pelajaran matematika lebih rendah 11,47 point (nilai p=0,001), mata pelajaran IPA lebih rendah 10,75 point (nilai p= 0,001), Bahasa Indonesia lebih rendah 8,01 point (nilai p=0,01), dan pencapaian nilai rerata yang lebih rendah 10,8 point (nilai p=0,001) berdasarkan rata-rata nilai dari ketiga mata pelajaran tersebut dibandingkan kelompok subjek non snoring. Kesimpulan. Anak habitual snoring memiliki prestasi akademis yang lebih rendah dibandingkan dengan anak non snoring.


Scientific Programming | 2016

Infeksi Influenza A dan B pada Anak dengan Influenza Like Illness (ILI) atau Pneumonia di Jakarta

Wahyuni Indawati; Darmawan B. Setyanto; Nastiti Kaswandani


Scientific Programming | 2018

Kadar Antibodi Campak pada Anak Usia 1-4 Tahun Pasca Imunisasi Campak

Arie Dian Fatmawati; Mulya Rahma Karyanti; Hartono Gunardi; Arwin Ap Akib; Darmawan B. Setyanto; Rismala Dewi


Scientific Programming | 2018

Pengaruh Obesitas terhadap Respon Terapi Serangan Asma

Rahmawati Rahmawati; Darmawan B. Setyanto

Collaboration


Dive into the Darmawan B. Setyanto's collaboration.

Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

Nia Kurniati

University of Indonesia

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Researchain Logo
Decentralizing Knowledge