Network


Latest external collaboration on country level. Dive into details by clicking on the dots.

Hotspot


Dive into the research topics where Hanifah Oswari is active.

Publication


Featured researches published by Hanifah Oswari.


Pediatric Infectious Disease Journal | 1998

Epidemiologic study of bacterial meningitis in Jakarta and Tangerang: preliminary report.

Hardiono D. Pusponegoro; Hanifah Oswari; Dalima Astrawinata; Veronica Fridawati

OBJECTIVE To identify the cause of bacterial meningitis in children >1 month of age and <5 years of age in several hospitals in Jakarta and Tangerang, Indonesia. METHODS Hospital-based, prospective surveillance study of 100 subjects between 1 month and 5 years of age. Subjects meeting inclusion criteria were evaluated for clinical and laboratory findings of bacterial meningitis. RESULTS Of 16 subjects enrolled thus far, 11 have been diagnosed as bacterial meningitis. Of these 11, 6 had positive cerebrospinal fluid (CSF) cultures (2 with Haemophilus influenzae and one each with Neisseria meningitidis, Staphylococcus aureus, Klebsiella ozaenae and Escherichia coli). Three of the 6 had positive latex agglutination tests (LAT; 2 H. influenzae and 1 N. meningitidis); LAT was negative for all 10 with negative CSF culture. CSF Gram-stained smear was positive only for the subject with E. coli. CONCLUSIONS The number of children admitted with bacterial meningitis has been declining, perhaps because of early treatment with antibiotics in the community. Of culture-positive cases 33% have been caused by H. influenzae, but this result is based on few patients thus far. LAT has correlated well with culture, whereas Gram stain has had low sensitivity, perhaps reflecting deficiencies in technique.


Journal of Paediatrics and Child Health | 2013

Comparison of stool microbiota compositions, stool alpha1‐antitrypsin and calprotectin concentrations, and diarrhoeal morbidity of Indonesian infants fed breast milk or probiotic/prebiotic‐supplemented formula

Hanifah Oswari; Lamtorogung Prayitno; Pramita G. Dwipoerwantoro; Agus Firmansyah; Maria Makrides; Blair Lawley; Barbara Kuhn-Sherlock; G. J. Cleghorn; Gerald W. Tannock

The composition of faecal microbiota of babies is known to be influenced by diet. Faecal calprotectin and α1‐antitrypsin concentrations may be associated with mucosal permeability and inflammation. We aimed to assess whether there was any difference after consumption of a probiotic/prebiotic formula on faecal microbiota composition, calprotectin and α1‐antitrypsin levels, and diarrhoea in comparison with breast milk‐fed Indonesian infants.


Journal of Paediatrics and Child Health | 2013

Prognostic value of biochemical liver parameters in neonatal sepsis-associated cholestasis

Hanifah Oswari; Ruth Karisma Widjaja; Rinawati Rohsiswatmo; G. J. Cleghorn

The aim of the study was to evaluate the significance of total bilirubin, aspartate transaminase (AST), alanine transaminase and gamma‐glutamyltransferase (GGT) for predicting outcome in sepsis‐associated cholestasis.


Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition | 2015

Growth of Indonesian Infants Compared With World Health Organization Growth Standards

Pramita G. Dwipoerwantoro; Muchtaruddin Mansyur; Hanifah Oswari; Maria Makrides; G. J. Cleghorn; Agus Firmansyah

Objectives: The ability of the World Health Organization (WHO) growth standards to represent the growth of South East Asian infants has been questioned. The aim of this study was to provide contemporary data on the growth of Indonesian breast-fed and formula-fed infants, compared with the WHO growth standards. Methods: A prospective cohort study of 160 normal healthy infants was undertaken in a suburban area of South Jakarta, Indonesia. Infants from 2 to 6 weeks of age were recruited, and they consumed exclusively either breast milk or infant formula for at least 6 months, with follow-up until 12 months of age. Results: Overall, the infants in the present study were lighter (weight-for-age), were shorter (length-for-age), and had smaller head circumferences (head circumference-for-age) than the average WHO Growth Reference Study population but were of similar proportion (weight-for-length). Compared with the WHO Growth Reference Study, the z scores for weight-for-age, length-for-age, and head circumference-for-age in the Indonesian children fell from birth to 6 weeks of age and then increased until 3 months of age in both the breast-fed and the formula-fed infants. At 6 weeks of age, the weight-for-age z scores fell below −2 standard deviations for 16 (20.5%) breast-fed and 40 (51.3%) formula-fed infants, and the length-for-age z scores fell below −2 standard deviations for 31 (39.7%) breast-fed and 41 (52.6%) formula-fed infants. Conclusion: The WHO growth standards do not reflect the growth of the present cohort of Indonesian infants and may overestimate the levels of underweight and stunted children.


Scientific Programming | 2017

Jadwal Imunisasi Anak Usia 0 – 18 tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia 2017

Hartono Gunardi; Cissy B. Kartasasmita; Sri Rezeki Hadinegoro; Hindra Irawan Satari; Soedjatmiko Soedjatmiko; Hanifah Oswari; Hardiono D. Pusponegoro; Jose Rl Batubara; Arwin Ap Akib; Badriul Hegar; Piprim B. Yanuarso; Toto Wisnu Hendrarto

Ikatan Dokter Anak Indonesia melalui Satuan Tugas Imunisasi mengeluarkan rekomendasi Imunisasi IDAI tahun 2017 untuk menggantikan jadwal imunisasi sebelumnya. Jadwal imunisasi 2017 ini bertujuan menyeragamkan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan RI khususnya untuk imunisasi rutin. Jadwal imunisasi 2017 juga dibuat berdasarkan ketersediaan kombinasi vaksin DTP dengan hepatitis B seperti DTPw-HB-Hib, DTPa-HB-Hib-IPV, dan dalam situasi keterbatasan atau kelangkaan vaksin tertentu seperti vaksin DTPa atau DTPw tanpa kombinasi dengan vaksin lainnya. Hal baru yang terdapat pada jadwal 2017 antara lain: vaksin hepatitis B monovalen tidak perlu diberikan pada usia 1 bulan apabila anak akan mendapat vaksin DTP-Hib kombinasi dengan hepatitis B; bayi paling sedikit harus mendapat satu dosis vaksin IPV (inactivated polio vaccine) bersamaan (simultan) dengan OPV-3 saat pemberian DTP-3; vaksin DTPw direkomendasikan untuk diberikan pada usia 2,3 dan 4 bulan. Hal baru yang lain adalah untuk vaksin influenza dapat diberikan vaksin inaktif trivalen atau quadrivalen, vaksin MMR dapat diberikan pada usia 12 bulan apabila anak belum mendapat vaksin campak pada usia 9 bulan. Vaksin HPV apabila diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan; respons antibodi setara dengan 3 dosis. Vaksin Japanese Encephalitis direkomendasikan untuk diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah endemis atau pada turis yang akan bepergian ke daerah endemis. Vaksin dengue direkomendasikan untuk diberikan pada anak usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan. Dengan pemberian imunisasi sesuai rekomendasi, diharapkan anak-anak Indonesia terlindungi dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.


Scientific Programming | 2016

Hubungan Habitual Snoring dengan Prestasi Akademis Anak Sekolah Dasar

Hendri Tanu Jaya; Darmawan B. Setyanto; Hanifah Oswari

Latar belakang . Habitual snoring dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Berbagai penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara habitual snoring dengan prestasi akademis anak yang rendah, tetapi belum terdapat penelitian mengenai hal ini di Indonesia. Tujuan. Mengetahui hubungan habitual snoring dengan prestasi anak sekolah dasar berdasarkan rata-rata nilai mata pelajaran matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA. Metode. Desain studi potong lintang dengan kriteria inklusi berupa anak habitual snoring dan non snoring minimal 6 bulan sebelum penelitian ini berdasarkan kuesioner yang diisi oleh orangtua anak. Hasil. Didapatkan prevalens snoring 29,3 dari 249 subjek dengan prevalens occasional snoring 20,08% dan habitual snoring 9,24%. Prevalens habitual snoring pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (10,87% vs 7,2%) tetapi tidak bermakna secara statistik. Prevalens habitual snoring pada subjek kelompok usia >9 tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok usia ≤9 tahun. Dari 199 subjek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, terdiri dari 176 subjek non snoring dan 23 habitual snoring. Kelompok subjek habitual snoring memiliki pencapaian nilai rerata mata pelajaran matematika lebih rendah 11,47 point (nilai p=0,001), mata pelajaran IPA lebih rendah 10,75 point (nilai p= 0,001), Bahasa Indonesia lebih rendah 8,01 point (nilai p=0,01), dan pencapaian nilai rerata yang lebih rendah 10,8 point (nilai p=0,001) berdasarkan rata-rata nilai dari ketiga mata pelajaran tersebut dibandingkan kelompok subjek non snoring. Kesimpulan. Anak habitual snoring memiliki prestasi akademis yang lebih rendah dibandingkan dengan anak non snoring.


Scientific Programming | 2016

Kejadian Luar Biasa Hepatitis A di SMPN-259 Jakarta Timur

Hanifah Oswari; Tuty Rahayu; Julfina Bisanto; Soedjatmiko Soedjatmiko

Infeksi virus hepatitis A (VHA) ditularkan melalui transmisi fekal-oral, dan merupakan masalah di banyak negara, termasuk Indonesia. Bila terjadi pada anak usia sekolah akan mempengaruhi proses belajar dan membutuhkan pengeluaran biaya untuk perawatan. Tujuan penelitian ini untuk menentukan attact rate, penyebab, serta gejala penyakit pada Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis akut di SMPN-259 Jakarta Timur. Penelitian ini bersifat prospektif observasional. Pada hasil penelitian didapatkan jumlah murid seluruhnya 1420 orang (usia 12-16 tahun), 1157 orang mengisi kuesioner yang dibagikan. Dari kuesioner didapatkan attack rate penyakit adalah 38,5 % terdiri dari kelas I 165/ 442 (37,3 %), kelas II 94/338 (27,8 %), kelas III 187/377 (49,6 %). Murid yang memerlukan perawatan di rumah sakit 19/1157 (4,3 %). Tidak didapatkan murid yang meninggal (crude fatality rate = 0). Pengambilan sampel dilakukan secara random pada kelompok murid yang sakit dengan hasil sebagai berikut: IgM anti HAV positif 38/45 (84,4 %) pada murid sakit yang tidak dirawat inap, dan 14/16 (87,5 %) pada murid sakit yang dirawat inap. Gejala klinis pada subyek dengan IgM anti HAV (+) meliputi urin gelap 67 %, lemah 57,7 %, demam 50 %, muntah 48 %, anoreksia 48 %, nyeri perut 46 %, kuning 36,5 %, diare 25 %, dan mialgia 19,2 %. Terdapat 51,6% subyek dengan IgG antiHAV positif pada kelompok subyek yang tidak sakit. Kesimpulan attack rate KLB hepatitis akut di SMPN-259 Jakarta adalah 38,5 % semua anak sembuh 0%. Penyebab KLB hepatitis akut terbukti adalah VHA


Scientific Programming | 2016

Hepatitis C pada Thalassemia mayor: pengaruh Iron Overload pada perjalanan penyakit

Ferry Damardjati; Hanifah Oswari

Indonesia sebagai negara yang termasuk dalam thalassemia belt juga mengalami masalah dan komplikasi yang timbul akibat penyakit tersebut. Masalah klasik thalassemia adalah pemberian transfusi darah berulang yang mengakibatkan penularan penyakit melalui transfusi darah seperti hepatitis C, di samping penimbunan besi di dalam berbagai organ dan jaringan. Penimbunan besi yang berlebihan (iron overload) akan mengakibatkan penurunan fungsi sistim imun pada pasien thalassemia yang juga akan berpengaruh pada perjalanan penyakit apabila terinfeksi oleh mikro organisme patogen. Pasien thalassemia yang terinfeksi virus hepatitis C (VHC) akan mengalami kerusakan hati baik akibat infeksi VHC maupun akibat terjadinya penimbunan besi karena mendapat tranfusi darah berulang tanpa pemberian kelasi besi yang adekuat. Pengobatan VHC pada thalassemia sampai saat ini belum ada yang adekuat sehingga uji tapis merupakan instrumen yang penting dalam mencegah penyakit tersebut.


Scientific Programming | 2016

Bayi Terlahir Dari Ibu Pengidap Hepatitis B

Purnamawati S Pujiarto; Zuraida Zulkarnain; Yulfina Bisanto; Hanifah Oswari

Indonesia adalah negara endemis tinggi hepatitis B dengan prevalensi HBsAg positif di populasi antara 7 – 10%. Pada kondisi seperti ini, transmisi vertikal dari ibu ke bayi memegang peran penting. Di lain pihak, terdapat perbedaan natural history antara infeksi hepatitis B yang terjadi pada awal kehidupan dengan infeksi hepatitis B yang terjadi pada masa dewasa. Infeksi yang terjadi sejak awal kehidupan atau bahkan sejak dalam kandungan, membawa risiko kronisitas sebesar 80 – 90%. Infeksi pada masa dewasa yang disebabkan oleh transmisi horisontal, mempunyai risiko kronisitas hanya sebesar 5%.1,2 Berdasarkan imunopatogenesis hepatitis B, infeksi kronik pada anak umumnya bersifat asimtomatik. Di satu pihak, yang bersangkutan tidak menyadari bahwa dirinya sakit. Di lain pihak, individu tersebut potensial sebagai sumber penularan.2 Dalam rangka memotong transmisi infeksi hepatitis B maka kunci utama adalah imunisasi hepatitis B segera setelah lahir, secara universal, terhadap semua bayi baru lahir di Indonesia. Makalah ini akan membahas tatalaksana terhadap bayi yang lahir dari ibu mengidap/menderita hepatitis B kronik.


Scientific Programming | 2016

Infeksi Saluran Kemih Sebagai Penyebab Kolestasis Intrahepatik

Hanifah Oswari; Harijadi Harijadi; Julfina Bisanto; Purnamawati Sp

Diagnosis banding etiologi kolestasis intrahepatik (KIH) pada bayi sangat beragam, salah satu di antaranya adalah infeksi dan yang tersering adalah infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi saluran kemih pada KIH akan mempunyai prognosis baik bila dapat didiagnosis dan diobati. Pengamatan sehari-hari di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RS Dr. Cipto Mangunkusumo didapatkan kesan bahwa ISK pada KIH cukup sering ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi ISK pada bayi dengan KIH dan mengetahui karakteristik pasien tersebut. Subyek adalah bayi dengan kolestasis intrahepatik yang berusia kurang dari 1 tahun yang datang berobat di Divisi Gastrohepatologi di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM pada periode Januari sampai dengan Desember 2003. Diagnosis ISK ditegakkan bila ditemukan bakteriuria lebih dari 100.000 cfu/mL. Hasil penelitian ini mendapatkan prevalens ISK pada bayi dengan KIH sebesar 24 dari 34 subyek, dengan dominasi lelaki (3:1). Bakteri penyebab tersering adalah bakteri Gram negatif ditemukan sebanyak 21 dari 24 subyek. Pada lima belas dari 24 orang di antaranya ditemukan E. coli. Tidak ada gejala klinis yang spesifik pada kolestasis dengan ISK. Gejala demam ditemukan pada 3 dari 24 subyek . Leukosituria ditemukan pada 1 dari 24 subyek dengan ISK. Oleh sebab itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan biakan urin untuk mendeteksi ISK.

Collaboration


Dive into the Hanifah Oswari's collaboration.

Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

G. J. Cleghorn

University of Queensland

View shared research outputs
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar
Top Co-Authors

Avatar

Elina Waiman

University of Indonesia

View shared research outputs
Researchain Logo
Decentralizing Knowledge